DAFTAR ISI
Kata pengantar ............................................................................................................................... 1
Daftar isi.......................................................................................................................................... 2
BAB I : Pendahuluan..................................................................................................................... 3
A. Latar Belakang............................................................................................................. 3
B. Rumusan Masalah........................................................................................................ 3
C. Tujuan Pembahasan...................................................................................................... 3
Bab II : Pembahasan...................................................................................................................... 4
A. Pengertian Terintegrasi
dalam PAUD.......................................................................... 4
B. Tujuan Program Kegiatan
PAUD................................................................................ 5
C. Rancangan Program
Pendidikan Usia Prasekolah PAUD........................................... 5
D. Prinsip-prinsip
Pengelolaan PAUD.............................................................................. 6
BAB III : Penutup.......................................................................................................................... 7
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam membentuk Pendidikan Anak Usia Dini yang integratif maka dibutuhkan sumber
daya manusia yang mumpuni agar tujuan dari PAUD integratif ini bisa tercapai
yaitu mewujudkan anak sehat, cerdas, ceria dan memiliki akhlak yang mulia.
PAUD integratif saat ini, merupakan
solusi pembelajaran yang efektif agar pengembangan anak usia dini bisa berjalan
dengan maksimal. Saling pengertian dan kerjasama yang baik antara pihak
sekolah, pihak keluarga/wali murid dan pihak pemerintah harus terjalin dengan
baik agar tujuan dari pembelajaran PAUD integratif bisa diraih.
Berangkat dari hal tersebut, maka bagaimanakan
seharusnya program kegiatan PAUD itu sendiri dijalankan sehingga menjadi
program yang terintegrasi secara baik, dan menjadi pembahasan kita bersama.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa
pengertian terintegrasi dalam PAUD?
2.
Apa
tujuan program kegiatan PAUD?
3.
Bagaimana
rancangan program pendidikan usia prasekolah PAUD?
4.
Apa
prinsip-prinsip pengelolan PAUD?
C.
Tujuan Pembahasan
1.
Memahami
pengertian terintegrasi dalam PAUD.
2.
Memahami
tujuan program kegiatan PAUD.
3.
Memahami
rancangan program pendidikan usia prasekolah PAUD.
4.
Memahami
prinsip-prinsip pengelolan PAUD.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN TERINTEGRASI DALAM PAUD
Terintegrasi yaitu
sebuah sistem yang mengalami pembauran hingga menjadi suatu kesatuan yang utuh.
Atau pembelajaran yang memadukan, menyatukan, atau menggabungkan dua tema/pelajaran
atau beberapa tema/pelajaran.
Dalam kurikulum ini anak mendapatkan pengalaman luas,
karena antara satu mata pelajaran yang satu dengan yang lain saling berkaitan. Dengan demikian
seluruh mata pelajaran merupakan satu-kesatuan yang utuh atau bulat. Adapun
pokok-pokok pendidikan yang harus diberikan kepada anak (kurikulumnya) tiada
lain adalah ajaran islam itu sendiri. Ajaran islam secara garis besar dapat
dikelompokkan menjadi tiga, yakni akidah, ibadah, dan akhlak. Maka pokok-pokok
yang harus diberikan kepada anak pun sedikitnya harus
meliputi pendidikan akidah, pendidikan ibadah, dan pendidikan akhlak.
1. Pendidikan akidah
Islam menempatkan pendidikan akidah pada posisi yang paling mendasar, yakni
terposisikan dalam rukun yang pertama dari rukun islam yang lima, sekaligus
sebagai kunci yang membedakan antara orang islam dengan non islam. Lamanya
waktu dakwah Rasulullah dalam rangka mengajak umat agar bersedia mentauhidkan
Allah menunujukkan betapa penting dan mendasarnya pendidikan akidah islamiah
bagi setiap ummat muslim pada umumnya. Terlebih pada kehidupan anak, maka
dasar-dasar akidah harus terus menerus ditanamkan pada diri anak agar setiap
perkembangan dan pertumbuhannya senantiasa dilandasi leh akidah yang benar.
2. Pendidikan ibadah
Tata peribadatan menyeluruh sebagaimana termaktub dalam fiqih islam itu
hendaklah diperkenalkan sedini mungkin dan sedikit dibiasakan dalam diri anak.
