Rabu, 28 November 2018

PERMASALAHAN-PERMASALAHAN DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA, MENULIS PERMULAAN (MMP, makalah


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam, yang telah menciptakan manusia dengan keadaan sempurna, memberikan nikmat terbesar yakni iman dan islam serta kesehatan. Shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, beserta keluarganya, sahabatnya, tabi’in dan seluruh umatnya yang istikomah mengikuti tuntunan dan teladannya sampai akhir zaman.
Atas berkat Allah SWT kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judulPERMASALAHAN-PERMASALAHAN DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA, MENULIS PERMULAAN (MMP)”.
Seperti pepatah yang mengatakan tak ada gading yang tak retak, kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini, masih banyak terdapat kekeliruan,  kami akan sangat berterimakasih dan berbesar hati menerima saran dan kritik yang bersifat membangun, bermanfaat bagi kesempurnaan pembuatan makalah berikutnya.
         
                                                                             Serang,                      2018



                                                     Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................... 1
DAFTAR ISI......................................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................... 3
A.    Latar Belakang............................................................................................................. 3
B.     Rumusan Masalah........................................................................................................ 4
C.     Tujuan........................................................................................................................... 4
BAB II  PEMBAHASAN.................................................................................................... 5
A.    Pengertian Membaca, Menulis Permulaan.................................................................... 5
B.     Permasalahan-Permasalahan Dalam Pembelajaran MMP............................................. 5
C.     Cara Mengikuti Pembelajaran MMP............................................................................ 7
D.    Sulitnya Pembelajaran MMP........................................................................................ 12
E.     Cara Mengatasinya....................................................................................................... 16
BAB III PENUTUP.............................................................................................................. 21
A.    Kesimpulan................................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................... 22


BAB  I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pembelajaran membaca, menulis permulaan memegang peranan yang strategis dan berperan aktif dalam setiap  proses membaca. Menurut Iskandar Wassid & Dadang (2011,p.3)  pembelajaran membaca, menulis permulaan memiliki peranan penting untuk  membentuk sikap, kebiasaan, dan kemampuan peserta didik menuju perkembangan selanjutnya. Pembelajaran membaca, menulis permulaan juga membantu peserta didik dalam mengembangkan kemampuan berbahasa di lingkungannya.
Pembelajaran membaca, menulis permulaan membantu peserta didik dalam hal berkomunikasi. Melalui bahasa, peserta didik mampu mempelajari nilai-nilai agama atau moral, dan juga nilai-nilai sosial bagi AUD. Melalui bahasa jugalah peserta didik mampu mempelajari berbagai macam  cabang ilmu dan juga  menyerap berbagai nilai serta pengetahuan yang dipelajari AUD.
Salah satu aspek pembelajaran di sekolah ialah pengenalan pembelajaran membaca, menulis permulaan.
Pembelajaran membaca merupakan kegiatan utamanya memperkenalkan membaca, menulis permulaan. Proses pembelajaran membaca, menulis permulaan pada awalnya meminta pendidik untuk melihat bagaimana kemampuan dasar  yang dimiliki oleh peserta didik.
Pembelajaran membaca, menulis permulaan pada anak usia dini merupakan pembelajaran pengenalan membaca tahap awal. Kegiatan membaca tahap awal ini disebut membaca permulaan. Tujuan membaca, menulis permulaan pada anak usia dini  agar peserta didik mengenal kalimat sederhana, dan melatih otot tangan untuk memegang pensil, dalam membaca permulaan dipengaruhi oleh keaktifan dan kreativitas pendidik yang mengajar di kelas. Artinya, pendidik memegang peranan penting dan strategis dalam meningkatkan keterampilan  membaca, menulis permulaan AUD. Peranan strategis tersebut menyangkut peran pendidik  sebagai sumber belajar, fasilitator, motivator, serta organisator dalam setiap  proses pembelajaran AUD yang berkesulitan belajar membaca, menulis permulaan harus memperoleh perhatian yang cukup dari pendidik. Hal seperti ini tidak menutup kemungkinan apabila ada AUD yang belum mampu mencapai tujuan yang diharapkan. Hal ini menunjukkan bahwa AUD belum tuntas dalam melaksanakan pembelajaran. Oleh karena itu, peran serta pendidik sangat diharapkan pada tingkat permulaan. Kedudukan dan peran pendidik sangat besar pengaruhnya dan merupakan titik yang strategis dalam kegiatan pendidikan.
Rendahnya membaca, menulis permulaan pada anak usia dini tidak terlepas dari berbagai permasalahan yang dihadapi. Permasalahan tersebut dapat diketahui berdasarkan hasil pengamatan, pengalaman pendidik, pelaksanaan pembelajaran membaca permulaan. Semua ini tidak terlepas dari yang namanya proses belajar mengajar. Adapun proses belajar mengajar ialah inti dari setiap proses yang ada pada sistem sekolah. Oleh karena itu, sekolah dapat dikategorikan baik apabila di dalamnya berlangsung proses belajar mengajar yang baik. Adapun proses belajar mengajar itu sendiri menjadi perhatian paling utama dalam meningkatkaan mutu pendidikan pada anak usia dini  Dengan kata lain, hasil akhir dari upaya meningkatkan mutu pendidikan pada anak usia dini  ialah terciptanya proses belajar mengajar yang baik.

B.     Rumusan Masalah
1.         Apa yang dimaksud dengan Pengertian Membaca, Menulis Permulaan ?
2.         Apa yang dimaksud dengan Permasalahan-Permasalahan Dalam Pembelajaran MMP ?
3.         Apa yang dimaksud dengan Cara Mengikuti Pembelajaran MMP?
4.         Apa yang dimaksud dengan Sulitnya Pembelajaran MMP?
5.         Dan Bagaimana Cara Mengatasinya ?

C.    Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah :
1.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Pengertian Membaca, Menulis Permulaan
2.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Permasalahan-Permasalahan Dalam Pembelajaran MMP ?
3.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud Cara Mengikuti Pembelajaran MMP
4.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Sulitnya Pembelajaran MMP
5.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Cara Mengatasinya




BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Membaca, Menulis Permulaan
Membaca-menulis permulaan merupakan program pembelajaran yang diorientasikan kepada kemampuan membaca dan menulis permulaan  pada saat anak-anak mulai memasuki  dunia pendidikan. Pada tahap awal anak memasuki  lingkungan pendidikan, Membaca dan menulis permulaan merupakan menu utama. Kemampuan membaca permulaan lebih diorientasikan pada kemampuan mengenal, yakni kemampuan melek huruf.  Maksudnya, anak-anak dapat mengubah dan melafalkan lambing-lambang tertulis menjadi bunyi-bunyi bermakna. Pada tahap ini sangat dimungkinkan anak-anak dapat melafalkan lambing-lambang huruf yang dibacanya tanpa diikuti oleh pemahaman terhadap lambing bunyi-bunyi tersebut. Kemudian kemampuan menulis permulaan tidak jauh berbeda dengan kemampuan membaca permulaan. Pada tingkat permulaan, pembelajaran menulis lebih diorientasikan pada kemampuan yang bersifat mekanik. Anak-anak dilatih untuk dapat menuliskan ( mirip dengan kemampuan melukis atau menggambar) lambang-lambang tulis yang jika dirangkaikan dalam sebuah struktur, lambang-lambang itu menjadi bermakna . selanjutnya dengan kemampuan dasar ini, secara perlahanlahan anak-anak digiring pada kemampuan berbicara , dan melatih motorik kasarnya atau melatih otot tangannya, ke dalam bentuk bahasa tulis melalui lambing-lambang tulis yang sudah dikuasainya.
B.     Permasalahan-Permasalahan Dalam Pembelajaran MMP
Berbagai permasalahan tentang anak usia dini, apakah boleh belajar membaca dan menulis masih menjadi pembicaraan di masyarakat. Berbagai penelitian dan pendapat yang mendukung bahwa anak usia dibawah 7 tahun boleh untuk belajar membaca dan menulis, dan penelitian lain berbeda pendapat bahwa anak pada usia tersebut jangan diberikan pelajaran membaca menulis. Mereka khawatir bila anak sejak kecil sudah dipaksakan belajar, lama kelamaan akan menjadi bosan dan justru ketika saatnya usia SD mereka justru akan mogok sekolah.
Alasan kontra tersebut selaras dengan penelitian seorang ahli psikolog perkembangan anak dari Swiss, Jean Piaget, seperti yang dituangkan oleh Afin Murtie pada bukunya Mengajari Anak membaca dan menulis permulaan dengan Bermain. Ia menyatakan bahwa pendidikan membaca, menulis dan berhitung jangan sampai diperkenalkan kepada anak-anak dibawah usia 7 tahun. Alasannya, karena pada masa itu anak-anak belum dapat berpikir operasional konkret sehingga ditakutkan pelajaran tersebut akan membebani mereka yang belum mampu untuk berpikir secara terstruktur. Sementara itu kegiatan membaca dan menulis sendiri didefinisikan sebagai kegiatan yang memerlukan cara berpikir terstruktur, sehingga tidak sesuai bila diajarkan pada anak usia dibawah 7 tahun. Apalagi pada anak-anak usia bayi dan balita. Piaget mengkhawatirkan otak anak-anak tersebut menjadi terbebani dan tujuan awal mencerdaskan anak menjadi dilema karena justru anak-anak menjadi tidak bahagia dan tidak bisa menikmati kehidupan mereka.
Pada kenyataannya, pendapat Piaget menimbulkan kebingungan tersendiri bagi para orang tua yang tetap ingin mengembangkan potensi intelektual anaknya tanpa harus menunggu usia 7 tahun. Dapat dibayangkan betapa anak-anak kita kesulitan untuk mengikuti pelajaran ketika mereka masuk SD. Padahal di SD mereka sudah langung menerima pelajaran dengan buku paket yang banyak, dan anak-anak diharapkan sudah mampu mandiri belajar sendiri. Bagaimana mungkin mereka melakukan itu, kalau basic untuk membaca, menulis dan berhitungnya saja belum ada? Kurikulum di SD pun tidak terdapat pelajaran khusus untuk membaca, menulis dan berhitung. Guru di SD tinggal terima beres akan kemampuan anak didiknya dalam membaca, menulis dan berhitung. Guru SD bahkan mungkin sudah hampir lupa bagaimana mengajari anak membaca, menulis dan berhitung.
Fenomena tentang perlunya belajar membaca, menulis sejak anak usia dini akhirnya banyak memunculkan berbagai metode dan teori. Pendapat Jean Piaget tersebut banyak disangkal oleh beberapa peneliti lainnya.
Diantaranya :
    Glenn Doman dengan kartu flash-nya, dimana ia menunjukkan bahwa pada bayi jauh lebih mampu belajar dari yang kita bayangkan.
    Howard Gardner, psikolog perkembangan dari Amerika, tentang cara memandang membaca dan menulis sebagai sebagian kecil keterampilan yang seharusnya diperoleh anak, seperti motorik dan sensorik.
    Dr. Marian Diamond, Profesor University of California-Berkeley, menyimpulkan bahwa pada umur berapapun semenjak manusia lahir hingga meninggal dunia sangat memungkinkan untuk meningkatkan kemampuan mental melalui rangsangan lingkungan
    Elisabeth G. Hainstock, Penemu metode montessori, menyatakan bahwa puncak perkembangan otak anak adalah saat usia pra sekolah.(Bunda Ranis)

Dari beberapa teori yang menyangkal pendapat Piaget tersebut akhirnya dapat ditarik kesimpulan bahwa anak belajar membaca dan menulis semenjak dini bukanlah hal yang tabu. Sangat bisa dan tetap membuat mereka bahagia. Bahkan di masa golden age inilah, anak harus mendapat stimulus yang tepat agar mereka benar-benar dapat tercetak menjadi generasi emas yang dapat memajukan bangsa dan negara. Kuncinya hanya terletak pada cara transfer pengetahuan membaca dan menulis itu sendiri.
Bila kita dapat menemukan cara atau metode yang tepat dan efektif dalam membaca dan menulis bagi anak usia dini tanpa mengesampingkan kesenangan mereka, kenapa tidak kita optimalkan saja potensi anak di saat periode keemasan tersebut. Kuncinya adalah kita harus mengikuti dunianya anak-anak, yaitu bermain. Jadi pembelajaran dilakukan dengan menyenangkan, tidak membebani anak sehingga mereka tidak merasa terpaksa. Sulit sekali rasanya bila harus mengatur anak usia dini harus duduk diam dengan manis, belajar serius dan kaku. Beda halnya bila pembelajaran dilakukan sambil bermain, maka anak akan lebih mudah paham dan dapat mengingat untuk memory jangka panjang. Dengan demikian bagaimana cara menyajikan pengetahuan tentang membaca dan menulis tersebut secara efektif ? Bagaimana cara yang nyaman bagi anak-anak dan tepat mengenai sasaran sesuai ekspektasi orang tua ? Bagaimana cara membuat anak-anak kita tetap tersenyum dan ceria?
Sampai  saat  ini aktivitas mengajarkan  membaca dan menulis pada  Pendidikan Anak  Usia Dini masih menjadi permasalahan, psikologi  perkembangan   Jean  Piaget   yang   selama   ini menjadi  rujukan  utama  kurikulum  di  TK  dan  bahkan  pendidikan  secara umum.
Anak-anak  pada  usia  di  bawah  7 tahun  tidak  boleh  diajari  membaca, menulis  dan  berhitung  karena  menurut  Piaget  pada  usia  di  bawah  7  tahun anak  belum  mencapai  fase  operasional  konkrit.Fase  operasional  konkret adalah fase di mana anak sudah bisa berpikir terstruktur(Ormrod,2008).
Sementara  kegiatan   membaca dan menulis dianggap   sebagai   kegiatan   yang   memerlukan   cara   berpikir   terstruktur,sehingga  kegiatan  ini  tidak  boleh  diberikan  pada  anak  usia  diniyaitu  anak yang berusia  0-6  tahun  atau  di  bawah  7  tahun.

C.    Cara Mengikuti Pembelajaran MMP
      Membaca adalah kunci untuk membuka dunia, begitu kata pepatah. Begitu pentingnya membaca maka sejak kecil orang tua berkeinginan agar anaknya bisa membaca. Itulah sebabnya membaca perlu menjadi kegiatan yang menyenangkan bagi anak.
Banyak cara mengikuti pembelajaran membaca menulis permulaan bagi anak usia dini membaca namun tetap menyenangkan. Diantaranya:
1.         Bernyanyi.
Anak-anak suka mengikuti irama dan bernyanyi. Ajarilah mereka lagu ABC dan perkenalkan mereka dengan huruf-huruf nya. Gunakan alat bantu kertas huruf berwarna-warni akan sangat membantu pemahaman anak.
2.         Memasang karpet huruf.
Selain untuk tempat bermain, karpet huruf bisa menjadi sarana untuk belajar. Perkenalkan huruf-huruf dan gambar yang menyertainya kepada anak-anak dan bantu mereka untuk mengingatnya, contoh huruf A untuk apel, dst.
3.         Memasang nama-nama pada setiap benda
Kita dapat menempel/memasang nama-nama pada setiap benda Misalnya: kata PINTU pada pintu atau  kata JENDELA pada jendela dan seterusnya.
4.         Belajar membaca dengan flash card.
Metode belajar membaca Flash Card didasari fakta bahwa anak kecil belajar melalui permainan. Apabila kegiatan belajar yang mereka jalani menyenangkan, maka mereka akan menikmatinya, sehingga dapat belajar jauh lebih cepat.
Untuk itu, para ahli  menganjurkan agar menggunakan flash card (kartu) untuk membantu si kecil belajar membaca. Prinsipnya adalah Anda menggunakan kartu-kartu yang berukuran besar yang bertuliskan kata-kata sederhana. Setiap kartu atau flash card tersebut memuat 1 kata yang ditulis dengan huruf kecil (bukan kapital) dengan ukuran besar dan warna yang jelas/mencolok.  Para ahli  mengatakan bahwa bayi sangatlah jenius terhadap bahasa. Sebagai contoh, coba kita lihat… bagi setiap bayi yang lahir di Indonesia, bahasa Indonesia merupakan bahasa asing – tidak bedanya dengan dengan bahasa Inggris atau Rusia.
Namun apa yang terjadi? Ternyata si bayi bisa mempelajari bahasanya! Bagaimana ia mempelajarinya? Anda bisa saja dengan bangganya mengatakan bahwa Anda yang yang telah mengajarinya, tapi kalau mau jujur, paling-paling Anda hanya mengajari ‘Mama’, ‘Papa’ dan sebagian kecil kata saja, ya kan? Lalu bagaimana dengan ribuan kosakata, berikut dengan cara pengucapannya yang benar yang diserap oleh si kecil – apakah Anda yang mengajarkannya secara khusus?
Para ahli menyimpulkan, bahwa anak-anak mempelajari bahasanya melalui konteks, bukan dengan cara diajarkan satu per satu dari daftar koleksi kata berikut dengan artinya (ini persisi seperti yang diajarkan pada umumnya di sekolah-sekolah ketika mengajarkan bahasa asing ataupun ketika mengajarkan anak membaca).
Oleh sebab itu, para ahli menganjurkan agar ketika mengajarkan anak membaca, kita hendaknya mengolah bahasa dalam bentuk tulisan sebagaimana kita mengolah bahasa dalam bentuk pembicaraan. Artinya, kita sebaiknya membuat proses belajar membaca untuk bayi sesederhana mungkin. Dengan begini, anak kecil bisa belajar membaca secara alami dan tanpa ia sadari – sebagaimana ia belajar berbicara dengan bahasa ibunya. Untuk bisa memahami bahasa melalui telinga, diperlukan 3 persyaratan:
1.       Lantang
2.       Jelas
3.       Diulang-ulang
Dan tanpa disadari, seorang ibu biasanya berbicara kepada bayinya dengan 3 elemen ini; lantang, jelas dan diulang-ulang.
Alasan utama mengapa kebanyakan bayi tidak menyerap bahasanya melalui mata menuju ke otaknya sebagaimana bahasa tersebut diserap melalui telinga menuju otaknya, adalah karena ternyata untuk bisa membaca bahasa tersebut, diperlukan bahasa yang disajikan kepada penglihatannya dalam bentuk yang besar, jelas dan diulang-ulang. Dan inilah yang gagal diberikan oleh kebanyakan orang tua kepada bayinya – menyajikan kata-kata dalam bentuk besar, jelas dan diulang-ulang, sehingga anak-anak bisa belajar dengan sangat mudah. Jangan lupa, setiap anak memiliki kemampuan yang berbeda. Setiap mereka memiliki kelebihan dan kelemahan yang berbeda-beda dalam mempelajari sesuatu yang baru. Oleh sebab itu, pastikan Anda bisa menyesuaikan cara pembelajaran untuk setiap anak. Selamat menerapkan metode belajar membaca dengan flash card dan semoga berhasil!. Berikutnya, cari waktu yang lapang dan menyenangkan untuk Anda dan buah hati Anda. Duduklah bersama dan tunjukkan flash card tersebut kepadanya satu per satu sambil Anda bacakan dengan lantang dan jelas..
Bagaimana Cara Belajar Membaca Menggunakan Flash Card?
Ada beberapa hal penting yang perlu Anda ketahui tentang penggunaan flash card:
a)        Flash card sebaiknya disusun dan dikelompokkan berdasarkan subyek yang sama
b)        Untuk flash card yang bergambar, gambarnya harus berukuran cukup besar dan jelas
c)        Flash card gambar hanya berisi 1 gambar untuk setiap kartu, tanpa latar belakang apapun
d)       Ketika Anda menunjukkan kartu tersebut kepada anak Anda, usahakan tidak terlalu lama. Cukup sekitar 1 detik
e)        Ketika anak Anda terlihat bosan, segera hentikan aktifitas belajar. Ingat, proses belajar jangan sampai dipaksakan dan jangan terlalu ingin cepat melihat hasil
f)         Adakan kegiatan ini hanya ketika anak Anda sedang baik perasaannya. Jangan sekali-kali mengadakannya ketika ia sedang lelah, sakit, atau rewel
g)        Pastikan juga Anda sedang dalam keadaan senang ketika mengajarkan si kecil membaca. Dengan begini, suasana belajar-mengajar menjadi menyenangkan
h)        Ketika anak Anda selesai mempelajari 1 set flash card, Anda bisa beralih ke set berikutnya sehingga ia selalu mempelajari sesuatu yang baru Jangan lupa, setiap anak memiliki kemampuan yang berbeda. Setiap mereka memiliki kelebihan dan kelemahan yang berbeda-beda dalam mempelajari sesuatu yang baru. Oleh sebab itu, pastikan Anda bisa menyesuaikan cara pembelajaran untuk setiap anak.
Anak-anak suka belajar membaca dengan flash card karena biasanya disertai gambar menarik pada flash card. Tidak semua kata ada pada flash card karena biasanya flash card disusun berdasarkan topik, misalnya hewan, profesi, buah, dan sebagainya. Orang tua bisa membuat flash card sendiri. Gunakan kata-kata yang dikenal anak-anak, misalnya nama-nama anggota keluarga, nama kucingnya, makanan kesukaannya, dan sebagainya.
5. Belajar melalui media elektronik.
Saat ini sudah banyak dijual VCD tentang pengenalan huruf, angka, maupun kata-kata sederhana untuk anak-anak. Adapula pelajaran membaca yang dirangkum menjadi cerita anak. Selain itu ada juga game bagi anak yang bisa melatih anak membaca. Yang sangat penting adalah tetap mendampingi anak-anak saat mereka melakukan aktifitas ini. Selain pentingnya interaksi orang tua dan anak pada setiap kegiatan, perlu diingat juga untuk tidak memaksa anak melakukan apa yang orang tua mau dengan cara orang tua. Dunia anak adalah dunia bermain dan waktu konsentrasi anak belumlah sepanjang waktu konsentrasi orang tua. Jangan membuat anak merasa tertekan dan terbebani dengan target orang tua. Buatlah anak merasa nyaman dan senang belajar membaca, sehingga mereka akan menikmati dan suka saat diajak melakukan kegiatan seperti itu lagi. Bahkan mereka akan mencari waktu untuk melakukan kegiatan membaca.
            6 . Dengan menggunakan beberapa metode
                 Belajar membaca bisa menggunakan beberapa metode diantaranya:
1.    Metode Eja
Metode eja di dasarkan pada pendekatan harfiah, artinya belajar membaca dan menulis dimulai dari huruf-huruf yang dirangkaikan menjadi suku kata. Oleh karena itu pengajaran dimulai dari pengenalan huruf-huruf. Demikian halnya dengan pengajaran menulis di mulai dari huruf lepas, dengan langka-langkah sebagai berikut:
      a.       Menulis huruf lepas
      b.      Merangkaikan huruf lepas menjadi suku kata
      c.       Merangkaikan suku kata menjadi kata
      d.      Menyusun kata menjadi kalimat (Djauzak, 1996:4)

2.    Metode kata lembaga
Metode kata lembaga di mulai mengajar dengan langkah-langkah sebagai berikut:
      a.       Mengenalkan kata
      b.      Merangkaikan kata antar suku kata
      c.       Menguraikan suku kata atas huruf-hurufnya
      d.      Menggabungkan huruf menjadi kata (Djauzak, 1996:5)

3.     Metode Global
Metode global memulai pengajaran membaca dan menulis permulaan dengan membaca kalimat secara utuh yang ada di bawah gambar, menguraikan kalimat dengan kata-kata, menguraikan kata-kata menjadi suku kata (Djauzak, 1996:6).

4.      Metode SAS
Menuryut (Supriyadi, 1996: 334-335) pengertian metode SAS adalah suatu pendekatan cerita di sertai dengan gambar yang didalamnya terkandung unsur analitik sintetik. Metode SAS menurut (Djuzak,1996:8) adalah suatu pembelajaran menulis permulaan yang didasarkan atas pendekatan cerita yakni cara memulai mengajar menulis dengan menampil cerita yang diambil dari dialog siswa dan guru atau siswa dengan siswa. Teknik pelaksanaan pembelajaran metode SAS yakni keterampilan menulis kartu huruf, kartu suku kata, kartu kata dan kartu kalimat, sementara sebagian siswa mencari huruf, suku kata dan kata, guru dan sebagian siswa menempel kata-kata yang tersusun sehingga menjadi kalimat yang berarti (Subana). Proses operasional metode SAS mempunyai langkah-langkah dengan urutan sebagai berikut:
      a.       Struktur yaitu menampilkan keseluruhan.
      b.      Analitik yatu melakukan proses penguraian.
      c.       Sintetik yaitu melakukan penggalan pada struktur semula.

D.    Sulitnya Pembelajaran MMP
1.     Pengertian Kesulitan Belajar
     Kesulitan belajar adalah kesulitan atau gangguan yang dialami seseorang dalam mempelajari bidang akademik dasar tertentu sebagai akibat dari terganggunya sistem saraf pusat yang terkait, atau pengaruh tidak langsung dari berbagai faktor lain. Kesulitan ini ditandai oleh kesenjangan antara kemampuan umum seseorang dengan kemampuan yang ditunjukannya dalam mempelajari bidang tertentu. The National Joint Committee for Learning Disabilities (NJCLD), mendefinisikan kesulitan belajar adalah istilah generik yang mengacu kepada sekelompok gangguan yang heterogen, yang muncul dalam bentuk berbagai kesulitan dalam mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, memberi penalaran, atau kemampuan matematika, baik dalam perolehan maupun penggunaannya.
Gangguan ini bersifat intrinsik artinya berada dalam diri individu bersangkutan, dan dianggap disebabkan oleh tidak berfungsinya sistem saraf pusat. Meskipun kesulitan belajar mungkin muncul bersamaan dengan kondisi kecacatan yang lain (seperti gangguan sensori, cacat mental, gangguan sosial dan emosi) atau pengaruh lingkungan (seperti perbedaan budaya, pengajaran yang tidak tepat, dll), kesulitan belajar bukan merupakan akibat atau pengaruh langsung dari faktor-faktor tersebut. (Lewis, 1988, hal. 258-359).
2.     Faktor Kesulitan Belajar
Banyak faktor yang menyebabkan kesulitan belajar, faktor-faktor tersebut tidak berdiri sendiri, tetapi saling berinteraksi dengan faktor yang lain dalam memunculkan kesulitan belajar. Osman (1979) menyebutkan sedikitnya ada 9 faktor yang berperan baik langsung maupun tidak langsung dalam memunculkan kesulitan belajar, yaitu: intelegensi, ketidaksempurnaan sensori, tingkat keaktifan dan kemampuan memusatkan perhatian, memar otak dan fungsi otak yang minimal, faktor keturunan, ketidakmatangan atau kematangan yang terlambat, faktor emosi, faktor lingkungan, dan faktor pendidikan. Gejala-gejala kesulitan belajar dapat muncul dalam tiga bidang utama, yaitu : bahasa dan pengembangan konsep, keterampilan perseptual, dan manifestasi perilaku.
Dalam pendidikan luar biasa, identifikasi merupakan langkah awal dan sangat penting untuk menandai munculnya gejala kelainan atau kesulitan. Tujuan utama identifikasi adalah menemukan adanya gejala kelainan atau kesulitan, yang kemudian akan dijadikan dasar untuk mengambil langkah selanjutnya, yang biasanya berupa assesment yang lebih akurat dan sistematis. Identifikasi dapat dilakukan dengan berbagai prosedur yang mampu membuat guru tanggap terhadap kelainan atau kesulitan yang muncul pada diri anak. (Mc Loughlin, J.A. & Lewis, R.B, 1981). Agar dapat melakukan identifikasi gejala kesulitan dalam belajar membaca menulis permulaan, guru harus menguasai kemampuan yang dituntut dalam membaca menulis permulaan serta berbagai jenis kesulitan yang mungkin dialami murid dalam usaha menguasai kemampuan tersebut. Di samping itu, guru harus dapat mengenal gejala-gejala yang merupakan indikator dari adanya kesulitan.
Untuk melakukan hal itu, guru dipersyaratkan mempunyai pengamatan yang sensitive terhadap perilaku siswa dalam belajar membaca menulis permulaan. Identifikasi harus menghasilkan informasi tentang siapa yang perlu menjalani assesmen dan dalam bidang apa assesmen itu harus dilakukan. Assemen bertujuan untuk mendapatkan informasi yang rinci mengenai kekuatan dan kelemahan murid dalam bidang tertentu, sehingga informasi ini dapat dimanfaatkan untuk penempatan atau mengembangkan pelajaran atau merencanakan penanganan kesulitannya.
Selain faktor diatas ada faktor-faktor yang menyebabkan anak mengalami kesulitan membaca permulaan yaitu dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor internal (yang berasal dari diri pembaca) maupun faktor eksternal (yang berasal dari luar diri pembaca). Faktor internal antara lain meliputi : minat baca, kepemilikan kompetensi pembaca, motivasi dan kemampuan pembacanya. Sedangkan faktor eksternal antara lain meliputi unsur-unsur yang berasal dari lingkungan baca.
♦ Faktor Internal
1)   Minat baca
Minat merupakan kegiatan siswa dengan penuh kesadaran terhadap suatu objek, oleh karena itu minat perlu dikembangkan dan dilatih dengan terus menerus. Jika minat baca anak rendah maka tingkat keberhasilan anak dalam membaca akan sulit tercapai. Minat baca anak harus ditumbuhkembangkan sejak dini. Dan untuk membangkitkan minat baca siswa, guru harus memberikan motivasi dan bimbingan pada diri siswa.
2)   Motivasi
Kegiatan pembelajaran akan berhasil dan tercapai tujuannya jika dalam diri siswa tertanam motivasi. Motivasi dalam proses pembelajaran berfungsi untuk: (1) fungsi membangkitkan (arousal function) yaitu mengajak siswa belajar, (2) fungsi harapan (expectasi function) yaitu apa yang harus bisa dilakukan setelah berakhirnya pengajaran, (3) fungsi intensif (incentive function) yaitu memberikan hadiah pada prestasi yang akan datang, (4) fungsi disiplin (disciplinary function) yaitu menggunakan hadiah dan hukuman untuk mengontrol tingkah laku yang menyimpang (Abd. Rachman, 1993 : 115).
3)   Kepemilikan Kompetensi Membaca
Keterampilan berbahasa ada empat, yaitu : keterampilan membaca, berbicara,  menyimak dan menulis. Keterampilan dalam membaca diperlukan latihan- latihan tahap demi tahap. Kegiatan membaca berkaitan dengan pengenalan huruf, bunyi dan huruf atau rangkaian kata, makna atau maksud dan, pemahaman terhadap makna atau maksud. Jika kegiatan membaca tidak  dilakukan secara teratur maka keterampilan membaca yang dimiliki anak akan berkurang dengan sendirinya.
♦ Faktor Eksternal
Faktor eksternal ini meliputi unsur-unsur yang berasal dari lingkungan baca. Dalam hal ini sekolah sebagai pusat kebudayaan harus menciptakan siswa yang gemar membaca melalui perpustakaan sekolah. Sekolah harus dapat menciptakan suasana perpustakaan yang menyenangkan dan memberi kenyamanan siswa dalam belajar. Lingkungan baca sangat mempengaruhi  tingkat keberhasilan membaca anak. Lingkungan baca anak yang  menyenangkan akan memberi kenyamanan bagi si pembaca dan mempermudah anak dalam membaca.
Dalam pelaksanaan pengajaran membaca, guru seringkali dihadapkan pada anak yang mengalami kesulitan belajar membaca khususnya di kelas rendah. Kesulitan-kesulitan tersebut antara lain :
1)        Kurang mengenali huruf
Ketidakmampuan anak dalam mengenal huruf-huruf alfabetis seringkali  dijumpai oleh guru yang sulit membedakan huruf besar / kapital dan huruf kecil.
2)        Membaca kata demi kata
Jenis kesulitan ini biasanya berhenti membaca setelah membaca sebuah kata, tidak segera diikuti dengan kata berikutnya. Hal ini disebabkan oleh :
(a) gagal menguasai keterampilan pemecahan kode (decoding)
(b) gagal memahami makna kata
(c) kurang lancar membaca.
3)        Pemparafase yang salah
Dalam membaca anak seringkali melakukan pemenggalan (berhenti membaca) pada tempat yang tidak tepat atau tidak memperhatikan tanda baca, khususnya tanda koma.
4)        Miskin pelafalan
Ketidak tepatan pelafalan kata disebabkan anak tidak menguasai bunyi-bunyi bahasa (fonem).
5)        Penghilangan
Penghilangan yang dimaksud adalah menghilangkan (tidak dibaca) kata atau frasa dari teks yang dibacanya. Biasanya disebabkan ketidakmampuan anak mengucapkan huruf-huruf yang membentuk kata.
6)        Pengulangan
Kebiasaan anak mengulangi kata atau frasa dalam membaca disebabakan oleh faktor tidak mengenali kata, kurang menguasai huruf, bunyi, atau rendah keterampilannya.
7)        Pembalikan
Beberapa anak melakukan kegiatan membaca dengan menggunakan orientasi dari kanan ke kiri. Kata nasi dibaca isan. Selain itu, pembalikan juga dapat terjadi dalam membunyikan huruf-huruf, misal huruf b dibaca d, huruf p dibaca g. Kesulitan ini biasanya dialami oleh anak-anak kidal yang memiliki kecenderungan menggunakan orientasi dari kanan ke kiri dalam membaca dan menulis.
8)        Penyisipan
Kebiasaan anak untuk menambahkan kata atau frase dalam kalimat yang dibaca juga dipandang sebagai hambatan dalam membaca, misalnya, anak menambah kata seorang dalam kalimat “anak sedang bermain”.
9)        Penggantian
Kebiasaan mengganti suatu kata dengan kata lain disebabkan ketidakmampuan anak membaca suatu kata, tetapi dia tahu dari makna kata tersebut. Misalnya, karena anak tidak bisa membaca kata mengunyah maka dia menggantinya dengan kata makan.
10)    Menggunakan gerak bibir, jari telunjuk dan menggerakkan kepala
Kebiasaan anak menggerakkan bibir, menggunakan telunjuk dan menggerakan kepala sewaktu membaca dapat menghambat perkembangan anak dalam membaca.
11)    Kesulitan konsonan
Kesulitan dalam mengucapkan bunyi konsonan tertentu dan huruf yang melambangkan konsonan tersebut.
12)    Kesulitan vokal
Dalam bahasa Indonesia, beberapa vokal dilambangkan dalam satu huruf, misalnya e selain melambangkan bunyi e juga melambangkan bunyi é (dalam kata keras, kepala, kerang, telah dan sebagainya) huruf-huruf yang melambangkan beberapa bunyi seringkali menjadi sumber kesulitan anak dalam membaca.
13)    Kesulitan kluster, diftong dan digraf
Dalam bahasa Indonesia dapat dijumpai adanya kluster (gabungan dua konsonan atau lebih), diftong (gabungan dua vokal), dan digraf (dua huruf yang melambangkan satu bunyi). Ketiga hal tersebut merupakan sumber kesulitan anak yang sedang belajar membaca.
14)    Kesulitan menganalisis struktur kata
Anak seringkali mengalami kesulitan dalam mengenali suku kata yang membangun suatu kata. Akibatnya anak tidak dapat mengucapkan kata yang dibacanya.
15)    Tidak mengenali makna kata dalam kalimat dan cara mengucapkannya
Hal ini disebabkan kurangnya penguasaan kosakata, kurangnya penguasaan struktur kata dan penguasaan unsur konteks (kalimat dan hubungan antar kalimat).

E.     Cara Mengatasinya       
Bimbingan yang dapat Dilakukan Guru Dalam Mengatasi Anak yang Mengalami Kesulitan Membaca Permulaan
Peran guru sebagai fasilitator sangat berpengaruh besar terhadap perkembangan peningkatan belajar anak. Keberhasilan belajar anak tidak lepas dari cara guru membimbing dan mendidik siswanya. Bimbingan yang harus dilakukan guru dalam menghadapi anak yang mengalami kesulitan membaca antara lain :
1.    Bimbingan terhadap anak yang kurang mengenali huruf
Langkah yang harus ditempuh guru dalam membantu anak yang mengalami kesulitan kurang mengenali huruf ini dapat berupa :
– Huruf dijadikan bahan nyanyian.
– Menampilkan huruf dan mendiskusikan bentuk (karakteristiknya) khususnya
huruf-huruf yang memiliki kemiripan bentuk (misalnya p, b, dan d).
2.    Bimbingan terhadap anak yang membaca kata demi kata
Langkah yang dilakuan guru untuk mengatsi anak yang mengalami kesulitan jenis ini adalah :
– Gunakanlah bacaan yang tingkat kesulitannya rendah.
– Anak disuruh menulis kalimat dan membacanya dengan keras.
– Jika kesulitan ini disebabkan oleh kurangnya penguasaan kosakata, maka perlu pengayaan kosakata.
– Jika anak tidak menyadari bahwa dia membaca kata demi kata, rekamlah kegiatan anak membaca dan putarlah hasil rekaman tersebut.
3.    Bimbingan terhadap anak yang salah memparafrase.
Langkah yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan ini yaitu dengan cara :
– Jika kesalahan disebabkan ketidaktahuan anak terhadap makna kelompok kata (frasa), sajikan sejumlah kelompok kata dan latihkan cara membacanya.
– Jika kesalahan disebabkan oleh ketidaktahuan anak tentang tanda baca, perkenalkan fungsi tanda baca dan cara membacanya.
– Berikan paragraf tanpa tanda baca, suruhlah anak untuk membacanya.
Selanjutnya ajaklah anak untuk menuliskan tanda baca pada paragraf tersebut.
4.    Bimbingan terhadap anak yang miskin pelafalan
Untuk mengatasi kesulitan pelafalan, guru dapat menggunakan cara berikut :
– Bunyi-bunyi yang sulit diucapkan perlu diajarkan secara tersendiri.
– Bagi anak yang tidak dapat mengucapkan kata secara tepat berikan latihan khusus pengucapan kata-kata tertentu yang dipandang sulit.
5.    Bimbingan terhadap anak yang mengalami penghilangan kata
Untuk mengatasi hal ini ditempuh cara :
– Anak disuruh membaca ulang.
– Kenali jenis kata atau frasa yang dihilangkan.
– Berikan latihan membaca kata atau frasa.
6.    Bimbingan terhadap anak yang sering mengulangi kata
Upaya yang dilakukan guru dalam hal ini antara lain :
– Anak perlu disadarkan bahwa mengulang kata dalam membaca merupakan kebiasaan buruk.
– Kenali jenis kata yang sering diulang.
– Siapkan kata atau frasa jenis untuk dialatihkan.
7.    Bimbingan terhadap anak yang sering melakukan pembalikan kata
Upaya mengatasi kesulitan ini dapat dikukuhkan dengan cara sebagai berikut :
– Anak perlu disadarkan bahwa membaca (dalam bahan yang menggunakan sistem alfabetis) menggunakan orientasi dari kiri ke kanan.
– Bagi anak yang kurang menguasai hubungan huruf-bunyi, siapkan kata-kata yang memiliki bentuk serupa untuk dilatihkan.
– Latihan hendaknya dilakukan dalam bentuk kata yang bermakna, misalnya : huruf p dan b dilatihkan dengan menggunakan kata pagi dan bagi.
8.    Bimbingan terhadap anak yang memiliki kebiasaan menyisipkan kata
Untuk mengatasi hal ini, bimbinglah anak dengan menyuruh anak membaca dengan pelan-pelan dan mengingatkan bahwa dia telah menambahkan kata dalam membaca.
9.    Bimbingan terhadap anak yang memiliki kebiasaan mengganti suku kata
Untuk mengatasi hal ini dapat dilakukan dengan cara :
– Gunakan bahan bacaan yang teramsuk kategori mudah.
– Identifikasi kata-kata yang sulit diucapkan oleh anak.
– Latihkan cara mengucapkan kata-kata tersebut.
10.         Bimbingan terhadap anak yang memiliki kebiasaan menggunakan gerak bibir, jari telunjuk dan menggerakan kepala.
Untuk mengubah kebiasaan anak yang selalu menggerakkan bibir sewaktu membaca dalam hati, dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut
- Anak disuruh mengumumkan suatu kalimat, selanjutnya suruh anak untuk mengulangi membaca kalimat tersebut tanpa mengunyam.
- Jelaskan pada anak bahwa membaca mengunyam dapat menghambat keefektifan membaca.
Sedangkan untuk menghadapi anak yang menggunakan jari telunjuk dalam membaca, dapat dilakukan kegiatan berikut.
- Perhatikan apakah anak mengalami gangguan mata.
- Gunakan bacaan yang cetakannya besar dan jelas.
- Latihkan teknik membaca prosa.
- Peringkatkan anak untuk tidak menggunakan jari telunjuk dalam membaca.
11.         Bimbingan terhadap anak yang kesulitan mengucapkan bunyi konsonan dapat dilakukan bimbingan antara lain :
- Kembangkan anak dalam mendengarkan konsonan yang sulit misalnya tuliskan kata-kata yang dimulai dengan konsonan (depan, adat, dapat, diri dan sebagainya).
- Suruh anak mencari dan mengumpulkan kata yang didalamnya terkandung konsonan tersebut.
- Latihkan anak mengucapkan kata-kata yang didalamnya terkandung konsonan.
12.         Bimbingan terhadap anak yang mengalami kesulitan vokal
Untuk mengatasi anak yang mengalami kesulitan ini dapat dilakukan :
- Tanamkan pengertian pada diri anak bahwa huruf-huruf tertentu dalam melambangkan lebih dari satu bunyi misalnya : huruf e dapat melambangkan bunyi e dan é.
- Berikan contoh huruf e yang melambangkan bunyi e dan é dalam kata-kata
- Ajaklah anak mengumpulkan kata yang didalamnya terkandung huruf tersebut.
13.         Bimbingan terhadap anak yang mengalami kesulitan kluster, diftong dan digraf
Untuk mengatasi kesulitan ini lakukan :
– Kenalkan kluster (misalnya st, kl, gr, pr, sw), diftong (misalnya ai, oi, ui) dan digraf (misalnya sy, ng, kh, dan ny) dalam kata atau kalimat.
– Tuliskan kata atau kalimat yang mengandung kluster, diftong, dan digraf.
– Mintalah anak untuk mengumpulkan kata-kata yang di dalamnya terkandung kluster, diftong, dan digraf.
– Perintahkan anak membacakan kata-kata yang telah dikumpulkan.
14.         Bimbingan terhadap anak yang kesulitan menganalisis struktur kata
Untuk mengatasi kesulitan ini lakukanlah :
– Catatlah kata-kata yang seringkali dipandang sulit untuk diucapkan oleh anak.
– Perkenalkan kata-kata yang seringkali dipandang sulit untuk diucapkan oleh anak.
– Perkenalkan kata-kata tersebut kepada anak dengan memanfaatkan metode yang ada.
– Suruhlah anak mencari kata-kata lain yang sejenis dan membacanya.
15.         Bimbingan terhadap anak yang sulit mengenali makna kata dalam kalimat dan cara mengucapkannya.
Untuk mengatasi anak yang mengalami kesulitan ini lakukan :
- Ambil satu kata dan daftarkan kata turunannya (misalnya kata : membaca, membacakan, dibaca, dibacakan, bacaan, dan terbaca).
- Bimbinglah anak untuk mengenali kata baca dan turunannya yang terdapat dalam bacaan tersebut.
- Alihkan pada kata lain (misalnya kata tulis, gambar, makan, lari dan sebagainya)































BAB  III
PENUTUPAN

Kesimpulan


Membaca-menulis permulaan merupakan program pembelajaran yang diorientasikan kepada kemampuan membaca dan menulis permulaan  pada saat anak-anak mulai memasuki  dunia pendidikan. Pada tahap awal anak memasuki  lingkungan pendidikan, Membaca dan menulis permulaan merupakan menu utama. Kemampuan membaca permulaan lebih diorientasikan pada kemampuan mengenal, yakni kemampuan melek huruf.
Berbagai permasalahan tentang anak usia dini, apakah boleh belajar membaca dan menulis masih menjadi pembicaraan di masyarakat. Berbagai penelitian dan pendapat yang mendukung bahwa anak usia dibawah 7 tahun boleh untuk belajar membaca dan menulis, dan penelitian lain berbeda pendapat bahwa anak pada usia tersebut jangan diberikan pelajaran membaca menulis. Mereka khawatir bila anak sejak kecil sudah dipaksakan belajar, lama kelamaan akan menjadi bosan dan justru ketika saatnya usia SD mereka justru akan mogok sekolah.
Bimbingan yang dapat Dilakukan Guru Dalam Mengatasi Anak yang Mengalami Kesulitan Membaca Permulaan,Peran guru sebagai fasilitator sangat berpengaruh besar terhadap perkembangan peningkatan belajar anak. Keberhasilan belajar anak tidak lepas dari cara guru membimbing dan mendidik siswanya.












DAFTAR PUSTAKA

Sumber Internet:
http://nazama.blogspot.co.id/2014/05/mmp-membaca-dan-menulis-permulaan.html
http://srihendrawati.blogspot.co.id/2010/05/metode-metode-membaca-menulis-permulaan.html
file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND.../Modul_MMP.pdf

Tidak ada komentar:

TAKSONOMI BERPIKIR

KATA PENGANTAR Alhamdulillah segala puji bagi Allah Pencipta dan Pemelihara Alam Semesta yang telah menerangi hambanya yang takwa de...