Jumat, 09 November 2018

Artikel Kesiapan Belajar AUD

PENGERTIAN KESIAPAN


          Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respon atau bereaksi” . Menurut Thorndike “readiness adalah kesiapan untuk bertindak, ready to act” . Sama seperti yang dikatakan oleh Cronbach yang dikutip oleh Soemanto memberikan pengertian readiness sebagai segenap sifat atau kekuatan yang membuat seseorang dapat bereaksi dengan cara tertentu” . Sedangkan Yamin berpendapat bahwa kesiapan adalah suatu hasil latihan, belajar, dan kematangan” 
 
          Selain itu, Simpson mendefinisikan “Kesiapan sebagai cakupan penempatan diri dalam keadaan di mana akan terjadi suatu gerakan atau rangkaian gerakan dan kemampuan ini mencakup jasmani dan rohani” . Uno mengemukakan, bahwa kesiapan adalah kapasitas (kemampuan potensial) yang baik bersifat fisik maupun mental untuk melakukan sesuatu”.  Sedangkan M. Alisuf Sabri mengemukakan bahwa “kesiapan atau readiness merupakan suatu fungsi atau potensi untuk digunakan atau untuk dilatih maupun dikembangkan”
Dari berbagai teori yang telah dikemukakan, maka kesiapan dapat diartikan kemampuan atau kesediaan yang dimiliki oleh individu baik jasmani maupun rohani untuk memberi respon atau reaksi dimana kemampuan tersebut dapat dilatih atau dikembangkan.
Thorndike telah mengembangkan hukum-hukum belajar, menyebutkan bahwa terdapat tiga prinsip atau hukum dalam belajar yaitu : law of readiness, law of exercise dan law of effect. Dalam law of readiness atau hukum kesiapan dinyatakan bahwa belajar akan berhasil apabila dilandasi oleh kesiapan untuk belajar.  Dalam kegiatan pembelajaran, seseorang yang sudah siap berarti telah memiliki kematangan dalam belajar akan lebih peka dalam merespon atau memberi penjabaran terhadap suatu materi.
P.K Johri mengatakan “Readiness is the most important factor that influences learning”.  Ausubel (1959) mendefinisikan “Readiness as ‘the adequency of the student’s existing capacity in relation to some instructional objective’”.  Kesiapan sebagai kecukupan siswa dari kapasitas yang ada terkait dengan beberapa tujuan pengajaran. Kesiapan belajar menurut S. Nasution adalah “Kondisi yang mendahului kegiatan belajar itu sendiri, tanpa kesiapan atau kesediaan ini, proses belajar mengajar tidak akan terjadi”.  Djamarah juga mengemukakan bahwa “Kesiapan untuk belajar merupakan kondisi diri yang telah dipersiapkan untuk melakukan suatu kegiatan”.  Kondisi-kondisi yang dimaksud adalah kondisi fisik dan mental dari siswa yang belajar itu sendiri, sehingga untuk mencapai hasil belajar diperlukan kondisi fisik dan mental yang baik agar terjadi kesiapan belajar dalam proses pembelajaran. Wayan Nurkancana juga mengatakan bahwa kesiapan belajar dapat diartikan sebagai jumlah tingkat perkembangan yang harus dicapai oleh seseorang untuk menerima suatu pelajaran yang baru.”  


Decco and William Crawford (1977) mengatakan:
That the student cannot acquire new peformance learning of which depends on other performance which he has not learned. To quote them “learning builds on learning in the way success build on success”. This They call entering behaviours,’behaviours the student must have acquired before he can acquire particular new terminal behaviour.
Dari kutipan diatas bisa dipahami bahwa: siswa tidak dapat memperoleh cara belajar baru, tergantung dari cara belajar yang tidak dia dipelajari. Mengutip dari mereka, “Belajar membangun belajar seperti kesuksesan membangun kesuksesan”. Ini mereka sebut pendekatan perilaku, “perilaku siswa harus sudah memperoleh perilaku tersebut sebelum mereka memperoleh perilaku tertentu yang baru”.
Sejalan dengan pendapat tersebut, Piaget juga percaya bahwa “Harus ada kesiapan (readiness) dan kematangan (maturity) dari dalam diri seseorang sebelum perubahan itu terjadi (perubahan akibat belajar)”.
Dalam hal ini, kesiapan belajar berarti suatu kondisi yang ada pada diri seseorang dalam hal ini siswa, yang telah dipersiapkan terlebih dahulu untuk mengikuti kegiatan pembelajaran dimana kondisi ini dapat dilatih dan dikembangkan dan nantinya diharapkan siswa dapat memberi respon dan bereaksi. Dengan kata lain, ketika seseorang telah memiliki kesiapan belajar dalam dirinya maka siswa tersebut sudah siap untuk merespon dan memberikan reaksi ketika kegiatan belajar berlangsung. Seperti yang diungkapkan oleh Reber menegaskan salah satu asumsinya tentang kesiapan belajar adalah “Siswa yang lebih sering mempraktikkan materi pelajaran akan lebih mudah memanggil kembali memori lama yang berhubungan dengan materi yang sedang ia tekuni”.
Selain itu Dalyono juga berpendapat mengenai kesiapan belajar, yaitu:
Setiap orang yang hendak melakukan kegiatan belajar harus memiliki kesiapan yakni dengan kemampuan yang cukup baik fisik, mental, maupun perlengkapan belajar. Kesiapan fisik berarti memiliki tenaga cukup  kesehatan yang baik, sementara kesiapan mental miliki minat dan motivasi yang cukup untuk kegiatan belajar. 



Slameto juga menambahkan pengertian dari kesiapan belajar adalah:
Keseluruhan kondisi seseorang yang membuatnya siap untuk memberi respon atau jawaban didalam cara tertentu terhadap suatu situasi. Kondisi individu yang dimaksud adalah kondisi fisik dan psikologinya, sehingga untuk mencapai tingkat kesiapan yang maksimal diperlukan kondisi fisik dan psikologinya yang saling menunjang kesiapan individu tersebut dalam proses pembelajaran.
Sejalan dengan pendapat tersebut diatas, Suyadi mengemukakan mengenai prinsip kesiapan dalam konteks pembelajaran, dapat dimaknai bahwa agar peserta didik dapat menerima informasi atau materi pelajaran, terlebih dahulu mereka harus siap, baik secara fisik maupun psikis guna menerima pelajaran. Jangan memulai pelajaran jika peserta didik belum siap menerimanya.” 


Jadi dari beberapa pernyataan tersebut dapat dipahami bahwa, kesiapan untuk belajar merupakan suatu kondisi yang telah dipersiapkan dalam proses belajar.  Kegiatan belajar akan berlangsung dengan baik apabila kondisi-kondisi yang diperlukan dalam belajar telah siap. Maka belajar tanpa kesiapan fisik, mental maupun perlengkapan belajar akan mengalami kesulitan. Misalnya, seseorang yang akan mengikuti belajar dikelas harus memiliki kesehatan yang baik, memiliki motivasi untuk belajar, serta sarana belajar seperti perlengkapan belajar. contohnya, seorang anak yang mau belajar ekonomi, meskipun sudah memilki kesiapan fisik yang sehat untuk belajar tetapi tidak memiliki dorongan belajar, maka anak itu tidak dapat dikatakan memiliki kesiapan yang cukup untuk belajar ekonomi.
Selain itu, Syaiful Djamarah mengungkapkan mengenai kesiapan belajar, yaitu :
Kesiapan belajar jangan hanya diterjemahkan siap dalam arti fisik. Tetapi, artikanlah dalam arti psikis (kejiwaan) dan materil. Kesiapan fisik misalnya tubuh tidak sakit (jauh dari gangguan lesu, mengantuk dan sebagainya). Kesiapan psikis, misalnya ada hasrat untuk belajar, dapat berkonsentrasi, atau memiliki motivasi yang menggelora. Kesiapan materill misalnya, ada bahan yang dipelajari atau dikerjakan berupa buku bacaan, catatan pelajaran, membuat resume dan sebagainya. 


Berdasarkan pendapat tersebut dapat dipahami kesiapan untuk belajar merupakan kondisi diri yang telah dipersiapkan untuk melakukan suatu kegiatan belajar. misalnya, jika besok akan ada pelajaran ekonomi maka siswa harus membawa buku pelajaran ekonomi, maupun alat perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang kegiatan belajar ekonomi. Selain itu, siswa juga belajar terlebih dahulu dan tidak tidur terlalu malam agar keesokan harinya siswa siap untuk belajar ekonomi. Hasilnya, siswa akan mendapatkan hasil yang baik, karena siswa telah mempersiapkan diri untuk belajar dan menghasilkan belajar yang optimal.

 
Berikut ini merupakan pernyataan yang diberikan Mary Tudor dan Robert mengatakan kesiapan dalam belajar yakni:
Readiness is the state of having the skills and knowledge necessary for given activity. Student learn skills that are supposed to prepare them for formal instruction later, such as how to follow direction, stick to a task, cooperated with other, and display good manners.
Dari kutipan diatas dapat diartikan, kesiapan merupakan suatu keadaan memiliki kecakapan dan pengetahuan yang diperlukan dalam setiap aktivitas. Siswa belajar keterampilan yang seharusnya, untuk mempersiapkan diri mereka kepada instruksi formal selanjutnya, seperti untuk mengikuti bimbingan, mengerjakan tugas, bekerja sama dengan yang lainnya, dan menunjukan sikap yang baik.
Slameto juga mengemukakan tentang kesiapan yang berasal dari persiapan diri sendiri, yaitu:
Kesiapan adalah keseluruhan kondisi seseorang yang membuatnya siap untuk memberi respon atau jawaban didalam cara tertentu terhadap suatu situasi. Penyesuaian kondisi pada suatu saat akan berpengaruh pada atau kecenderungan untuk memberi respons. Kondisi mencakup setidak- tidaknya tiga aspek, yaitu: kondisi fisik, mental dan emosional; kebutuhan, motif dan tujuan;keterampilan, pengetahuan dan pengertian yang lain yang telah dipelajari.
Selanjutnya Cronbach mengemukakan adanya unsur utama dalam proses belajar, yakni salah satunya kesiapan. Cronbach mengatakan bahwa:
Untuk dapat melakukan perbuatan belajar dengan baik anak atau individu harus memiliki kesiapan, baik kesiapan fisik dan psikis, kesiapan yang berupa kematangan untuk melakukan sesuatu, maupun penguasaan pengetahuan dan kecakapan-kecakapan yang mendasarinya.
Sejalan dengan pendapat tersebut, P.K Johri mengemukakan pendapat bahwa :
Readiness as a factor of learning: A person is ready to learn something when he has achieve sufficient physiological maturation and experiental background”. For example it is physiologically impossible for a child of 3-4 months to learn to walk or to learn to speak words or to learn to read. similarly a non-science student can not be  made to learn einstein theory of relativity. a youth of 10 years normally is not ready to study subjects such as calculus, sankhya philosophy, romanticism in literature etc. Learning and understanding of these tasks requires suitable experiential background which a child of ten is not expected to have. exceptions may be there, but on an average certain level of physiological maturation and experiential background are essentially required for learning corresponding task.
Dari kutipan diatas dapat diartikan kesiapan merupakan faktor dari belajar: Seseorang telah siap belajar mengenai sesuatu ketika sudah mencapai kematangan fisiologis yang cukup dan latar belakang pengalaman. Misalnya itu secara fisiologis mustahil bagi seorang anak dari 3-4 bulan untuk belajar berjalan atau belajar untuk berbicara kata-kata atau untuk belajar membaca. Siswa non-ilmu pengetahuan tidak dapat dibuat untuk mempelajari teori relativitas Einstein. Seorang pemuda 10 tahun biasanya belum siap untuk mempelajari mata pelajaran seperti kalkulus, filsafat sankhya, romantisme dalam literatur dll. Pembelajaran dan pemahaman tentang tugas-tugas ini memerlukan latar belakang pengalaman yang cocok anak sepuluh tidak diharapkan memiliki. pengecualian mungkin ada, tetapi pada tingkat tertentu rata-rata pematangan fisiologis dan latar belakang pengalaman pada dasarnya diperlukan untuk belajar tugas yang sesuai.
Sama dengan pendapat yang telah dikemukakan diatas, Pakasih juga menguraikan beberapa sifat proses belajar yang antara lain, yaitu belajar memerlukan kesiapan pada diri anak.
Kesiapan merupakan suatu keadaan emosional, intelektual dan sosial. Dalam keadaan ini, anak merasa siap dan sanggup untuk menerima tugas pelajaran baru. Kesiapannya menyatakan bahwa ia sudah “matang”, sudah menguasai apa yang diperlukan untuk menerima tugas pelajaran (pengalaman) baru. Dengan kata lain, ia sudah siap, karena sudah menguasai tingkat pelajaran yang diperlukan untuk menerima tingkat berikutnya. Kesiapan ini adalah syarat penting untuk kelancaran jalannya proses belajar.


Selanjutnya, James M. Sawrey dan Charles W Telford mengemukakan tentang kesiapan belajar, yakni:
Readiness to learn is the sum total of those characteristics within the person that facilitate or retard learning. One set of components of readiness is physical in nature. This studies indicate the presence of a maturational factor in determining the efficacy of practice. The second group of components contributing to readiness for learning is experiental of origin. It consists of those experiences that prepare individual for and facilitate new learning. The third component of learning readiness is motivation.
Dari kutipan diatas dapat diartikan sebagai berikut: kesiapan belajar termasuk sejumlah karakteristik seseorang yang termasuk dari hambatan dan yang memfasilitasi belajar. Komponen pertama dari kesiapan adalah bagaimana kondisi fisik. Pembelajaran  ini mengindikasikan faktor pematangan dalam menentukan kepercayaan diri dalam menyelesaikan latihan. Komponen kedua yang termasuk kesiapan belajar berasal dari pengalamannya. Pengalaman seseorang menyiapkan pribadinya serta memudahkan dalam belajar. Komponen ketiga dalam kesiapan belajar adalah motivasi.

 
Jadi selain siswa harus siap dari fisik pribadi masing-masing, siswa juga harus memiliki kesiapan secara mental /psikologi yang cukup supaya dapat mengerjakan sesuatu dengan maksimal. Seperti halnya, seorang anak yang memiliki badan yang sehat dan kondisi mental yang baik maka disaat proses pembelajaran akan terlihat segar dan merasa tenang untuk mengikuti proses belajar. Namun jika anak merasa badannya kurang sehat dan gelisah untuk mengikuti pelajaran yang diberikan oleh gurunya, maka akan terlihat lebih tegang dan tidak dapat berkonsentasi sehingga situasi ini dapat dikatakan siswa belum siap dalam menerima pelajaran. Kondisi mental yang baik dimana siswa tidak merasa tertekan akan menimbulkan pelajaran yang diberikan oleh gurunya dapat diterima dengan baik pula.


Lithenthal mengemukakan bahwa kesiapan belajar terdiri dari aspek fisik, emosional, pengetahuan dan pengalaman, yaitu:”The four types of readiness to learn- physical readiness, emotional readiness, experiential readiness and knowledge readiness.”  “(kesiapan dalam belajar terdiri dari empat faktor yaitu kesiapan fisik, kesiapan emosi, kesiapan pengalaman dan kesiapan pengetahuan)”

 
Dari beberapa pendapat yang telah dikemukakan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kesiapan belajar tidak hanya berasal dari dari kondisi fisik dan mental. Namun juga berasal dari kesiapan materill berupa perlengkapan belajar dan dari pengalamannya yaitu pengetahuan yang mendasarinya dan kecakapan dalam mengerjakan tugas atau latihan. Dengan memilki pengalaman siswa akan memahami bagaimana cara menyiapkan dirinya pada proses belajar mengajar.
Contohnya saja, anak pada saat sekolah menengah pertama telah mendapatkan pelajaran pembukuan ketika dia masuk ke bangku sekolah menengah atas jurusan ips pada mata pelajaran ekonomi, dimana terdapat pembahasan mengenai akuntansi dia akan lebih berhasil debanding teman-temannya karena ia memilki pengalaman berupa pengetahuan dalam akuntasi tersebut.

 

Prinsip-prinsip kesiapan menurut Soemanto meliputi:
 
a. Semua aspek pertumbuhan berinteraksi dan bersama membentuk readiness
b. Pengalaman seseorang ikut mempengaruhi pertumbuhan fisiologis individu
c. Pengalaman mempunyai efek kumulatif dalam perkembangan fungsi-fungsi kepribadian individu, baik jasmaniah maupun rohaniah
d. Apabila readiness untuk melaksanakan kegiatan tertentu terbentuk pada diri seseorang, maka saat- saat tertentu dalam kehidupan seseorang merupakan masa formatif bagi perkembangan pribadinya.
Sedangkan  Slameto mengemukakan prinsip–prinsip readiness:
a. Semua aspek perkembangan saling berinteraksi (saling pengaruh mempengaruhi)
b. Kematangan jasmani dan rohani adalah perlu untuk memperoleh manfaat dari pengalaman
c. Pengalaman-pengalaman mempunyai pengaruh yang positif terhadap kesiapan
d. Kesiapan dasar untuk kegiatan tertentu terbentuk dalam periode tertentu selama masa pembentukan dalam masa perkembangan.

 
Berdasarkan prinsip tersebut jelaslah bahwa apa yang telah dicapai oleh seseorang pada masa lalu akan mempunyai arti bagi aktivitas-aktivitasnya sekarang. Apa yang telah terjadi sekarang akan memberikan sumbangan terhadap readiness individu di masa mendatang.
Selanjutnya, kesiapan memiliki beberapa aspek. Menurut Soemanto aspek-aspek kesiapan antara lain: a.Kematangan (maturation); b. Kecerdasan . Kematangan merupakan proses yang menimbulkan perubahan tingkah laku akibat dari pertumbuhan dan perkembangan pada diri seseorang. kesiapan belajar erat huhungannya dengan kematangan. Kesiapan untuk menerima pelajaran baru akan terwujud apabila siswa telah memiliki kematangan tertentu sehingga dia siap untuk menerima pelajaran-pelajaran baru. Kecerdasan merupakan tingkat kemampuan berfikir seseorang dalam mengorganisasi suatu masalah dan memeachkan masalah tersebut secara ilmiah.
Selanjutnya Donald, Deborah dan Kim mengutarakan tentang pernyataannya pada buku The Act Of Learning yaitu mengenai kelas yang berada di Amerika, bahwa buku-buku, bahan-bahan yang dipelajari serta sumber- sumber belajar harus tersedia maupun itu disekolah yang miskin atau disekolah yang kaya.
Student share desk and books and have little paper and audiovisual equipment. Compare this to other ameriacan classrooms where nearly every educational resource is available- multiple textbooks, reference materials, television and computer.
Dari kutipan diatas dapat diartikan : siswa-siswi memakai buku-buku, beberapa kertas, dan perlengkapan audio visual. Hal ini membandingkan di kelas-kelas negara Amerika yang telah siap sedia sumber belajar seperti tersedianya buku-buku, bahan-bahan referensi, televisi dan komputer. Maka dengan adanya kesiapan pada sarana secara tidak langsung akan bermanfaat positif demi kelancaran proses belajar.


Berdasarkan teori yang telah diuraikan, dapat disintesiskan bahwa kesiapan belajar merupakan kondisi yang ada pada diri siswa yang dapat mendukung terlaksananya proses belajar yang membuatnya siap untuk memberi respon atau jawaban dalam mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Kesiapan belajar dapat di amati melalui indikator yaitu kondisi fisik maupun mental dan terpenuhinya kebutuhan untuk belajar seperti adanya bahan yang dipelajari serta pengalaman berupa pengetahuan dan kecakapan dalam mengerjakan tugas/latihan demi kelancaran dan keberhasilan proses belajar mengajar. lihat video disini

Tidak ada komentar:

TAKSONOMI BERPIKIR

KATA PENGANTAR Alhamdulillah segala puji bagi Allah Pencipta dan Pemelihara Alam Semesta yang telah menerangi hambanya yang takwa de...