Hal itu dilakukan agar kelak mereka menjadi insan yang benar-benar taqwa, yakni
insan yang taat melaksanakan perintah agama dan taat pula dalam menjauhi segala
larangannya. Ibadah sebagai realisasi dari akhlak islamiyah harus tetap
terpancar dan teramalkan dengan baik oleh anak.
3. Pendidikan akhlak
Dalam rangka menyelamatkan dan memperkokoh akidah islamiah anak, pendidikan
anak harus dilengkapi dengan pendidikan akhlak yang memadai. Dalam al-Qur’an
sendiri banyak sekali ayat yang menyindir, memerintahkan atau menekankan
pentingnya akhlak bagi setiap
hamba Allah yang beriman.maka dalam rangka mendidik akhlak anak-anak,
selain diberikan keteladanan yang tepat, juga harus ditunjukkan tentang
bagaimana menghormati dan seterusnya. Karena pendidikan akhlak sangat penting
sekali, bahkan Rasul sendiri diutus oleh Allah untuk menyempurnakan akhlak,
maka agar lebih jelas dibahas dalam bab sendiri.
Dengan demikian dalam rangka mengoptimalkan perkembangan anak dan memenuhi
karakteristik anak merupakan individu unik, yang mempunyai pengalaman dan
pengetahuan yang berbeda, maka perlu dilakukan usaha yaitu dengan memberikan
rangsangan-rangsangan, dorongan-dorongan, dan dukungan-dukungan kepada anak.
Agar para pendidik dapat melakukan dengan optimal maka perlu disiapkan untuk
kurikulum yang sistematis.
B.
TUJUAN PROGRAM KEGIATAN PAUD
Salah satu tujuan dari PAUD integratif tercantum
dalam Peraturan Presiden (PERPRES) No. 60 Tahun 2013, yang berbunyi :
1. Terselenggaranya layanan pengembangan anak usia dini integratif menuju
terwujudnya anak Indonesia yang sehat, cerdas, ceria, dan berakhlak mulia.
2. Terpenuhinya kebutuhan esensial anak usia dini secara utuh meliputi
kesehatan dan gizi, rangsangan pendidikan, pembinaan moral-emosional dan
pengasuhan sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai
kelompok umur.
3. Terlindunginya anak dari segala bentuk kekerasan, penelantaran, perlakuan
yang salah, dan eksploitasi di manapun anak berada.
4. Terselenggaranya pelayanan anak usia dini secara terintegrasi dan selaras
antar lembaga layanan terkait, sesuai kondisi wilayah, dan
5. Terwujudnya komitmen seluruh unsur terkait yaitu orang tua, keluarga,
masyarakat, Pemerintah dan Pemerintah Daerah, dalam upaya Pengembangan Anak
Usia Dini Integratif.
Sedangkan Prinsip PAUD integratif yaitu :
1. Bersifat menyeluruh dan berintegrasi
2. Berkesinambungan dan konsisten
3. Tidak ada diskriminasi dalam memberikan pelayanan
4. Pelayanan yang tersedia, mudah terjangkau dan dapat diterima oleh
masyarakat
5. Peran dari masyarakat
6. Berdasarkan budaya yang bersifat konstruktif
7. Good Governance (Pemerintahann yang baik)
C.
RANCANGAN PROGRAM PENDIDIKAN USIA
PRASEKOLAH PAUD
Salah satu fungsi program PAUD adalah untuk
memperkenalkan peraturan dan menanamkan disiplin pada anak, mengenalkan anak
dengan dunia sekitar, menumbuhkan sikap dan prilaku yang baik, mengembangkan
kemampuan berkomunikasi dan bersosialisasi, mengembangkan ketrampilan,
kreatifitas dan kemampuan yang dimiliki anak, menyiapkan anak untuk memasuki
pendidikan dasar. Adapun tujuannya untuk membantu anak didik mengembangkan
berbagai potensi baik psikis dan fisik yang meliputi moral dan nilai-nilai
agama, sosial, emosional, kognitif, bahasa, fisik atau motorik, kemandirian dan
seni untuk memasuki pendidikan dasar, lalu bagaimana kemudian merancang program
pendidikan usia prasekolah?
Untuk merancang program pendidikan usia prasekolah
PAUD setidaknya kita mendasarkan pada tiga aspek, yakni : Kegiatan-kegiatan
pada program pembelajaran, program bimbingan PAUD dan kegiatan pada
bentuk-bentuk PAUD terintegrasi.
1. Program pembelajaran PAUD
Ø Keteladanan dalam kehidupan anak
Keteladanan dalam kehidupan anak, dalam hal ini pemberi teladan kepada
anak-anak adalah guru-guru dan orang tua. Keteladanan memberikan pengaruh yang
lebih besar daripada omelan atau nasihat. Jika prilaku orang tua atau guru
berbeda atau bertolak belakang dengan nasihat-nasihatnya, niscaya kegiatan
belajar-mengajar itu gagal.
Diantara berbagai hal yang perlu diperhatikan seorang guru dalam
mencerminkan keteladanan kepada anak didiknya adalah:
a.
Seorang guru harus
menjauhkan diri dri sikap dusta agar anak-anak tidak belajar berdusta
b.
Seorang guru tidak
boleh memanjangkan kukunya, agar anak-anak tidak meniru memanjangkan kukunya
c.
Seorang guru harus
menjaga bersih giginya, agar anak-anak pun senantiasa mementingkan kebersihan
giginya
d.
Seorang guru tidak boleh
membuang sampah sembarangan
e.
Bagaimanapun marahnya,
seorang guru tidak boleh mengeluarkan kata-kata kasar dan umpatan agar
anak-anak tidak menirunya
f.
Seorang guru harus
berusaha menghindarkan diri dari berdandan yang berlebihan atau mengecat
kukunya agar tidak menghilangkan kemurnian anak-anak
g.
Guru-guru harus
berusaha menghindari obrolan-obrolan berlebihan terhadap mereka agar anak-anak
tidak terlantarkan
h.
Seorang guru harus
memilki sikap toleran terhadap anak yang melakukan kesalahan dan menasihatinya
dengan bahasa yang lembut tanpa bermaksud memanjakan, agar anak-anak terbiasa
memafkan kesalahan dan berlaku santun terhadap orang lain.
Dari gambaran diatas jelaslah bahwa pengendalian diri seorang guru didepan
anak-anak lebih penting daripada kemampuannya mengajarkan aritmetika atau
bahasa asing
Ø Kegiatan memotivasi
anak
a.
Kegiatan harian awal
ü Seorang ibu guru harus berupaya menyambut dan menghadapi anak-anak setiap
hari dengan wajah cerah serta berusaha menyebarkan suasana kasih dan bahagia walaupun
berbagai masalah rumah menumpuk
ü Dengan rasa cinta, seorang ibu guru harus mampu membiasakan salam
kehormatan islam “ Assalaamualaikum warohmatullahi wabarokatuh” sebagai
pengganti “selamat pagi” kepada anak-anak, dan lebih baik lagi sambil mencium
mereka.
ü Ketika akan memulai pelajaran harian, seorang ibu guru harus memeriksa
sirkulasi udara (Eventilasi), pencahayaan, kebersihan lantai, kursi, papan
tulis, dan sarana ruang kelas lainnya.
ü Jika ada anak yang belum sarapan pagi, seorang ibu guru harus memperbolehkan
dia makan dahulu sambil tetap menekankan bahwa sarapan pagi sangat perlu,
terutama untuk konsentrasi belajar
ü Seorang ibu guru harus senantiasa memeriksa daftar hadir dn jika ada anak
yang sakit dia harus berinisiatif menengoknya
ü Seorang ibu guru harus menyempatkan memeriksa penampilan anak-anak,
misalnya saja dalam hal rambut, terutama anak perempuan, kuku, gigi, hidung,
telinga, pakaian, sepatu, kaos kaki dan sapu tangan.demikian juga dengan
kesehatan badan, anak yang sakit harus dipisahkan dengan anak yang sehat.
Kesehatan mata pun harus diperhatikan agar kerusakan mata anak-anak dapat
diobati sejak dini. Penggunaan pakaian seragam pun diperlukan, dan bagi anak
yang kurang mampu, bisa saja pihak TK memberikan bantuan.
b.
Olah raga pagi
Melalui olah raga pagi
kita dapat memupuk kegesitan, kegembiraan, dan keceriaan anak sehingga mereka
merasa bahwa kegiatan sekolah bukan kegiatan yang mengungkung kebebasan mereka.
Olah raga cukup dilakukan seperempat jam. Bisa saja anak-anak diajak mniru
burung-burung terbang, berjalan teratur, atau olahraga lain yang menggunakan
alat.
c.
Menghapal Al;Qur’an
Karim
Setelah memotivasi
kegesitan dan keceriaan kepada anak-anak, sebaiknya seorang guru mengajak anak
didiknya membaca dan meghapal Al-Qur’an melalui langkah-langkah berikut ini:
ü Membiasakan melalui pelajaran dengan membaca Al-Qur’an karena pada awal
waktu anak-anak lebih responsif terhadap pelajaran dan siap untuk menghapal
Al-Qur’an
ü Pada awal kegiatan, seorang guru dianjurkan mengajarkan wudhu kepada anak-anak.
Guru pun harus memperhatikan beberapa adab membaca Al-Qur’an, termasuk
diantaranya menghadap qiblat, membaca ta’awudz, serta perbuatan terpuji
seperti menyedekapkan tangan diatas meja, tegak, dan melepaskan apa
ü Seorang guru dianjurkan mempelajari metode praktis dan efesien dalam
menghapal Al-Qur’an, diantaranya, memulai dengan menghapalkan surat-surat
pendidk yang disertai dengan peneritaan kisah dan hikmah yang terkandung dalam
surat tersebut melalui gaya naratif yang memesonakan anak-anak; atau juga bisa
melalui kisah-kisah dalam cerita bergambar. Dengan begitu, makna surat itu akan
terpatri dalam jiwa anak-anak. Sebagian surat-surat pendek memilki kisah-kisah
yang menarik. Misalnya saja surat Al-Alaq mengisahkan turunnya wahyu digua
hira’, Al-Fiil mengisahkan tentara gajah, Quraisy mengisahkan kehidupan kaum
Quraisy, dan sebagainya.
ü Seorang guru dianjurkan membaca A;-qur’an dengan jelas dan berulang-ulang
agar anak-anak segera menghapal dan memahami maknanya secara umum atau bisa
saja menjelaskan setiap kata dan setiap ayat secara terbatas
ü Ada sejumlah pihak yang meragukan kemampuan menghapal Al-Qur’an bagi
anak-anak usia balita. Mereka pun sangat terheran-heran jika ada anak yang
seusia itu sudah hapal beberapa patah kata bahasa prancis dan inggris
ü Surat-surat pendek sebaiknya dimulai dari surat al-Fatihah, al-Ikhlas,
al-Falaq, an-Nas, al-Kafirun, dan seterusnya
ü Jika TK itu memiliki beberapa kelas, sebaiknya disediakan kelas khusus
untuk anak-anak berbakat dan cerdas. Cara seperti itu sangat mendukung
penggalian potensi dalam menghapal Al-Qur’an, hadist atau nyanyian islami
ü Guru yang akan mengajarkan surat-surat pendek harus memilki kemampuan
hapalan dan membaca al-Qur’an dengan baik dan benar agar pada gilirannya
anak-anak akan membaca dan menghapal dengan baik dan benar pula
ü Sebaiknya, waktu pelajaran Al-Qur’an tidak lebih satu jam setiap harinya
ü Agar anak-anak termotivasi untuk menghapal Al-Qur’an, seorang guru
dianjurkan memberikan hadiah seperti tepuk tangan, coklat, atau mainan. Seorang
guru pun mampu mengingatkan atau menasihati anak yang mempermainkan Al-Qur’an.
d.
Bermain dan berekreasi
Bagi anak-anak, bermain
merupakan kebutuhan yang sangat penting dan berpegaruh pada aspek fisik dan
psikologis sehingga berpengaruh juga pada tinggi rendahnya prestasi anak-anak.
Karena itu, setiap TK harus menyediakan waktu dan sarana yang memadai untuk
bermain dan berkreasi. Bisa saja, dalam sehari, seperempat dari seluruh
pelajaran TK dikesediakan untuk kegiatan tersebut.
·
Manfaat bermain bagi
anak-anak
ü Masa kanak-kanak merupakan masa perkembangan sarat potensi dan dinamika.
Lewat bermain, tensi dan dinamika itu dapat disempurnakan lewat berlari,
misalnya, otot dan tulang menjalin hubungan yang harmonis sehingga mereka
tumbuh gesit dan ceria. Dengan demikian bermain merupakan sarana mencurahkan
potensi.
ü Ketika bermain, langsung atau tidak, anak-anak dapat mengungkapkan masalah
atau merefleksikan suasana emosional kepada seluruh anggota keluarga sehingga
anak-anak terbuka dan mudah dipahami. Hal itu dapat memudahkan pembentukan
psikologis dan kepribadian.
ü Bagi anak yang menderita gangguan psikologis atau bermasalah, bermain salah
satu obat penyembuh penyakit tersebut. Bermain pun dapat memberikan bekal dan
persiapan kepada anak-anak agar jika besar nanti, mereka siap memikul tanggung
jawab.
·
Anjuran untuk orang tua
dan pendidik
ü Orang tua atau pendidik dianjurkan menyediakan berbagai bentuk dan warna
sarana bermain untuk anak-anak yang tentu saja disesuaikan dengan kemampuan
orang tua atau TK.
ü Orang tua atau pendidik dianjurkan memotivasi anak untuk bermain, bahkkan
sewaktu-waktu menemani anak-anak bermain.
·
Jenis-jenis
permainannya
ü Permainan bebas
ü Permainan imajinatif
ü Permainan konstruktif
ü Permainan kolektif
Ø Program pelajaran bulanan
Dalam proses ini setiap TK harus memiliki program pelajaran bulanan yang
disiapkan oleh bagian administrasi TK kemudian diberikan guru yang
bersangkutan, jika para guru mengadakan ujian bulanan, bagian administrasi
harus menagih laporan dagi guru yang brsangkutan. Misalnya saja, jika kurikulum
TK menetapkan bahwa dalam program bulanan masa menghapal sebuah surat pendek
atau mengajarkan huruf dan angka tidak lebih dari tiga hari.
2. Program bimbingan PAUD
Berikut bimbingan yang
berkenaan dengan pembinaan mental dan kesehatan anak, yaitu :
a.
Panggilah anak dengan
nama-nama yang baik. Jika ada yang namanya buruk dan tidak islami, panggilah
dia dengan nama yang bagus dan islami. Janganlah orang dewasa menghina nama
anak yang buruk sehingga anak-anak lain akan meniru dan mengolok-olok serta
menimbulkan kedengkian dan berbagai penyakit hati. Dewasa ini banyak yang
memanggil anak-anak dengan sebutan yang mencerminkan kepandiran dan kehinaan,
misalnya memanggil anak-anak dengan sebutan “jangkrik” atau “tikus”. Padahal
dari abi darda, Rasulullah SAW, pernah bersabda: sesungguhnya pada hari
kiamat kamu akan dipanggil dengan namamu dan nama bapakmu. Maka, baguskanlah
namamu.
b.
Aturlah jadwal kegiatan
anak, misalnya, dalam hal makan, tidur, buang air, atau kegiatan lainnya,
terutama untuk anak usia tiga tahun pertama. Jika anak cepat merasa lapar,
misalnya kurang dari tiga jam sekali, si anak perlu dibawa ke dokter, siapa
tahu anak kita menderita cacingan.
c.
Aturlah jadwal makan
anak-anak sesuai dengan perbedaan usia misalnya saja, anak-anak yang berusia
3-6 tahun memerlukan sekitar empat kali makan dalam seharinya dengan jarak setiap
makan minimal empat jam.
d.
Jumlah jam tidur pun
berbeda sejalan dengan perbedaan usia. Anak-anak yang baru lahir, misalnya, dia
memerlukan waktu sekitar 15 jam untuk tidur. Jumlah tersebut berkurang hingga
menjadi 12 jam ketika usia anak menginjak 2 tahun, dan menjadi sekitar 10 jam
keika anaka-anak menginjak usia 3 hingga 6 tahun.
3. Kegiatan pada bentuk-bentuk PAUD terintegrasi
Dalam kurikulum ini anak mendapatkan pengalaman luas, karena antara satu
mata pelajaran yang satu dengan yang lain saling berkaitan. Dengan demikian
seluruh mata pelajaran merupakan satu-kesatuan yang utuh atau bulat. Untuk guru
sendiri, kurikulum model ini lebih sulit dirancang. Adapun pokok-pokok
pendidikan yang harus diberikan kepada anak (kurikulumnya) tiada lain adalah
ajaran islam itu sendiri. Ajaran islam secara garis besar dapat dikelompkan
menjadi tiga, yakni akidah, ibadah, dan akhlak. Maka pokok-pokok yang harus
diberikan kepada pun sedikitnya harus meliputi pendidikan ajidah, pendidikan
ibadah, dan pendidikan akhlak.
a.
Pendidikan akidah
Islam menempatkan pendidikan akidah pada posisi yang paling mendasar, yakni
terposisikan dalam rukun yang pertama dari rukun islam yang lima, sekaligus
sebagai kunci yang membedakan antara orang islam dengan non islam. Lamanya
waktu dakwah Rasulullah dalam rangka mengajak ummat agar bersedia mentauhidkan
Allah menunujukkan betapa penting dan mendasarnya pendidikan akidah islamiah
bagi setiap ummat muslim pada umumnya. Terlebih pada kehidupan anak, maka
dasar-dasar akidah harus terus menerus ditanamkan pada diri anak agar setiap
perkembangan dan pertumbuhannya senantiasa dilandasi leh akidah yang benar.
b.
Pendidikan ibadah
Tata peribadatan menyeluruh sebagaimana termaktub dalam fiqih islam itu
hendaklah diperkenalkan sedini mungkin dan sedikit dibiasakan dalam diri anak.
Hal itu dilakukan agar kelak mereka menjadi insan yang benar-benar taqwa, yakni
insan yang taat melaksanakan perintah agama dan taat pula dalam menjauhi segala
larangannya. Ibadah sebagai realisasi dari akhlak islamiyyah harus tetap
terpancar dan teramalkan dengan baik oleh anak.
c.
Pendidikan akhlak
Dalam rangka menyelamatkan dan memperkokoh akidah islamiah anak, pendidikan
anak harus dilengkapi dengan pendidikan akhlak yang memadai. Dalam al-Qur’an
sendiri banyak sekali ayat yang menyindir, memerintahkan atau menekankan
pentingnya akhlak bagi setiap hamba Allah yang beriman.maka dalam rangka
mendidik akhlak anak-anak, selain diberikan keteladanan yang tepat, juga harus
ditunjukkan tentang bagaimana menghormati dan seterusnya.
Dengan demikian dalam rangka mengoptimalkan perkembangan anak dan
memenuhi karakteristik anak merupakan individu unik, yang mempunyai pengalaman
dan pengetahuan yang berbeda, maka perlu dilakukan usaha yaitu dengan
memberikan rangsangan-rangsangan, dorongan-dorongan, dan dukungan-dukungan
kepada anak. Agar para pendidik dapat melakukan dengan optimal maka perlu
disiapkan untuk kurikulum yang sistematis.
D.
PRINSIP-PRINSIP PENGELOLAAN PAUD
Prinsip pengelolaan
pembelajaran merupakan suatu keterkaitan kemampuan dan keterampilan hubungan
kemanusiaan untuk mempengaruhi orang lain dalam mencapai tujuan organisasi
secara efektif dan efisien, yang meliputi :
1.
Bersifat holistik dan
integratif yakni menggabungkan antara
pemenuhan kebutuhan perkembangan dan kebutuhan pertumbuhan. Dengan kata lain,
Lembaga PAUD memberikan asupan gizi dan layanan kesehatan rangsangan
psikososial yang sesuai tahap perkembangan anak.
2.
Keamanan dan kesehatan yakni lembaga PAUD harus menghindari segala bentuk
gangguan fisik dalam bentuk penyakit maupun kecelakaan dari lingkungan
3.
Kenyamanan yakni lingkungan yang nyaman terbangun apabila hubungan di
dalamnya didasari oleh kasih saying, saling menghargai, menerima, membangun
konskuensi dan konsisten.
4.
Sesuai dengan kebutuhan perkembangan yakni segala sesuatu yang dikembangkan
oleh lembaga harus sesuai dengan kebutuhan perkembangan anak. Kesesuaian dengan
kebutuhan anak masyarakat dipahami tahapan perkembangan anak oleh pengelola PAUD.
Selain itu, prinsip
pengelolaan menurut Bafadal (2004: 34) meliputi :
a. Pembagian tugas (job description), yaitu menempatkan
seseorang sesuai dengan kemampuan dan keterampilan yang dimiliki.
b. Otoritas dan tanggung jawab merupakan kewenangan dan tanggung jawab
antara penyelenggara dan masyarakat.
c. Disiplin, dapat melaksanakan tugas dan kewajiban dengan
proporsional dan profesional.
d. Penghargaan dan sanksi, merupakan motivasi dan pengendalian
dalam melakukan pekerjaan secara lebih profesional.
e. Inisiatif, kemampuan yang dimiliki oleh seluruh pihak baik
tindakan maupun ide/gagasan dalam penyelenggaraan program.
f. Fleksibilitas, artinya lentur dengan kondisi lingkungan, sasaran
(kebutuhan belajar, waktu dan tempat, biaya), dan Guru (pendidik), misalnya
antara lain dapat dilihat dari penyelenggaraannya yang disesuaikan dengan
kebutuhan belajar, kondisi dan situasi belajar setempat. Penyelenggaraan
pembelajaran tidak harus sepenuhnya disampaikan secara tatap muka secara rutin
di ruang kelas seperti sekolah formal, tetapi lebih dalam bentuk kegiatan
belajar tutorial dan mandiri.
BAB III
PENUTUP
Pendidikan
prasekolah adalah pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan
jasmani dan rohani anak didik di luar dilingkungan keluarga sebelum memasuki
pendidikan dasar, yang diselenggarakan di jalur pendidikan sekolah atau di
jalur pendidikan luar sekolah. Pendidikan prasekolah antara lain meliputi
pendidikan Taman Kanak-kanak, terdapat di jalur sekolah, dan Kelompok Bermain,
serta Penitipan Anak di jalur luar sekolah.
Anak
pra-sekolah adalah mereka yang berusia 3-6 tahun menurut Biechler dan Snowman.
Sedangkan di Indonesia, umumnya mereka mengikuti program Tempat Penitipan Anak
(3 bulan-5 tahun) dan Kelompok Bermain (usia 3 tahun), sedangkan pada usia 4-6
tahun biasanya mengikuti program taman kanak-kanak.
Landasan
Undang-Undang Pendidikan Prasekolah yaitu terdapat pada Pasal 12 Undang-undang
Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional tersebut pada prinsipnya
menetapkan bahwa selain jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah dan
pendidikan tinggi, dapat diselenggarakan pendidikan prasekolah, yang syarat dan
tata cara pendirian, bentuk satuan, lama pendidikan serta penyelenggaraannya
ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Sedangkan Salah satu tujuan dari PAUD integratif tercantum dalam Peraturan Presiden (PERPRES) No. 60 Tahun 2013.
Adapun
bentuk-bentuk kurikulum yang digunakan yaitu kurikulum yang sifatnya
terpisah-pisah, kurikulum yang saling berkaitan, kurikulum yang
terintegrasikan. Sedangkan Prinsip PAUD integratif
antara lain : Bersifat menyeluruh dan berintegrasi, Berkesinambungan dan
konsisten, Tidak ada diskriminasi dalam memberikan pelayanan, Pelayanan yang
tersedia, mudah terjangkau dan dapat diterima oleh masyarakat, Peran dari
masyarakat, Berdasarkan budaya yang bersifat konstruktif, Good Governance
(Pemerintahann yang baik)
Untuk
merancang program pendidikan usia prasekolah PAUD setidaknya kita mendasarkan pada tiga aspek, yakni : Kegiatan-kegiatan pada program pembelajaran,
program bimbingan PAUD dan kegiatan pada bentuk-bentuk PAUD terintegrasi.
.
DAFTAR PUSTAKA
Coughlin, pamela. A, et al. (1997). Creating Child-centered
Classrooms: age year olds. Washington DC: Children Resources International,
Inc.
Dombro, Amy Laura (2001). The creative curriculum. Washington DC:
Teaching Strategies.
Jaudah Muhammad Awwad,
Mendidik Anak Secara Islam, Jakarta: Gema Insani Press, 1995.
Patmonodewo, Soemiarti. Pendidikan Anak Prasekolah. Jakarta :
Rineka Cipta, 2003
Dr. Mansur, M.A., Pendidikan Anak Usia Dini Dalam Islam, Jogjakarta:
Pustaka Pelajar, 2009.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar