PENGERTIAN KESIAPAN
Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respon atau
bereaksi” . Menurut Thorndike “readiness adalah kesiapan untuk bertindak, ready
to act” . Sama seperti yang dikatakan oleh Cronbach yang dikutip oleh Soemanto
memberikan pengertian readiness sebagai segenap sifat atau kekuatan yang
membuat seseorang dapat bereaksi dengan cara tertentu” . Sedangkan Yamin
berpendapat bahwa kesiapan adalah suatu hasil latihan, belajar, dan kematangan”
Selain itu, Simpson mendefinisikan “Kesiapan sebagai cakupan penempatan diri
dalam keadaan di mana akan terjadi suatu gerakan atau rangkaian gerakan dan
kemampuan ini mencakup jasmani dan rohani” . Uno mengemukakan, bahwa kesiapan
adalah kapasitas (kemampuan potensial) yang baik bersifat fisik maupun mental
untuk melakukan sesuatu”. Sedangkan M. Alisuf Sabri mengemukakan bahwa
“kesiapan atau readiness merupakan suatu fungsi atau potensi untuk digunakan
atau untuk dilatih maupun dikembangkan”
Dari berbagai teori yang telah dikemukakan, maka kesiapan dapat diartikan
kemampuan atau kesediaan yang dimiliki oleh individu baik jasmani maupun rohani
untuk memberi respon atau reaksi dimana kemampuan tersebut dapat dilatih atau
dikembangkan.
Thorndike telah mengembangkan hukum-hukum belajar, menyebutkan bahwa terdapat
tiga prinsip atau hukum dalam belajar yaitu : law of readiness, law of exercise
dan law of effect. Dalam law of readiness atau hukum kesiapan dinyatakan bahwa
belajar akan berhasil apabila dilandasi oleh kesiapan untuk belajar.
Dalam kegiatan pembelajaran, seseorang yang sudah siap berarti telah
memiliki kematangan dalam belajar akan lebih peka dalam merespon atau memberi
penjabaran terhadap suatu materi.
P.K Johri mengatakan “Readiness is the most important factor that influences
learning”. Ausubel (1959) mendefinisikan “Readiness as ‘the adequency of
the student’s existing capacity in relation to some instructional objective’”.
Kesiapan sebagai kecukupan siswa dari kapasitas yang ada terkait dengan
beberapa tujuan pengajaran. Kesiapan belajar menurut S. Nasution adalah
“Kondisi yang mendahului kegiatan belajar itu sendiri, tanpa kesiapan atau
kesediaan ini, proses belajar mengajar tidak akan terjadi”. Djamarah juga
mengemukakan bahwa “Kesiapan untuk belajar merupakan kondisi diri yang telah
dipersiapkan untuk melakukan suatu kegiatan”. Kondisi-kondisi yang
dimaksud adalah kondisi fisik dan mental dari siswa yang belajar itu sendiri,
sehingga untuk mencapai hasil belajar diperlukan kondisi fisik dan mental yang
baik agar terjadi kesiapan belajar dalam proses pembelajaran. Wayan Nurkancana
juga mengatakan bahwa kesiapan belajar dapat diartikan sebagai jumlah tingkat
perkembangan yang harus dicapai oleh seseorang untuk menerima suatu pelajaran
yang baru.”
Decco and William Crawford (1977) mengatakan:
That the student cannot acquire new peformance learning of which depends on
other performance which he has not learned. To quote them “learning builds on
learning in the way success build on success”. This They call entering
behaviours,’behaviours the student must have acquired before he can acquire
particular new terminal behaviour.
Dari kutipan diatas bisa dipahami bahwa: siswa tidak dapat memperoleh cara
belajar baru, tergantung dari cara belajar yang tidak dia dipelajari. Mengutip
dari mereka, “Belajar membangun belajar seperti kesuksesan membangun
kesuksesan”. Ini mereka sebut pendekatan perilaku, “perilaku siswa harus sudah
memperoleh perilaku tersebut sebelum mereka memperoleh perilaku tertentu yang
baru”.
Sejalan dengan pendapat tersebut, Piaget juga percaya bahwa “Harus ada kesiapan
(readiness) dan kematangan (maturity) dari dalam diri seseorang sebelum
perubahan itu terjadi (perubahan akibat belajar)”.
Dalam hal ini, kesiapan belajar berarti suatu kondisi yang ada pada diri
seseorang dalam hal ini siswa, yang telah dipersiapkan terlebih dahulu untuk
mengikuti kegiatan pembelajaran dimana kondisi ini dapat dilatih dan
dikembangkan dan nantinya diharapkan siswa dapat memberi respon dan bereaksi.
Dengan kata lain, ketika seseorang telah memiliki kesiapan belajar dalam
dirinya maka siswa tersebut sudah siap untuk merespon dan memberikan reaksi
ketika kegiatan belajar berlangsung. Seperti yang diungkapkan oleh Reber
menegaskan salah satu asumsinya tentang kesiapan belajar adalah “Siswa yang
lebih sering mempraktikkan materi pelajaran akan lebih mudah memanggil kembali
memori lama yang berhubungan dengan materi yang sedang ia tekuni”.
Selain itu Dalyono juga berpendapat mengenai kesiapan belajar, yaitu:
Setiap orang yang hendak melakukan kegiatan belajar harus memiliki kesiapan
yakni dengan kemampuan yang cukup baik fisik, mental, maupun perlengkapan
belajar. Kesiapan fisik berarti memiliki tenaga cukup kesehatan yang
baik, sementara kesiapan mental miliki minat dan motivasi yang cukup untuk
kegiatan belajar.
Slameto juga menambahkan pengertian dari kesiapan
belajar adalah:
Keseluruhan kondisi seseorang yang membuatnya siap untuk memberi respon atau
jawaban didalam cara tertentu terhadap suatu situasi. Kondisi individu yang
dimaksud adalah kondisi fisik dan psikologinya, sehingga untuk mencapai tingkat
kesiapan yang maksimal diperlukan kondisi fisik dan psikologinya yang saling
menunjang kesiapan individu tersebut dalam proses pembelajaran.
Sejalan dengan pendapat tersebut diatas, Suyadi mengemukakan mengenai prinsip
kesiapan dalam konteks pembelajaran, dapat dimaknai bahwa agar peserta didik
dapat menerima informasi atau materi pelajaran, terlebih dahulu mereka harus
siap, baik secara fisik maupun psikis guna menerima pelajaran. Jangan memulai
pelajaran jika peserta didik belum siap menerimanya.”
Jadi dari beberapa pernyataan tersebut dapat dipahami
bahwa, kesiapan untuk belajar merupakan suatu kondisi yang telah dipersiapkan
dalam proses belajar. Kegiatan belajar akan berlangsung dengan baik
apabila kondisi-kondisi yang diperlukan dalam belajar telah siap. Maka belajar
tanpa kesiapan fisik, mental maupun perlengkapan belajar akan mengalami
kesulitan. Misalnya, seseorang yang akan mengikuti belajar dikelas harus
memiliki kesehatan yang baik, memiliki motivasi untuk belajar, serta sarana
belajar seperti perlengkapan belajar. contohnya, seorang anak yang mau belajar
ekonomi, meskipun sudah memilki kesiapan fisik yang sehat untuk belajar tetapi
tidak memiliki dorongan belajar, maka anak itu tidak dapat dikatakan memiliki
kesiapan yang cukup untuk belajar ekonomi.
Selain itu, Syaiful Djamarah mengungkapkan mengenai kesiapan belajar, yaitu :
Kesiapan belajar jangan hanya diterjemahkan siap dalam arti fisik. Tetapi,
artikanlah dalam arti psikis (kejiwaan) dan materil. Kesiapan fisik misalnya
tubuh tidak sakit (jauh dari gangguan lesu, mengantuk dan sebagainya). Kesiapan
psikis, misalnya ada hasrat untuk belajar, dapat berkonsentrasi, atau memiliki
motivasi yang menggelora. Kesiapan materill misalnya, ada bahan yang dipelajari
atau dikerjakan berupa buku bacaan, catatan pelajaran, membuat resume dan
sebagainya.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat dipahami kesiapan untuk belajar merupakan
kondisi diri yang telah dipersiapkan untuk melakukan suatu kegiatan belajar.
misalnya, jika besok akan ada pelajaran ekonomi maka siswa harus membawa buku
pelajaran ekonomi, maupun alat perlengkapan lain yang diperlukan untuk
menunjang kegiatan belajar ekonomi. Selain itu, siswa juga belajar terlebih
dahulu dan tidak tidur terlalu malam agar keesokan harinya siswa siap untuk
belajar ekonomi. Hasilnya, siswa akan mendapatkan hasil yang baik, karena siswa
telah mempersiapkan diri untuk belajar dan menghasilkan belajar yang optimal.
Berikut ini merupakan pernyataan yang diberikan Mary Tudor dan Robert
mengatakan kesiapan dalam belajar yakni:
Readiness is the state of having the skills and knowledge necessary for given
activity. Student learn skills that are supposed to prepare them for formal
instruction later, such as how to follow direction, stick to a task, cooperated
with other, and display good manners.
Dari kutipan diatas dapat diartikan, kesiapan merupakan suatu keadaan memiliki
kecakapan dan pengetahuan yang diperlukan dalam setiap aktivitas. Siswa belajar
keterampilan yang seharusnya, untuk mempersiapkan diri mereka kepada instruksi
formal selanjutnya, seperti untuk mengikuti bimbingan, mengerjakan tugas,
bekerja sama dengan yang lainnya, dan menunjukan sikap yang baik.
Slameto juga mengemukakan tentang kesiapan yang berasal dari persiapan diri
sendiri, yaitu:
Kesiapan adalah keseluruhan kondisi seseorang yang membuatnya siap untuk
memberi respon atau jawaban didalam cara tertentu terhadap suatu situasi.
Penyesuaian kondisi pada suatu saat akan berpengaruh pada atau kecenderungan
untuk memberi respons. Kondisi mencakup setidak- tidaknya tiga aspek, yaitu:
kondisi fisik, mental dan emosional; kebutuhan, motif dan tujuan;keterampilan,
pengetahuan dan pengertian yang lain yang telah dipelajari.
Selanjutnya Cronbach mengemukakan adanya unsur utama dalam proses belajar,
yakni salah satunya kesiapan. Cronbach mengatakan bahwa:
Untuk dapat melakukan perbuatan belajar dengan baik anak atau individu harus
memiliki kesiapan, baik kesiapan fisik dan psikis, kesiapan yang berupa
kematangan untuk melakukan sesuatu, maupun penguasaan pengetahuan dan
kecakapan-kecakapan yang mendasarinya.
Sejalan dengan pendapat tersebut, P.K Johri mengemukakan pendapat bahwa :
Readiness as a factor of learning: A person is ready to learn something when he
has achieve sufficient physiological maturation and experiental background”.
For example it is physiologically impossible for a child of 3-4 months to learn
to walk or to learn to speak words or to learn to read. similarly a non-science
student can not be made to learn einstein theory of relativity. a youth
of 10 years normally is not ready to study subjects such as calculus, sankhya
philosophy, romanticism in literature etc. Learning and understanding of these
tasks requires suitable experiential background which a child of ten is not
expected to have. exceptions may be there, but on an average certain level of
physiological maturation and experiential background are essentially required
for learning corresponding task.
Dari kutipan diatas dapat diartikan kesiapan merupakan faktor dari belajar:
Seseorang telah siap belajar mengenai sesuatu ketika sudah mencapai kematangan
fisiologis yang cukup dan latar belakang pengalaman. Misalnya itu secara
fisiologis mustahil bagi seorang anak dari 3-4 bulan untuk belajar berjalan
atau belajar untuk berbicara kata-kata atau untuk belajar membaca. Siswa
non-ilmu pengetahuan tidak dapat dibuat untuk mempelajari teori relativitas
Einstein. Seorang pemuda 10 tahun biasanya belum siap untuk mempelajari mata
pelajaran seperti kalkulus, filsafat sankhya, romantisme dalam literatur dll.
Pembelajaran dan pemahaman tentang tugas-tugas ini memerlukan latar belakang
pengalaman yang cocok anak sepuluh tidak diharapkan memiliki. pengecualian
mungkin ada, tetapi pada tingkat tertentu rata-rata pematangan fisiologis dan
latar belakang pengalaman pada dasarnya diperlukan untuk belajar tugas yang
sesuai.
Sama dengan pendapat yang telah dikemukakan diatas, Pakasih juga menguraikan
beberapa sifat proses belajar yang antara lain, yaitu belajar memerlukan
kesiapan pada diri anak.
Kesiapan merupakan suatu keadaan emosional, intelektual dan sosial. Dalam
keadaan ini, anak merasa siap dan sanggup untuk menerima tugas pelajaran baru.
Kesiapannya menyatakan bahwa ia sudah “matang”, sudah menguasai apa yang
diperlukan untuk menerima tugas pelajaran (pengalaman) baru. Dengan kata lain,
ia sudah siap, karena sudah menguasai tingkat pelajaran yang diperlukan untuk
menerima tingkat berikutnya. Kesiapan ini adalah syarat penting untuk
kelancaran jalannya proses belajar.
Selanjutnya, James M. Sawrey dan Charles W Telford mengemukakan tentang
kesiapan belajar, yakni:
Readiness to learn is the sum total of those characteristics within the person
that facilitate or retard learning. One set of components of readiness is
physical in nature. This studies indicate the presence of a maturational factor
in determining the efficacy of practice. The second group of components
contributing to readiness for learning is experiental of origin. It consists of
those experiences that prepare individual for and facilitate new learning. The
third component of learning readiness is motivation.
Dari kutipan diatas dapat diartikan sebagai berikut: kesiapan belajar termasuk
sejumlah karakteristik seseorang yang termasuk dari hambatan dan yang
memfasilitasi belajar. Komponen pertama dari kesiapan adalah bagaimana kondisi
fisik. Pembelajaran ini mengindikasikan faktor pematangan dalam
menentukan kepercayaan diri dalam menyelesaikan latihan. Komponen kedua yang
termasuk kesiapan belajar berasal dari pengalamannya. Pengalaman seseorang
menyiapkan pribadinya serta memudahkan dalam belajar. Komponen ketiga dalam
kesiapan belajar adalah motivasi.
Jadi selain siswa harus siap dari fisik pribadi masing-masing, siswa juga harus
memiliki kesiapan secara mental /psikologi yang cukup supaya dapat mengerjakan
sesuatu dengan maksimal. Seperti halnya, seorang anak yang memiliki badan yang
sehat dan kondisi mental yang baik maka disaat proses pembelajaran akan
terlihat segar dan merasa tenang untuk mengikuti proses belajar. Namun jika
anak merasa badannya kurang sehat dan gelisah untuk mengikuti pelajaran yang
diberikan oleh gurunya, maka akan terlihat lebih tegang dan tidak dapat
berkonsentasi sehingga situasi ini dapat dikatakan siswa belum siap dalam
menerima pelajaran. Kondisi mental yang baik dimana siswa tidak merasa tertekan
akan menimbulkan pelajaran yang diberikan oleh gurunya dapat diterima dengan
baik pula.
Lithenthal mengemukakan bahwa kesiapan belajar terdiri dari aspek fisik,
emosional, pengetahuan dan pengalaman, yaitu:”The four types of readiness to
learn- physical readiness, emotional readiness, experiential readiness and
knowledge readiness.” “(kesiapan dalam belajar terdiri dari empat faktor
yaitu kesiapan fisik, kesiapan emosi, kesiapan pengalaman dan kesiapan
pengetahuan)”
Dari beberapa pendapat yang telah dikemukakan diatas dapat diambil kesimpulan
bahwa kesiapan belajar tidak hanya berasal dari dari kondisi fisik dan mental.
Namun juga berasal dari kesiapan materill berupa perlengkapan belajar dan dari
pengalamannya yaitu pengetahuan yang mendasarinya dan kecakapan dalam
mengerjakan tugas atau latihan. Dengan memilki pengalaman siswa akan memahami
bagaimana cara menyiapkan dirinya pada proses belajar mengajar.
Contohnya saja, anak pada saat sekolah menengah pertama telah mendapatkan
pelajaran pembukuan ketika dia masuk ke bangku sekolah menengah atas jurusan
ips pada mata pelajaran ekonomi, dimana terdapat pembahasan mengenai akuntansi
dia akan lebih berhasil debanding teman-temannya karena ia memilki pengalaman
berupa pengetahuan dalam akuntasi tersebut.
Prinsip-prinsip kesiapan menurut Soemanto meliputi:
a. Semua aspek pertumbuhan berinteraksi dan bersama membentuk readiness
b. Pengalaman seseorang ikut mempengaruhi pertumbuhan fisiologis individu
c. Pengalaman mempunyai efek kumulatif dalam perkembangan fungsi-fungsi
kepribadian individu, baik jasmaniah maupun rohaniah
d. Apabila readiness untuk melaksanakan kegiatan tertentu terbentuk pada diri
seseorang, maka saat- saat tertentu dalam kehidupan seseorang merupakan masa
formatif bagi perkembangan pribadinya.
Sedangkan Slameto mengemukakan prinsip–prinsip readiness:
a. Semua aspek perkembangan saling berinteraksi (saling pengaruh mempengaruhi)
b. Kematangan jasmani dan rohani adalah perlu untuk memperoleh manfaat dari
pengalaman
c. Pengalaman-pengalaman mempunyai pengaruh yang positif terhadap kesiapan
d. Kesiapan dasar untuk kegiatan tertentu terbentuk dalam periode tertentu
selama masa pembentukan dalam masa perkembangan.
Berdasarkan prinsip tersebut jelaslah bahwa apa yang telah dicapai oleh
seseorang pada masa lalu akan mempunyai arti bagi aktivitas-aktivitasnya
sekarang. Apa yang telah terjadi sekarang akan memberikan sumbangan terhadap
readiness individu di masa mendatang.
Selanjutnya, kesiapan memiliki beberapa aspek. Menurut Soemanto aspek-aspek
kesiapan antara lain: a.Kematangan (maturation); b. Kecerdasan . Kematangan
merupakan proses yang menimbulkan perubahan tingkah laku akibat dari
pertumbuhan dan perkembangan pada diri seseorang. kesiapan belajar erat
huhungannya dengan kematangan. Kesiapan untuk menerima pelajaran baru akan
terwujud apabila siswa telah memiliki kematangan tertentu sehingga dia siap
untuk menerima pelajaran-pelajaran baru. Kecerdasan merupakan tingkat kemampuan
berfikir seseorang dalam mengorganisasi suatu masalah dan memeachkan masalah
tersebut secara ilmiah.
Selanjutnya Donald, Deborah dan Kim mengutarakan tentang pernyataannya pada
buku The Act Of Learning yaitu mengenai kelas yang berada di Amerika, bahwa
buku-buku, bahan-bahan yang dipelajari serta sumber- sumber belajar harus
tersedia maupun itu disekolah yang miskin atau disekolah yang kaya.
Student share desk and books and have little paper and audiovisual equipment.
Compare this to other ameriacan classrooms where nearly every educational
resource is available- multiple textbooks, reference materials, television and
computer.
Dari kutipan diatas dapat diartikan : siswa-siswi memakai buku-buku, beberapa
kertas, dan perlengkapan audio visual. Hal ini membandingkan di kelas-kelas
negara Amerika yang telah siap sedia sumber belajar seperti tersedianya
buku-buku, bahan-bahan referensi, televisi dan komputer. Maka dengan adanya
kesiapan pada sarana secara tidak langsung akan bermanfaat positif demi
kelancaran proses belajar.
Berdasarkan teori yang telah diuraikan, dapat disintesiskan bahwa kesiapan
belajar merupakan kondisi yang ada pada diri siswa yang dapat mendukung
terlaksananya proses belajar yang membuatnya siap untuk memberi respon atau
jawaban dalam mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Kesiapan belajar dapat di
amati melalui indikator yaitu kondisi fisik maupun mental dan terpenuhinya
kebutuhan untuk belajar seperti adanya bahan yang dipelajari serta pengalaman
berupa pengetahuan dan kecakapan dalam mengerjakan tugas/latihan demi
kelancaran dan keberhasilan proses belajar mengajar. lihat video disini
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
TAKSONOMI BERPIKIR
KATA PENGANTAR Alhamdulillah segala puji bagi Allah Pencipta dan Pemelihara Alam Semesta yang telah menerangi hambanya yang takwa de...
-
KATA PENGANTAR Puji syukur kita ucapkan atas kehadirat A llah SWT atas berkat rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan makal...
-
DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul Kata Pengantar Daftar Isi ...
-
KATA PENGANTAR Alhamdulillah segala puji bagi Allah Pencipta dan Pemelihara Alam Semesta yang telah menerangi hambanya yang takw...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar