KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam, yang telah menciptakan
manusia dengan keadaan sempurna, memberikan nikmat terbesar yakni iman dan
islam serta kesehatan. Shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW, beserta keluarganya, sahabatnya, tabi’in dan
seluruh umatnya yang istikomah mengikuti tuntunan dan teladannya sampai akhir
zaman.
Atas berkat Allah SWT kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan judul
“PERMASALAHAN-PERMASALAHAN DALAM PEMBELAJARAN
MEMBACA, MENULIS PERMULAAN (MMP)”.
Seperti pepatah yang mengatakan tak ada gading yang tak retak, kami
menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini, masih banyak terdapat
kekeliruan, kami akan sangat
berterimakasih dan berbesar hati menerima saran dan kritik yang bersifat
membangun, bermanfaat bagi kesempurnaan pembuatan makalah berikutnya.
Serang, 2018
Penyusun
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................
1
DAFTAR ISI.........................................................................................................................
2
BAB I
PENDAHULUAN....................................................................................................
3
A.
Latar Belakang.............................................................................................................
3
B.
Rumusan Masalah........................................................................................................
4
C.
Tujuan...........................................................................................................................
4
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................
5
A.
Pengertian
Membaca, Menulis Permulaan....................................................................
5
B.
Permasalahan-Permasalahan
Dalam Pembelajaran MMP.............................................
5
C.
Cara Mengikuti
Pembelajaran MMP............................................................................
7
D.
Sulitnya
Pembelajaran MMP........................................................................................
12
E.
Cara
Mengatasinya.......................................................................................................
16
BAB III PENUTUP..............................................................................................................
21
A. Kesimpulan...................................................................................................................
21
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................
22
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran membaca, menulis permulaan memegang peranan
yang strategis dan berperan aktif dalam setiap
proses membaca. Menurut Iskandar Wassid & Dadang (2011,p.3) pembelajaran membaca, menulis permulaan
memiliki peranan penting untuk membentuk
sikap, kebiasaan, dan kemampuan peserta didik menuju perkembangan selanjutnya.
Pembelajaran membaca, menulis permulaan juga membantu peserta didik dalam
mengembangkan kemampuan berbahasa di lingkungannya.
Pembelajaran membaca, menulis permulaan membantu peserta
didik dalam hal berkomunikasi. Melalui bahasa, peserta didik mampu mempelajari
nilai-nilai agama atau moral, dan juga nilai-nilai sosial bagi AUD. Melalui
bahasa jugalah peserta didik mampu mempelajari berbagai macam cabang ilmu dan juga menyerap berbagai nilai serta pengetahuan
yang dipelajari AUD.
Salah satu aspek pembelajaran di sekolah ialah pengenalan
pembelajaran membaca, menulis permulaan.
Pembelajaran membaca merupakan kegiatan utamanya memperkenalkan
membaca, menulis permulaan. Proses pembelajaran membaca, menulis permulaan pada
awalnya meminta pendidik untuk melihat bagaimana kemampuan dasar yang dimiliki oleh peserta didik.
Pembelajaran membaca, menulis permulaan pada anak usia dini
merupakan pembelajaran pengenalan membaca tahap awal. Kegiatan membaca tahap
awal ini disebut membaca permulaan. Tujuan membaca, menulis permulaan pada anak
usia dini agar peserta didik mengenal
kalimat sederhana, dan melatih otot tangan untuk memegang pensil, dalam membaca
permulaan dipengaruhi oleh keaktifan dan kreativitas pendidik yang mengajar di
kelas. Artinya, pendidik memegang peranan penting dan strategis dalam
meningkatkan keterampilan membaca,
menulis permulaan AUD. Peranan strategis tersebut menyangkut peran
pendidik sebagai sumber belajar,
fasilitator, motivator, serta organisator dalam setiap proses pembelajaran AUD yang berkesulitan
belajar membaca, menulis permulaan harus memperoleh perhatian yang cukup dari
pendidik. Hal seperti ini tidak menutup kemungkinan apabila ada AUD yang belum
mampu mencapai tujuan yang diharapkan. Hal ini menunjukkan bahwa AUD belum
tuntas dalam melaksanakan pembelajaran. Oleh karena itu, peran serta pendidik
sangat diharapkan pada tingkat permulaan. Kedudukan dan peran pendidik sangat
besar pengaruhnya dan merupakan titik yang strategis dalam kegiatan pendidikan.
Rendahnya membaca, menulis permulaan pada anak usia dini
tidak terlepas dari berbagai permasalahan yang dihadapi. Permasalahan tersebut
dapat diketahui berdasarkan hasil pengamatan, pengalaman pendidik, pelaksanaan
pembelajaran membaca permulaan. Semua ini tidak terlepas dari yang namanya
proses belajar mengajar. Adapun proses belajar mengajar ialah inti dari setiap
proses yang ada pada sistem sekolah. Oleh karena itu, sekolah dapat
dikategorikan baik apabila di dalamnya berlangsung proses belajar mengajar yang
baik. Adapun proses belajar mengajar itu sendiri menjadi perhatian paling utama
dalam meningkatkaan mutu pendidikan pada anak usia dini Dengan kata lain, hasil akhir dari upaya
meningkatkan mutu pendidikan pada anak usia dini ialah terciptanya proses belajar mengajar
yang baik.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa yang
dimaksud dengan Pengertian Membaca, Menulis Permulaan ?
2.
Apa yang
dimaksud dengan Permasalahan-Permasalahan Dalam Pembelajaran MMP ?
3.
Apa yang
dimaksud dengan Cara Mengikuti Pembelajaran MMP?
4.
Apa yang
dimaksud dengan Sulitnya Pembelajaran MMP?
5.
Dan Bagaimana
Cara Mengatasinya ?
C. Tujuan
Tujuan
dari makalah ini adalah :
1. Untuk
mengetahui apa yang dimaksud dengan Pengertian Membaca, Menulis Permulaan
2. Untuk
mengetahui apa yang dimaksud dengan Permasalahan-Permasalahan Dalam
Pembelajaran MMP ?
3. Untuk
mengetahui apa yang dimaksud Cara Mengikuti Pembelajaran MMP
4. Untuk
mengetahui apa yang dimaksud dengan Sulitnya Pembelajaran MMP
5. Untuk
mengetahui apa yang dimaksud dengan Cara Mengatasinya
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Membaca, Menulis Permulaan
Membaca-menulis permulaan merupakan program
pembelajaran yang diorientasikan kepada kemampuan membaca dan menulis permulaan pada saat anak-anak mulai memasuki dunia pendidikan. Pada tahap awal anak
memasuki lingkungan pendidikan, Membaca
dan menulis permulaan merupakan menu utama. Kemampuan membaca permulaan lebih
diorientasikan pada kemampuan mengenal, yakni kemampuan melek huruf. Maksudnya, anak-anak dapat mengubah dan
melafalkan lambing-lambang tertulis menjadi bunyi-bunyi bermakna. Pada tahap
ini sangat dimungkinkan anak-anak dapat melafalkan lambing-lambang huruf yang
dibacanya tanpa diikuti oleh pemahaman terhadap lambing bunyi-bunyi tersebut.
Kemudian kemampuan menulis permulaan tidak jauh berbeda dengan kemampuan
membaca permulaan. Pada tingkat permulaan, pembelajaran menulis lebih
diorientasikan pada kemampuan yang bersifat mekanik. Anak-anak dilatih untuk
dapat menuliskan ( mirip dengan kemampuan melukis atau menggambar)
lambang-lambang tulis yang jika dirangkaikan dalam sebuah struktur,
lambang-lambang itu menjadi bermakna . selanjutnya dengan kemampuan dasar ini,
secara perlahanlahan anak-anak digiring pada kemampuan berbicara , dan melatih
motorik kasarnya atau melatih otot tangannya, ke dalam bentuk bahasa tulis
melalui lambing-lambang tulis yang sudah dikuasainya.
B. Permasalahan-Permasalahan Dalam Pembelajaran MMP
Berbagai permasalahan tentang anak usia dini, apakah
boleh belajar membaca dan menulis masih menjadi pembicaraan di masyarakat.
Berbagai penelitian dan pendapat yang mendukung bahwa anak usia dibawah 7 tahun
boleh untuk belajar membaca dan menulis, dan penelitian lain berbeda pendapat
bahwa anak pada usia tersebut jangan diberikan pelajaran membaca menulis.
Mereka khawatir bila anak sejak kecil sudah dipaksakan belajar, lama kelamaan
akan menjadi bosan dan justru ketika saatnya usia SD mereka justru akan mogok
sekolah.
Alasan
kontra tersebut selaras dengan penelitian seorang ahli psikolog perkembangan
anak dari Swiss, Jean Piaget, seperti yang dituangkan oleh Afin Murtie pada bukunya
Mengajari Anak membaca dan menulis permulaan dengan Bermain. Ia menyatakan
bahwa pendidikan membaca, menulis dan berhitung jangan sampai diperkenalkan
kepada anak-anak dibawah usia 7 tahun. Alasannya, karena pada masa itu
anak-anak belum dapat berpikir operasional konkret sehingga ditakutkan
pelajaran tersebut akan membebani mereka yang belum mampu untuk berpikir secara
terstruktur. Sementara itu kegiatan membaca dan menulis sendiri didefinisikan
sebagai kegiatan yang memerlukan cara berpikir terstruktur, sehingga tidak
sesuai bila diajarkan pada anak usia dibawah 7 tahun. Apalagi pada anak-anak
usia bayi dan balita. Piaget mengkhawatirkan otak anak-anak tersebut menjadi
terbebani dan tujuan awal mencerdaskan anak menjadi dilema karena justru
anak-anak menjadi tidak bahagia dan tidak bisa menikmati kehidupan mereka.
Pada
kenyataannya, pendapat Piaget menimbulkan kebingungan tersendiri bagi para
orang tua yang tetap ingin mengembangkan potensi intelektual anaknya tanpa
harus menunggu usia 7 tahun. Dapat dibayangkan betapa anak-anak kita kesulitan
untuk mengikuti pelajaran ketika mereka masuk SD. Padahal di SD mereka sudah
langung menerima pelajaran dengan buku paket yang banyak, dan anak-anak
diharapkan sudah mampu mandiri belajar sendiri. Bagaimana mungkin mereka
melakukan itu, kalau basic untuk membaca, menulis dan berhitungnya saja belum
ada? Kurikulum di SD pun tidak terdapat pelajaran khusus untuk membaca, menulis
dan berhitung. Guru di SD tinggal terima beres akan kemampuan anak didiknya
dalam membaca, menulis dan berhitung. Guru SD bahkan mungkin sudah hampir lupa
bagaimana mengajari anak membaca, menulis dan berhitung.
Fenomena
tentang perlunya belajar membaca, menulis sejak anak usia dini akhirnya banyak
memunculkan berbagai metode dan teori. Pendapat Jean Piaget tersebut banyak
disangkal oleh beberapa peneliti lainnya.
Diantaranya
:
Glenn Doman dengan kartu flash-nya, dimana
ia menunjukkan bahwa pada bayi jauh lebih mampu belajar dari yang kita
bayangkan.
Howard Gardner, psikolog perkembangan dari
Amerika, tentang cara memandang membaca dan menulis sebagai sebagian kecil
keterampilan yang seharusnya diperoleh anak, seperti motorik dan sensorik.
Dr. Marian Diamond, Profesor University of
California-Berkeley, menyimpulkan bahwa pada umur berapapun semenjak manusia
lahir hingga meninggal dunia sangat memungkinkan untuk meningkatkan kemampuan
mental melalui rangsangan lingkungan
Elisabeth G. Hainstock, Penemu metode
montessori, menyatakan bahwa puncak perkembangan otak anak adalah saat usia pra
sekolah.(Bunda Ranis)
Dari
beberapa teori yang menyangkal pendapat Piaget tersebut akhirnya dapat ditarik
kesimpulan bahwa anak belajar membaca dan menulis semenjak dini bukanlah hal
yang tabu. Sangat bisa dan tetap membuat mereka bahagia. Bahkan di masa golden
age inilah, anak harus mendapat stimulus yang tepat agar mereka benar-benar
dapat tercetak menjadi generasi emas yang dapat memajukan bangsa dan negara.
Kuncinya hanya terletak pada cara transfer pengetahuan membaca dan menulis itu
sendiri.
Bila
kita dapat menemukan cara atau metode yang tepat dan efektif dalam membaca dan
menulis bagi anak usia dini tanpa mengesampingkan kesenangan mereka, kenapa
tidak kita optimalkan saja potensi anak di saat periode keemasan tersebut.
Kuncinya adalah kita harus mengikuti dunianya anak-anak, yaitu bermain. Jadi
pembelajaran dilakukan dengan menyenangkan, tidak membebani anak sehingga
mereka tidak merasa terpaksa. Sulit sekali rasanya bila harus mengatur anak
usia dini harus duduk diam dengan manis, belajar serius dan kaku. Beda halnya
bila pembelajaran dilakukan sambil bermain, maka anak akan lebih mudah paham
dan dapat mengingat untuk memory jangka panjang. Dengan demikian bagaimana cara
menyajikan pengetahuan tentang membaca dan menulis tersebut secara efektif ?
Bagaimana cara yang nyaman bagi anak-anak dan tepat mengenai sasaran sesuai
ekspektasi orang tua ? Bagaimana cara membuat anak-anak kita tetap tersenyum
dan ceria?
Sampai saat
ini aktivitas mengajarkan membaca
dan menulis pada Pendidikan Anak Usia Dini masih menjadi permasalahan,
psikologi perkembangan Jean
Piaget yang selama
ini menjadi rujukan utama
kurikulum di TK
dan bahkan pendidikan
secara umum.
Anak-anak pada
usia di bawah
7 tahun tidak boleh
diajari membaca, menulis dan
berhitung karena menurut
Piaget pada usia
di bawah 7
tahun anak belum mencapai
fase operasional konkrit.Fase
operasional konkret adalah fase
di mana anak sudah bisa berpikir terstruktur(Ormrod,2008).
Sementara kegiatan
membaca dan menulis dianggap
sebagai kegiatan yang
memerlukan cara berpikir
terstruktur,sehingga
kegiatan ini tidak boleh diberikan
pada anak usia
diniyaitu anak yang berusia 0-6
tahun atau di
bawah 7 tahun.
C. Cara Mengikuti Pembelajaran MMP
Membaca adalah kunci
untuk membuka dunia, begitu kata pepatah. Begitu pentingnya membaca maka sejak
kecil orang tua berkeinginan agar anaknya bisa membaca. Itulah sebabnya membaca
perlu menjadi kegiatan yang menyenangkan bagi anak.
Banyak
cara mengikuti pembelajaran membaca menulis permulaan bagi anak usia dini membaca
namun tetap menyenangkan. Diantaranya:
1.
Bernyanyi.
Anak-anak suka mengikuti irama dan bernyanyi.
Ajarilah mereka lagu ABC dan perkenalkan mereka dengan huruf-huruf nya. Gunakan
alat bantu kertas huruf berwarna-warni akan sangat membantu pemahaman anak.
2.
Memasang karpet
huruf.
Selain untuk tempat bermain, karpet huruf bisa
menjadi sarana untuk belajar. Perkenalkan huruf-huruf dan gambar yang
menyertainya kepada anak-anak dan bantu mereka untuk mengingatnya, contoh huruf
A untuk apel, dst.
3.
Memasang
nama-nama pada setiap benda
Kita dapat menempel/memasang nama-nama pada setiap
benda Misalnya: kata PINTU pada pintu atau
kata JENDELA pada jendela dan seterusnya.
4.
Belajar membaca
dengan flash card.
Metode belajar membaca Flash Card didasari fakta
bahwa anak kecil belajar melalui permainan. Apabila kegiatan belajar yang
mereka jalani menyenangkan, maka mereka akan menikmatinya, sehingga dapat
belajar jauh lebih cepat.
Untuk itu, para ahli
menganjurkan agar menggunakan flash card (kartu) untuk membantu si kecil
belajar membaca. Prinsipnya adalah Anda menggunakan kartu-kartu yang berukuran
besar yang bertuliskan kata-kata sederhana. Setiap kartu atau flash card
tersebut memuat 1 kata yang ditulis dengan huruf kecil (bukan kapital) dengan
ukuran besar dan warna yang jelas/mencolok.
Para ahli mengatakan bahwa bayi sangatlah
jenius terhadap bahasa. Sebagai contoh, coba kita lihat… bagi setiap bayi yang
lahir di Indonesia, bahasa Indonesia merupakan bahasa asing – tidak bedanya
dengan dengan bahasa Inggris atau Rusia.
Namun apa yang terjadi? Ternyata si bayi bisa mempelajari
bahasanya! Bagaimana ia mempelajarinya? Anda bisa saja dengan bangganya
mengatakan bahwa Anda yang yang telah mengajarinya, tapi kalau mau jujur,
paling-paling Anda hanya mengajari ‘Mama’, ‘Papa’ dan sebagian kecil kata saja,
ya kan? Lalu bagaimana dengan ribuan kosakata, berikut dengan cara
pengucapannya yang benar yang diserap oleh si kecil – apakah Anda yang
mengajarkannya secara khusus?
Para ahli menyimpulkan, bahwa anak-anak mempelajari
bahasanya melalui konteks, bukan dengan cara diajarkan satu per satu dari
daftar koleksi kata berikut dengan artinya (ini persisi seperti yang diajarkan
pada umumnya di sekolah-sekolah ketika mengajarkan bahasa asing ataupun ketika
mengajarkan anak membaca).
Oleh sebab itu, para ahli menganjurkan agar ketika
mengajarkan anak membaca, kita hendaknya mengolah bahasa dalam bentuk tulisan
sebagaimana kita mengolah bahasa dalam bentuk pembicaraan. Artinya, kita
sebaiknya membuat proses belajar membaca untuk bayi sesederhana mungkin. Dengan
begini, anak kecil bisa belajar membaca secara alami dan tanpa ia sadari –
sebagaimana ia belajar berbicara dengan bahasa ibunya. Untuk bisa memahami
bahasa melalui telinga, diperlukan 3 persyaratan:
1. Lantang
2. Jelas
3. Diulang-ulang
Dan tanpa disadari, seorang ibu biasanya berbicara
kepada bayinya dengan 3 elemen ini; lantang, jelas dan diulang-ulang.
Alasan utama mengapa kebanyakan bayi tidak menyerap
bahasanya melalui mata menuju ke otaknya sebagaimana bahasa tersebut diserap
melalui telinga menuju otaknya, adalah karena ternyata untuk bisa membaca
bahasa tersebut, diperlukan bahasa yang disajikan kepada penglihatannya dalam
bentuk yang besar, jelas dan diulang-ulang. Dan inilah yang gagal diberikan
oleh kebanyakan orang tua kepada bayinya – menyajikan kata-kata dalam bentuk
besar, jelas dan diulang-ulang, sehingga anak-anak bisa belajar dengan sangat
mudah. Jangan lupa, setiap anak memiliki kemampuan yang berbeda. Setiap mereka
memiliki kelebihan dan kelemahan yang berbeda-beda dalam mempelajari sesuatu
yang baru. Oleh sebab itu, pastikan Anda bisa menyesuaikan cara pembelajaran
untuk setiap anak. Selamat menerapkan metode belajar membaca dengan flash card
dan semoga berhasil!. Berikutnya, cari waktu yang lapang dan menyenangkan untuk
Anda dan buah hati Anda. Duduklah bersama dan tunjukkan flash card tersebut
kepadanya satu per satu sambil Anda bacakan dengan lantang dan jelas..
Bagaimana
Cara Belajar Membaca Menggunakan Flash Card?
Ada
beberapa hal penting yang perlu Anda ketahui tentang penggunaan flash card:
a)
Flash card
sebaiknya disusun dan dikelompokkan berdasarkan subyek yang sama
b)
Untuk flash card
yang bergambar, gambarnya harus berukuran cukup besar dan jelas
c)
Flash card
gambar hanya berisi 1 gambar untuk setiap kartu, tanpa latar belakang apapun
d) Ketika
Anda menunjukkan kartu tersebut kepada anak Anda, usahakan tidak terlalu lama.
Cukup sekitar 1 detik
e)
Ketika anak Anda
terlihat bosan, segera hentikan aktifitas belajar. Ingat, proses belajar jangan
sampai dipaksakan dan jangan terlalu ingin cepat melihat hasil
f)
Adakan kegiatan
ini hanya ketika anak Anda sedang baik perasaannya. Jangan sekali-kali
mengadakannya ketika ia sedang lelah, sakit, atau rewel
g)
Pastikan juga
Anda sedang dalam keadaan senang ketika mengajarkan si kecil membaca. Dengan
begini, suasana belajar-mengajar menjadi menyenangkan
h)
Ketika anak Anda
selesai mempelajari 1 set flash card, Anda bisa beralih ke set berikutnya
sehingga ia selalu mempelajari sesuatu yang baru Jangan lupa, setiap anak
memiliki kemampuan yang berbeda. Setiap mereka memiliki kelebihan dan kelemahan
yang berbeda-beda dalam mempelajari sesuatu yang baru. Oleh sebab itu, pastikan
Anda bisa menyesuaikan cara pembelajaran untuk setiap anak.
Anak-anak suka belajar membaca dengan flash card
karena biasanya disertai gambar menarik pada flash card. Tidak semua kata ada
pada flash card karena biasanya flash card disusun berdasarkan topik, misalnya
hewan, profesi, buah, dan sebagainya. Orang tua bisa membuat flash card
sendiri. Gunakan kata-kata yang dikenal anak-anak, misalnya nama-nama anggota
keluarga, nama kucingnya, makanan kesukaannya, dan sebagainya.
5.
Belajar melalui media elektronik.
Saat ini sudah banyak dijual VCD tentang pengenalan
huruf, angka, maupun kata-kata sederhana untuk anak-anak. Adapula pelajaran
membaca yang dirangkum menjadi cerita anak. Selain itu ada juga game bagi anak
yang bisa melatih anak membaca. Yang sangat penting adalah tetap mendampingi
anak-anak saat mereka melakukan aktifitas ini. Selain pentingnya interaksi
orang tua dan anak pada setiap kegiatan, perlu diingat juga untuk tidak memaksa
anak melakukan apa yang orang tua mau dengan cara orang tua. Dunia anak adalah
dunia bermain dan waktu konsentrasi anak belumlah sepanjang waktu konsentrasi
orang tua. Jangan membuat anak merasa tertekan dan terbebani dengan target
orang tua. Buatlah anak merasa nyaman dan senang belajar membaca, sehingga
mereka akan menikmati dan suka saat diajak melakukan kegiatan seperti itu lagi.
Bahkan mereka akan mencari waktu untuk melakukan kegiatan membaca.
6 . Dengan menggunakan beberapa metode
Belajar membaca bisa menggunakan
beberapa metode diantaranya:
1. Metode
Eja
Metode eja di dasarkan pada pendekatan harfiah,
artinya belajar membaca dan menulis dimulai dari huruf-huruf yang dirangkaikan
menjadi suku kata. Oleh karena itu pengajaran dimulai dari pengenalan huruf-huruf.
Demikian halnya dengan pengajaran menulis di mulai dari huruf lepas, dengan
langka-langkah sebagai berikut:
a.
Menulis huruf lepas
b.
Merangkaikan huruf lepas menjadi suku kata
c.
Merangkaikan suku kata menjadi kata
d.
Menyusun kata menjadi kalimat (Djauzak, 1996:4)
2. Metode
kata lembaga
Metode kata lembaga di mulai mengajar dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
a. Mengenalkan kata
b. Merangkaikan kata antar suku kata
c. Menguraikan suku kata atas
huruf-hurufnya
d. Menggabungkan huruf menjadi kata
(Djauzak, 1996:5)
3. Metode Global
Metode global memulai pengajaran membaca dan menulis
permulaan dengan membaca kalimat secara utuh yang ada di bawah gambar,
menguraikan kalimat dengan kata-kata, menguraikan kata-kata menjadi suku kata
(Djauzak, 1996:6).
4. Metode SAS
Menuryut (Supriyadi, 1996: 334-335) pengertian
metode SAS adalah suatu pendekatan cerita di sertai dengan gambar yang
didalamnya terkandung unsur analitik sintetik. Metode SAS menurut
(Djuzak,1996:8) adalah suatu pembelajaran menulis permulaan yang didasarkan
atas pendekatan cerita yakni cara memulai mengajar menulis dengan menampil
cerita yang diambil dari dialog siswa dan guru atau siswa dengan siswa. Teknik
pelaksanaan pembelajaran metode SAS yakni keterampilan menulis kartu huruf,
kartu suku kata, kartu kata dan kartu kalimat, sementara sebagian siswa mencari
huruf, suku kata dan kata, guru dan sebagian siswa menempel kata-kata yang
tersusun sehingga menjadi kalimat yang berarti (Subana). Proses operasional
metode SAS mempunyai langkah-langkah dengan urutan sebagai berikut:
a. Struktur yaitu menampilkan keseluruhan.
b. Analitik yatu melakukan proses
penguraian.
c. Sintetik yaitu melakukan penggalan pada
struktur semula.
D. Sulitnya Pembelajaran MMP
1. Pengertian
Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar adalah kesulitan atau
gangguan yang dialami seseorang dalam mempelajari bidang akademik dasar
tertentu sebagai akibat dari terganggunya sistem saraf pusat yang terkait, atau
pengaruh tidak langsung dari berbagai faktor lain. Kesulitan ini ditandai oleh
kesenjangan antara kemampuan umum seseorang dengan kemampuan yang ditunjukannya
dalam mempelajari bidang tertentu. The National Joint Committee for Learning
Disabilities (NJCLD), mendefinisikan kesulitan belajar adalah istilah generik
yang mengacu kepada sekelompok gangguan yang heterogen, yang muncul dalam
bentuk berbagai kesulitan dalam mendengarkan, berbicara, membaca, menulis,
memberi penalaran, atau kemampuan matematika, baik dalam perolehan maupun
penggunaannya.
Gangguan
ini bersifat intrinsik artinya berada dalam diri individu bersangkutan, dan
dianggap disebabkan oleh tidak berfungsinya sistem saraf pusat. Meskipun kesulitan
belajar mungkin muncul bersamaan dengan kondisi kecacatan yang lain (seperti
gangguan sensori, cacat mental, gangguan sosial dan emosi) atau pengaruh
lingkungan (seperti perbedaan budaya, pengajaran yang tidak tepat, dll),
kesulitan belajar bukan merupakan akibat atau pengaruh langsung dari
faktor-faktor tersebut. (Lewis, 1988, hal. 258-359).
2. Faktor
Kesulitan Belajar
Banyak faktor
yang menyebabkan kesulitan belajar, faktor-faktor tersebut tidak berdiri
sendiri, tetapi saling berinteraksi dengan faktor yang lain dalam memunculkan
kesulitan belajar. Osman (1979) menyebutkan sedikitnya ada 9 faktor yang
berperan baik langsung maupun tidak langsung dalam memunculkan kesulitan
belajar, yaitu: intelegensi, ketidaksempurnaan sensori, tingkat keaktifan dan kemampuan
memusatkan perhatian, memar otak dan fungsi otak yang minimal, faktor
keturunan, ketidakmatangan atau kematangan yang terlambat, faktor emosi, faktor
lingkungan, dan faktor pendidikan. Gejala-gejala kesulitan belajar dapat muncul
dalam tiga bidang utama, yaitu : bahasa dan pengembangan konsep, keterampilan
perseptual, dan manifestasi perilaku.
Dalam pendidikan luar biasa, identifikasi merupakan
langkah awal dan sangat penting untuk menandai munculnya gejala kelainan atau
kesulitan. Tujuan utama identifikasi adalah menemukan adanya gejala kelainan
atau kesulitan, yang kemudian akan dijadikan dasar untuk mengambil langkah
selanjutnya, yang biasanya berupa assesment yang lebih akurat dan sistematis.
Identifikasi dapat dilakukan dengan berbagai prosedur yang mampu membuat guru
tanggap terhadap kelainan atau kesulitan yang muncul pada diri anak. (Mc
Loughlin, J.A. & Lewis, R.B, 1981). Agar dapat melakukan identifikasi
gejala kesulitan dalam belajar membaca menulis permulaan, guru harus menguasai
kemampuan yang dituntut dalam membaca menulis permulaan serta berbagai jenis
kesulitan yang mungkin dialami murid dalam usaha menguasai kemampuan tersebut.
Di samping itu, guru harus dapat mengenal gejala-gejala yang merupakan
indikator dari adanya kesulitan.
Untuk melakukan hal itu, guru dipersyaratkan mempunyai
pengamatan yang sensitive terhadap perilaku siswa dalam belajar membaca menulis
permulaan. Identifikasi harus menghasilkan informasi tentang siapa yang perlu
menjalani assesmen dan dalam bidang apa assesmen itu harus dilakukan. Assemen
bertujuan untuk mendapatkan informasi yang rinci mengenai kekuatan dan
kelemahan murid dalam bidang tertentu, sehingga informasi ini dapat
dimanfaatkan untuk penempatan atau mengembangkan pelajaran atau merencanakan
penanganan kesulitannya.
Selain
faktor diatas ada faktor-faktor yang menyebabkan anak mengalami kesulitan
membaca permulaan yaitu dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor internal
(yang berasal dari diri pembaca) maupun faktor eksternal (yang berasal dari
luar diri pembaca). Faktor internal antara lain meliputi : minat baca,
kepemilikan kompetensi pembaca, motivasi dan kemampuan pembacanya. Sedangkan
faktor eksternal antara lain meliputi unsur-unsur yang berasal dari lingkungan
baca.
♦
Faktor Internal
1) Minat
baca
Minat
merupakan kegiatan siswa dengan penuh kesadaran terhadap suatu objek, oleh
karena itu minat perlu dikembangkan dan dilatih dengan terus menerus. Jika
minat baca anak rendah maka tingkat keberhasilan anak dalam membaca akan sulit
tercapai. Minat baca anak harus ditumbuhkembangkan sejak dini. Dan untuk
membangkitkan minat baca siswa, guru harus memberikan motivasi dan bimbingan
pada diri siswa.
2) Motivasi
Kegiatan
pembelajaran akan berhasil dan tercapai tujuannya jika dalam diri siswa
tertanam motivasi. Motivasi dalam proses pembelajaran berfungsi untuk: (1)
fungsi membangkitkan (arousal function) yaitu mengajak siswa belajar, (2)
fungsi harapan (expectasi function) yaitu apa yang harus bisa dilakukan setelah
berakhirnya pengajaran, (3) fungsi intensif (incentive function) yaitu
memberikan hadiah pada prestasi yang akan datang, (4) fungsi disiplin
(disciplinary function) yaitu menggunakan hadiah dan hukuman untuk mengontrol
tingkah laku yang menyimpang (Abd. Rachman, 1993 : 115).
3) Kepemilikan
Kompetensi Membaca
Keterampilan
berbahasa ada empat, yaitu : keterampilan membaca, berbicara, menyimak dan menulis. Keterampilan dalam
membaca diperlukan latihan- latihan tahap demi tahap. Kegiatan membaca
berkaitan dengan pengenalan huruf, bunyi dan huruf atau rangkaian kata, makna
atau maksud dan, pemahaman terhadap makna atau maksud. Jika kegiatan membaca
tidak dilakukan secara teratur maka
keterampilan membaca yang dimiliki anak akan berkurang dengan sendirinya.
♦
Faktor Eksternal
Faktor
eksternal ini meliputi unsur-unsur yang berasal dari lingkungan baca. Dalam hal
ini sekolah sebagai pusat kebudayaan harus menciptakan siswa yang gemar membaca
melalui perpustakaan sekolah. Sekolah harus dapat menciptakan suasana perpustakaan
yang menyenangkan dan memberi kenyamanan siswa dalam belajar. Lingkungan baca
sangat mempengaruhi tingkat keberhasilan
membaca anak. Lingkungan baca anak yang
menyenangkan akan memberi kenyamanan bagi si pembaca dan mempermudah
anak dalam membaca.
Dalam
pelaksanaan pengajaran membaca, guru seringkali dihadapkan pada anak yang
mengalami kesulitan belajar membaca khususnya di kelas rendah.
Kesulitan-kesulitan tersebut antara lain :
1)
Kurang mengenali
huruf
Ketidakmampuan
anak dalam mengenal huruf-huruf alfabetis seringkali dijumpai oleh guru yang sulit membedakan
huruf besar / kapital dan huruf kecil.
2)
Membaca kata
demi kata
Jenis
kesulitan ini biasanya berhenti membaca setelah membaca sebuah kata, tidak
segera diikuti dengan kata berikutnya. Hal ini disebabkan oleh :
(a)
gagal menguasai keterampilan pemecahan kode (decoding)
(b)
gagal memahami makna kata
(c)
kurang lancar membaca.
3)
Pemparafase yang
salah
Dalam
membaca anak seringkali melakukan pemenggalan (berhenti membaca) pada tempat
yang tidak tepat atau tidak memperhatikan tanda baca, khususnya tanda koma.
4)
Miskin pelafalan
Ketidak
tepatan pelafalan kata disebabkan anak tidak menguasai bunyi-bunyi bahasa
(fonem).
5)
Penghilangan
Penghilangan
yang dimaksud adalah menghilangkan (tidak dibaca) kata atau frasa dari teks
yang dibacanya. Biasanya disebabkan ketidakmampuan anak mengucapkan huruf-huruf
yang membentuk kata.
6)
Pengulangan
Kebiasaan
anak mengulangi kata atau frasa dalam membaca disebabakan oleh faktor tidak
mengenali kata, kurang menguasai huruf, bunyi, atau rendah keterampilannya.
7)
Pembalikan
Beberapa
anak melakukan kegiatan membaca dengan menggunakan orientasi dari kanan ke
kiri. Kata nasi dibaca isan. Selain itu, pembalikan juga dapat terjadi dalam
membunyikan huruf-huruf, misal huruf b dibaca d, huruf p dibaca g. Kesulitan
ini biasanya dialami oleh anak-anak kidal yang memiliki kecenderungan
menggunakan orientasi dari kanan ke kiri dalam membaca dan menulis.
8)
Penyisipan
Kebiasaan
anak untuk menambahkan kata atau frase dalam kalimat yang dibaca juga dipandang
sebagai hambatan dalam membaca, misalnya, anak menambah kata seorang dalam
kalimat “anak sedang bermain”.
9)
Penggantian
Kebiasaan
mengganti suatu kata dengan kata lain disebabkan ketidakmampuan anak membaca
suatu kata, tetapi dia tahu dari makna kata tersebut. Misalnya, karena anak
tidak bisa membaca kata mengunyah maka dia menggantinya dengan kata makan.
10) Menggunakan
gerak bibir, jari telunjuk dan menggerakkan kepala
Kebiasaan
anak menggerakkan bibir, menggunakan telunjuk dan menggerakan kepala sewaktu
membaca dapat menghambat perkembangan anak dalam membaca.
11) Kesulitan
konsonan
Kesulitan
dalam mengucapkan bunyi konsonan tertentu dan huruf yang melambangkan konsonan
tersebut.
12) Kesulitan
vokal
Dalam
bahasa Indonesia, beberapa vokal dilambangkan dalam satu huruf, misalnya e
selain melambangkan bunyi e juga melambangkan bunyi é (dalam kata keras,
kepala, kerang, telah dan sebagainya) huruf-huruf yang melambangkan beberapa
bunyi seringkali menjadi sumber kesulitan anak dalam membaca.
13) Kesulitan
kluster, diftong dan digraf
Dalam
bahasa Indonesia dapat dijumpai adanya kluster (gabungan dua konsonan atau
lebih), diftong (gabungan dua vokal), dan digraf (dua huruf yang melambangkan
satu bunyi). Ketiga hal tersebut merupakan sumber kesulitan anak yang sedang belajar
membaca.
14) Kesulitan
menganalisis struktur kata
Anak
seringkali mengalami kesulitan dalam mengenali suku kata yang membangun suatu
kata. Akibatnya anak tidak dapat mengucapkan kata yang dibacanya.
15) Tidak
mengenali makna kata dalam kalimat dan cara mengucapkannya
Hal
ini disebabkan kurangnya penguasaan kosakata, kurangnya penguasaan struktur
kata dan penguasaan unsur konteks (kalimat dan hubungan antar kalimat).
E. Cara Mengatasinya
Bimbingan
yang dapat Dilakukan Guru Dalam Mengatasi Anak yang Mengalami Kesulitan Membaca
Permulaan
Peran guru sebagai
fasilitator sangat berpengaruh besar terhadap perkembangan peningkatan belajar
anak. Keberhasilan belajar anak tidak lepas dari cara guru membimbing dan
mendidik siswanya. Bimbingan yang harus dilakukan guru dalam menghadapi anak
yang mengalami kesulitan membaca antara lain :
1. Bimbingan
terhadap anak yang kurang mengenali huruf
Langkah
yang harus ditempuh guru dalam membantu anak yang mengalami kesulitan kurang
mengenali huruf ini dapat berupa :
–
Huruf dijadikan bahan nyanyian.
–
Menampilkan huruf dan mendiskusikan bentuk (karakteristiknya) khususnya
huruf-huruf
yang memiliki kemiripan bentuk (misalnya p, b, dan d).
2. Bimbingan
terhadap anak yang membaca kata demi kata
Langkah
yang dilakuan guru untuk mengatsi anak yang mengalami kesulitan jenis ini
adalah :
–
Gunakanlah bacaan yang tingkat kesulitannya rendah.
–
Anak disuruh menulis kalimat dan membacanya dengan keras.
–
Jika kesulitan ini disebabkan oleh kurangnya penguasaan kosakata, maka perlu
pengayaan kosakata.
–
Jika anak tidak menyadari bahwa dia membaca kata demi kata, rekamlah kegiatan
anak membaca dan putarlah hasil rekaman tersebut.
3. Bimbingan
terhadap anak yang salah memparafrase.
Langkah
yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan ini yaitu dengan cara :
–
Jika kesalahan disebabkan ketidaktahuan anak terhadap makna kelompok kata
(frasa), sajikan sejumlah kelompok kata dan latihkan cara membacanya.
–
Jika kesalahan disebabkan oleh ketidaktahuan anak tentang tanda baca,
perkenalkan fungsi tanda baca dan cara membacanya.
–
Berikan paragraf tanpa tanda baca, suruhlah anak untuk membacanya.
Selanjutnya
ajaklah anak untuk menuliskan tanda baca pada paragraf tersebut.
4. Bimbingan
terhadap anak yang miskin pelafalan
Untuk
mengatasi kesulitan pelafalan, guru dapat menggunakan cara berikut :
–
Bunyi-bunyi yang sulit diucapkan perlu diajarkan secara tersendiri.
–
Bagi anak yang tidak dapat mengucapkan kata secara tepat berikan latihan khusus
pengucapan kata-kata tertentu yang dipandang sulit.
5. Bimbingan
terhadap anak yang mengalami penghilangan kata
Untuk
mengatasi hal ini ditempuh cara :
–
Anak disuruh membaca ulang.
–
Kenali jenis kata atau frasa yang dihilangkan.
–
Berikan latihan membaca kata atau frasa.
6. Bimbingan
terhadap anak yang sering mengulangi kata
Upaya
yang dilakukan guru dalam hal ini antara lain :
–
Anak perlu disadarkan bahwa mengulang kata dalam membaca merupakan kebiasaan
buruk.
–
Kenali jenis kata yang sering diulang.
–
Siapkan kata atau frasa jenis untuk dialatihkan.
7. Bimbingan
terhadap anak yang sering melakukan pembalikan kata
Upaya
mengatasi kesulitan ini dapat dikukuhkan dengan cara sebagai berikut :
–
Anak perlu disadarkan bahwa membaca (dalam bahan yang menggunakan sistem
alfabetis) menggunakan orientasi dari kiri ke kanan.
–
Bagi anak yang kurang menguasai hubungan huruf-bunyi, siapkan kata-kata yang
memiliki bentuk serupa untuk dilatihkan.
–
Latihan hendaknya dilakukan dalam bentuk kata yang bermakna, misalnya : huruf p
dan b dilatihkan dengan menggunakan kata pagi dan bagi.
8. Bimbingan
terhadap anak yang memiliki kebiasaan menyisipkan kata
Untuk
mengatasi hal ini, bimbinglah anak dengan menyuruh anak membaca dengan
pelan-pelan dan mengingatkan bahwa dia telah menambahkan kata dalam membaca.
9. Bimbingan
terhadap anak yang memiliki kebiasaan mengganti suku kata
Untuk
mengatasi hal ini dapat dilakukan dengan cara :
–
Gunakan bahan bacaan yang teramsuk kategori mudah.
–
Identifikasi kata-kata yang sulit diucapkan oleh anak.
–
Latihkan cara mengucapkan kata-kata tersebut.
10.
Bimbingan
terhadap anak yang memiliki kebiasaan menggunakan gerak bibir, jari telunjuk
dan menggerakan kepala.
Untuk
mengubah kebiasaan anak yang selalu menggerakkan bibir sewaktu membaca dalam
hati, dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut
-
Anak disuruh mengumumkan suatu kalimat, selanjutnya suruh anak untuk mengulangi
membaca kalimat tersebut tanpa mengunyam.
-
Jelaskan pada anak bahwa membaca mengunyam dapat menghambat keefektifan
membaca.
Sedangkan
untuk menghadapi anak yang menggunakan jari telunjuk dalam membaca, dapat
dilakukan kegiatan berikut.
-
Perhatikan apakah anak mengalami gangguan mata.
-
Gunakan bacaan yang cetakannya besar dan jelas.
-
Latihkan teknik membaca prosa.
-
Peringkatkan anak untuk tidak menggunakan jari telunjuk dalam membaca.
11.
Bimbingan
terhadap anak yang kesulitan mengucapkan bunyi konsonan dapat dilakukan
bimbingan antara lain :
-
Kembangkan anak dalam mendengarkan konsonan yang sulit misalnya tuliskan
kata-kata yang dimulai dengan konsonan (depan, adat, dapat, diri dan
sebagainya).
-
Suruh anak mencari dan mengumpulkan kata yang didalamnya terkandung konsonan
tersebut.
-
Latihkan anak mengucapkan kata-kata yang didalamnya terkandung konsonan.
12.
Bimbingan
terhadap anak yang mengalami kesulitan vokal
Untuk
mengatasi anak yang mengalami kesulitan ini dapat dilakukan :
-
Tanamkan pengertian pada diri anak bahwa huruf-huruf tertentu dalam
melambangkan lebih dari satu bunyi misalnya : huruf e dapat melambangkan bunyi
e dan é.
-
Berikan contoh huruf e yang melambangkan bunyi e dan é dalam kata-kata
-
Ajaklah anak mengumpulkan kata yang didalamnya terkandung huruf tersebut.
13.
Bimbingan
terhadap anak yang mengalami kesulitan kluster, diftong dan digraf
Untuk
mengatasi kesulitan ini lakukan :
–
Kenalkan kluster (misalnya st, kl, gr, pr, sw), diftong (misalnya ai, oi, ui) dan
digraf (misalnya sy, ng, kh, dan ny) dalam kata atau kalimat.
–
Tuliskan kata atau kalimat yang mengandung kluster, diftong, dan digraf.
–
Mintalah anak untuk mengumpulkan kata-kata yang di dalamnya terkandung kluster,
diftong, dan digraf.
–
Perintahkan anak membacakan kata-kata yang telah dikumpulkan.
14.
Bimbingan
terhadap anak yang kesulitan menganalisis struktur kata
Untuk
mengatasi kesulitan ini lakukanlah :
–
Catatlah kata-kata yang seringkali dipandang sulit untuk diucapkan oleh anak.
–
Perkenalkan kata-kata yang seringkali dipandang sulit untuk diucapkan oleh
anak.
–
Perkenalkan kata-kata tersebut kepada anak dengan memanfaatkan metode yang ada.
–
Suruhlah anak mencari kata-kata lain yang sejenis dan membacanya.
15.
Bimbingan
terhadap anak yang sulit mengenali makna kata dalam kalimat dan cara
mengucapkannya.
Untuk
mengatasi anak yang mengalami kesulitan ini lakukan :
-
Ambil satu kata dan daftarkan kata turunannya (misalnya kata : membaca,
membacakan, dibaca, dibacakan, bacaan, dan terbaca).
-
Bimbinglah anak untuk mengenali kata baca dan turunannya yang terdapat dalam
bacaan tersebut.
-
Alihkan pada kata lain (misalnya kata tulis, gambar, makan, lari dan
sebagainya)
BAB
III
PENUTUPAN
Kesimpulan
Membaca-menulis
permulaan merupakan program pembelajaran yang diorientasikan kepada kemampuan
membaca dan menulis permulaan pada saat
anak-anak mulai memasuki dunia
pendidikan. Pada tahap awal anak memasuki
lingkungan pendidikan, Membaca dan menulis permulaan merupakan menu
utama. Kemampuan membaca permulaan lebih diorientasikan pada kemampuan
mengenal, yakni kemampuan melek huruf.
Berbagai
permasalahan tentang anak usia dini, apakah boleh belajar membaca dan menulis
masih menjadi pembicaraan di masyarakat. Berbagai penelitian dan pendapat yang
mendukung bahwa anak usia dibawah 7 tahun boleh untuk belajar membaca dan
menulis, dan penelitian lain berbeda pendapat bahwa anak pada usia tersebut
jangan diberikan pelajaran membaca menulis. Mereka khawatir bila anak sejak
kecil sudah dipaksakan belajar, lama kelamaan akan menjadi bosan dan justru
ketika saatnya usia SD mereka justru akan mogok sekolah.
Bimbingan
yang dapat Dilakukan Guru Dalam Mengatasi Anak yang Mengalami Kesulitan Membaca
Permulaan,Peran guru sebagai fasilitator sangat berpengaruh besar terhadap
perkembangan peningkatan belajar anak. Keberhasilan belajar anak tidak lepas
dari cara guru membimbing dan mendidik siswanya.
DAFTAR
PUSTAKA
Sumber Internet:
http://nazama.blogspot.co.id/2014/05/mmp-membaca-dan-menulis-permulaan.html
http://srihendrawati.blogspot.co.id/2010/05/metode-metode-membaca-menulis-permulaan.html
file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND.../Modul_MMP.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar