Jumat, 09 November 2018

MAKALAH PROGRAM PENGAJARAN MEMBACA, MENULIS PERMULAAN (MMP)


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam, yang telah menciptakan manusia dengan keadaan sempurna, memberikan nikmat terbesar yakni iman dan islam serta kesehatan. Shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, beserta keluarganya, sahabatnya, tabi’in dan seluruh umatnya yang istikomah mengikuti tuntunan dan teladannya sampai akhir zaman.
Atas berkat Allah SWT kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul PROGRAM PENGAJARAN MEMBACA, MENULIS PERMULAAN (MMP)”.
Seperti pepatah yang mengatakan tak ada gading yang tak retak, kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini, masih banyak terdapat kekeliruan,  kami akan sangat berterimakasih dan berbesar hati menerima saran dan kritik yang bersifat membangun, bermanfaat bagi kesempurnaan pembuatan makalah berikutnya.
         
                                                                             Serang,     November 2018


                                                     Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................... 1
DAFTAR ISI......................................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................... 3
A.    Latar Belakang............................................................................................................. 3
B.     Rumusan Masalah........................................................................................................ 4
C.     Tujuan........................................................................................................................... 4
BAB II  PEMBAHASAN.................................................................................................... 5
A.    Pengertian Membaca, Menulis Permulaan.................................................................... 5
B.     Program Pengajaran MMP........................................................................................... 5
C.     Pengertian Konsep Kesiapan MMP............................................................................. 6
D.    Tujuan MMP................................................................................................................ 13
E.     Proses MMP................................................................................................................. 14
BAB III PENUTUP.............................................................................................................. 21
A.    Kesimpulan................................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................... 22
ALAT/BAHAN DAN PEMBUATAN APE MMP............................................................. 23










BAB  I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pembelajaran membaca, menulis permulaan memegang peranan yang strategis dan berperan aktif dalam setiap  proses membaca. Menurut Iskandar Wassid & Dadang (2011,p.3)  pembelajaran membaca, menulis permulaan memiliki peranan penting untuk  membentuk sikap, kebiasaan, dan kemampuan peserta didik menuju perkembangan selanjutnya. Pembelajaran membaca, menulis permulaan juga membantu peserta didik dalam mengembangkan kemampuan berbahasa di lingkungannya.
Pembelajaran membaca, menulis permulaan membantu peserta didik dalam hal berkomunikasi. Melalui bahasa, peserta didik mampu mempelajari nilai-nilai agama atau moral, dan juga nilai-nilai sosial bagi AUD. Melalui bahasa jugalah peserta didik mampu mempelajari berbagai macam cabang ilmu dan juga  menyerap berbagai nilai serta pengetahuan yang dipelajari AUD.
Salah satu aspek pembelajaran di sekolah ialah pengenalan pembelajaran membaca, menulis permulaan.
Pembelajaran membaca merupakan kegiatan utamanya memperkenalkan membaca, menulis permulaan. Proses pembelajaran membaca, menulis permulaan pada awalnya meminta pendidik untuk melihat bagaimana kemampuan dasar  yang dimiliki oleh peserta didik.
Pembelajaran membaca, menulis permulaan pada anak usia dini merupakan pembelajaran pengenalan membaca tahap awal. Kegiatan membaca tahap awal ini disebut membaca permulaan. Tujuan membaca, menulis permulaan pada anak usia dini  agar peserta didik mengenal kalimat sederhana, dan melatih otot tangan untuk memegang pensil, dalam membaca permulaan dipengaruhi oleh keaktifan dan kreativitas pendidik yang mengajar di kelas. Artinya, pendidik memegang peranan penting dan strategis dalam meningkatkan keterampilan  membaca, menulis permulaan AUD. Peranan strategis tersebut menyangkut peran pendidik  sebagai sumber belajar, fasilitator, motivator, serta organisator dalam setiap  proses pembelajaran AUD yang berkesulitan belajar membaca, menulis permulaan harus memperoleh perhatian yang cukup dari pendidik. Hal seperti ini tidak menutup kemungkinan apabila ada AUD yang belum mampu mencapai tujuan yang diharapkan. Hal ini menunjukkan bahwa AUD belum tuntas dalam melaksanakan pembelajaran. Oleh karena itu, peran serta pendidik sangat diharapkan pada tingkat permulaan. Kedudukan dan peran pendidik sangat besar pengaruhnya dan merupakan titik yang strategis dalam kegiatan pendidikan.
Rendahnya membaca, menulis permulaan pada anak usia dini tidak terlepas dari berbagai permasalahan yang dihadapi. Permasalahan tersebut dapat diketahui berdasarkan hasil pengamatan, pengalaman pendidik, pelaksanaan pembelajaran membaca permulaan. Semua ini tidak terlepas dari yang namanya proses belajar mengajar. Adapun proses belajar mengajar ialah inti dari setiap proses yang ada pada sistem sekolah. Oleh karena itu, sekolah dapat dikategorikan baik apabila di dalamnya berlangsung proses belajar mengajar yang baik. Adapun proses belajar mengajar itu sendiri menjadi perhatian paling utama dalam meningkatkaan mutu pendidikan pada anak usia dini  Dengan kata lain, hasil akhir dari upaya meningkatkan mutu pendidikan pada anak usia dini  ialah terciptanya proses belajar mengajar yang baik.

B.     Rumusan Masalah
1.         Apa yang dimaksud dengan Pengertian Membaca, Menulis Permulaan ?
2.         Apa yang dimaksud dengan Program Pengajaran MMP?
3.         Apa yang dimaksud dengan Pengertian Konsep Kesiapan MMP?
4.         Apa yang dimaksud dengan Tujuan MMP?
5.         Dan Apa yang dimaksud dengan Proses MMP?

C.    Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah :
1.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Pengertian Membaca, Menulis Permulaan
2.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Program Pengajaran MMP
3.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Pengertian Konsep Kesiapan MMP
4.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Tujuan MMP
5.      Dan untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Proses MMP





BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Membaca, Menulis Permulaan
Membaca-menulis permulaan merupakan program pembelajaran yang diorientasikan kepada kemampuan membaca dan menulis permulaan  pada saat anak-anak mulai memasuki  dunia pendidikan. Pada tahap awal anak memasuki  lingkungan pendidikan, Membaca dan menulis permulaan merupakan menu utama. Kemampuan membaca permulaan lebih diorientasikan pada kemampuan mengenal, yakni kemampuan melek huruf.  Maksudnya, anak-anak dapat mengubah dan melafalkan lambing-lambang tertulis menjadi bunyi-bunyi bermakna. Pada tahap ini sangat dimungkinkan anak-anak dapat melafalkan lambing-lambang huruf yang dibacanya tanpa diikuti oleh pemahaman terhadap lambing bunyi-bunyi tersebut. Kemudian kemampuan menulis permulaan tidak jauh berbeda dengan kemampuan membaca permulaan. Pada tingkat permulaan, pembelajaran menulis lebih diorientasikan pada kemampuan yang bersifat mekanik. Anak-anak dilatih untuk dapat menuliskan ( mirip dengan kemampuan melukis atau menggambar) lambang-lambang tulis yang jika dirangkaikan dalam sebuah struktur, lambang-lambang itu menjadi bermakna . selanjutnya dengan kemampuan dasar ini, secara perlahanlahan anak-anak digiring pada kemampuan berbicara , dan melatih motorik kasarnya atau melatih otot tangannya, ke dalam bentuk bahasa tulis melalui lambing-lambang tulis yang sudah dikuasainya.

B.     Program Pengajaran MMP
Program pengajaran atau progjar adalah salah satu isi dari paket instruksi, progjar dibuat dengan tujuan agar dalam proses pembelajaran terarah dan sistematis tidak menyimpang dari pokok-pokok materi yang akan disampaikan, sehingga tercapainya tujuan dari sasaran pendidikan khususnya dalam penyampaian materi MMP tersebut.
Pengertian Program Menurut Para Ahli
1. Amikom Yogyakarta
Program adalah kumpulan instruksi komputer, sedangkan metode dan tahapan sistematis dalam program adalah algoritma.
2. Ema Utami
Program adalah bahasa pemrograman
3. Sukrisno
Program adalah kata, ekspresi, atau pernyataan yang disusun dan dirangkai menjadi satu kesatuan prosedur, yang berupa urutan langkah, untuk menyelesaikan masalah yang diimplementasikan dengan menggunakan bahasa pemrograman sehingga dapat dieksesuksi oleh komputer
4. Anwar Harjono
Program adalah urutan instruksi untuk menjalankan suatu komputasi.
5. Saifuddin Anshari
Program adalah daftar terinci mengenai acara dan usaha yang akan dilaksanakan.

C.    Pengertian Konsep Kesiapan MMP
Seorang individu yang telah memiliki pengetahuan dan pengalaman mengenai suatu materi pelajaran akan lebih mudah mengembangkan pengetahuan dan pengalamannya tersebut dibanding seseorang yang belum memilikinya. Jerone Bruner menulis dalam bukunya “The Process Of Education” mengenai pelaksanaan teori belajar dalam proses belajar mengajar, antara lain:
a.Pentingnya peranan struktur dalam belajar; b.Pentingnya pemahaman intuitif dalam belajar; c.Pentingnya belajar menemukan diri; d.Pentingnya relevansi belajar mengajar; e.Pentingnya keaktifan siswa dalam belajar; f.Kesiapan untuk belajar.
Siswa dapat mempelajari dan mencerna pelajaran dengan lebih mudah karena telah memiliki kematangan yang baik untuk menerima pelajaran tersebut. Individu yang sudah matang tersebut berarti telah memiliki kesiapan dalam belajar. Seperti yang dikemukakan oleh Soemanto, seorang baru dapat belajar tentang sesuatu apabila didalam dirinya sudah terdapat “readiness” untuk mempelajari sesuatu itu.  Sesuai dengan kenyataan, bahwa masing-masing individu mempunyai sejarah atau latar belakang perkembangan yang berbeda-beda. Hal ini menyebabkan adanya pola pembentukan readiness yang berbeda-beda pula didalam diri masing-masing individu. Sebelum kita membahas perihal ini, ada baiknya kita mengetahui terlebih dahulu mengenai readiness.
   Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respon atau bereaksi” . Menurut Thorndike “readiness adalah kesiapan untuk bertindak, ready to act” . Sama seperti yang dikatakan oleh Cronbach yang dikutip oleh Soemanto memberikan pengertian readiness sebagai segenap sifat atau kekuatan yang membuat seseorang dapat bereaksi dengan cara tertentu” . Sedangkan Yamin berpendapat bahwa kesiapan adalah suatu hasil latihan, belajar, dan kematangan”
Selain itu, Simpson mendefinisikan “Kesiapan sebagai cakupan penempatan diri dalam keadaan di mana akan terjadi suatu gerakan atau rangkaian gerakan dan kemampuan ini mencakup jasmani dan rohani” . Uno mengemukakan, bahwa kesiapan adalah kapasitas (kemampuan potensial) yang baik bersifat fisik maupun mental untuk melakukan sesuatu”.  Sedangkan M. Alisuf Sabri mengemukakan bahwa “kesiapan atau readiness merupakan suatu fungsi atau potensi untuk digunakan atau untuk dilatih maupun dikembangkan”
Dari berbagai teori yang telah dikemukakan, maka kesiapan dapat diartikan kemampuan atau kesediaan yang dimiliki oleh individu baik jasmani maupun rohani untuk memberi respon atau reaksi dimana kemampuan tersebut dapat dilatih atau dikembangkan.
Thorndike telah mengembangkan hukum-hukum belajar, menyebutkan bahwa terdapat tiga prinsip atau hukum dalam belajar yaitu : law of readiness, law of exercise dan law of effect. Dalam law of readiness atau hukum kesiapan dinyatakan bahwa belajar akan berhasil apabila dilandasi oleh kesiapan untuk belajar.  Dalam kegiatan pembelajaran, seseorang yang sudah siap berarti telah memiliki kematangan dalam belajar akan lebih peka dalam merespon atau memberi penjabaran terhadap suatu materi.
P.K Johri mengatakan  Kesiapan sebagai kecukupan siswa dari kapasitas yang ada terkait dengan beberapa tujuan pengajaran. Kesiapan belajar menurut S. Nasution adalah “Kondisi yang mendahului kegiatan belajar itu sendiri, tanpa kesiapan atau kesediaan ini, proses belajar mengajar tidak akan terjadi”.  Djamarah juga mengemukakan bahwa “Kesiapan untuk belajar merupakan kondisi diri yang telah dipersiapkan untuk melakukan suatu kegiatan”.  Kondisi-kondisi yang dimaksud adalah kondisi fisik dan mental dari siswa yang belajar itu sendiri, sehingga untuk mencapai hasil belajar diperlukan kondisi fisik dan mental yang baik agar terjadi kesiapan belajar dalam proses pembelajaran. Wayan Nurkancana juga mengatakan bahwa kesiapan belajar dapat diartikan sebagai jumlah tingkat perkembangan yang harus dicapai oleh seseorang untuk menerima suatu pelajaran yang baru.” 
Decco and William Crawford (1977) mengatakan:
That the student cannot acquire new peformance learning of which depends on other performance which he has not learned. To quote them “learning builds on learning in the way success build on success”. This They call entering behaviours,’behaviours the student must have acquired before he can acquire particular new terminal behaviour.
Dari kutipan diatas bisa dipahami bahwa: siswa tidak dapat memperoleh cara belajar baru, tergantung dari cara belajar yang tidak dia dipelajari. Mengutip dari mereka, “Belajar membangun belajar seperti kesuksesan membangun kesuksesan”. Ini mereka sebut pendekatan perilaku, “perilaku siswa harus sudah memperoleh perilaku tersebut sebelum mereka memperoleh perilaku tertentu yang baru”.
Sejalan dengan pendapat tersebut, Piaget juga percaya bahwa “Harus ada kesiapan (readiness) dan kematangan (maturity) dari dalam diri seseorang sebelum perubahan itu terjadi (perubahan akibat belajar)”.
Dalam hal ini, kesiapan belajar berarti suatu kondisi yang ada pada diri seseorang dalam hal ini siswa, yang telah dipersiapkan terlebih dahulu untuk mengikuti kegiatan pembelajaran dimana kondisi ini dapat dilatih dan dikembangkan dan nantinya diharapkan siswa dapat memberi respon dan bereaksi. Dengan kata lain, ketika seseorang telah memiliki kesiapan belajar dalam dirinya maka siswa tersebut sudah siap untuk merespon dan memberikan reaksi ketika kegiatan belajar berlangsung. Seperti yang diungkapkan oleh Reber menegaskan salah satu asumsinya tentang kesiapan belajar adalah “Siswa yang lebih sering mempraktikkan materi pelajaran akan lebih mudah memanggil kembali memori lama yang berhubungan dengan materi yang sedang ia tekuni”.
Selain itu Dalyono juga berpendapat mengenai kesiapan belajar, yaitu:
Setiap orang yang hendak melakukan kegiatan belajar harus memiliki kesiapan yakni dengan kemampuan yang cukup baik fisik, mental, maupun perlengkapan belajar. Kesiapan fisik berarti memiliki tenaga cukup  kesehatan yang baik, sementara kesiapan mental miliki minat dan motivasi yang cukup untuk kegiatan belajar.
Slameto juga menambahkan pengertian dari kesiapan belajar adalah:
Keseluruhan kondisi seseorang yang membuatnya siap untuk memberi respon atau jawaban didalam cara tertentu terhadap suatu situasi. Kondisi individu yang dimaksud adalah kondisi fisik dan psikologinya, sehingga untuk mencapai tingkat kesiapan yang maksimal diperlukan kondisi fisik dan psikologinya yang saling menunjang kesiapan individu tersebut dalam proses pembelajaran.
Sejalan dengan pendapat tersebut diatas, Suyadi mengemukakan mengenai prinsip kesiapan dalam konteks pembelajaran, dapat dimaknai bahwa agar peserta didik dapat menerima informasi atau materi pelajaran, terlebih dahulu mereka harus siap, baik secara fisik maupun psikis guna menerima pelajaran. Jangan memulai pelajaran jika peserta didik belum siap menerimanya.”
Jadi dari beberapa pernyataan tersebut dapat dipahami bahwa, kesiapan untuk belajar merupakan suatu kondisi yang telah dipersiapkan dalam proses belajar.  Kegiatan belajar akan berlangsung dengan baik apabila kondisi-kondisi yang diperlukan dalam belajar telah siap. Maka belajar tanpa kesiapan fisik, mental maupun perlengkapan belajar akan mengalami kesulitan.
Misalnya, seseorang yang akan mengikuti belajar dikelas harus memiliki kesehatan yang baik, memiliki motivasi untuk belajar, serta sarana belajar seperti perlengkapan belajar. contohnya, seorang anak yang mau belajar ekonomi, meskipun sudah memilki kesiapan fisik yang sehat untuk belajar tetapi tidak memiliki dorongan belajar, maka anak itu tidak dapat dikatakan memiliki kesiapan yang cukup untuk belajar ekonomi.
Syaiful Djamarah mengungkapkan mengenai kesiapan belajar, yaitu :
Kesiapan belajar jangan hanya diterjemahkan siap dalam arti fisik. Tetapi, artikanlah dalam arti psikis (kejiwaan) dan materil. Kesiapan fisik misalnya tubuh tidak sakit (jauh dari gangguan lesu, mengantuk dan sebagainya). Kesiapan psikis, misalnya ada hasrat untuk belajar, dapat berkonsentrasi, atau memiliki motivasi yang menggelora. Kesiapan materill misalnya, ada bahan yang dipelajari atau dikerjakan berupa buku bacaan, catatan pelajaran, membuat resume dan sebagainya.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat dipahami kesiapan untuk belajar merupakan kondisi diri yang telah dipersiapkan untuk melakukan suatu kegiatan belajar. misalnya, jika besok akan ada pelajaran ekonomi maka siswa harus membawa buku pelajaran ekonomi, maupun alat perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang kegiatan belajar ekonomi. Selain itu, siswa juga belajar terlebih dahulu dan tidak tidur terlalu malam agar keesokan harinya siswa siap untuk belajar ekonomi. Hasilnya, siswa akan mendapatkan hasil yang baik, karena siswa telah mempersiapkan diri untuk belajar dan menghasilkan belajar yang optimal.
Berikut ini merupakan pernyataan yang diberikan Mary Tudor dan Robert mengatakan kesiapan dalam belajar yakni:
kesiapan merupakan suatu keadaan memiliki kecakapan dan pengetahuan yang diperlukan dalam setiap aktivitas. Siswa belajar keterampilan yang seharusnya, untuk mempersiapkan diri mereka kepada instruksi formal selanjutnya, seperti untuk mengikuti bimbingan, mengerjakan tugas, bekerja sama dengan yang lainnya, dan menunjukan sikap yang baik.
Slameto juga mengemukakan tentang kesiapan yang berasal dari persiapan diri sendiri, yaitu:
Kesiapan adalah keseluruhan kondisi seseorang yang membuatnya siap untuk memberi respon atau jawaban didalam cara tertentu terhadap suatu situasi. Penyesuaian kondisi pada suatu saat akan berpengaruh pada atau kecenderungan untuk memberi respons. Kondisi mencakup setidak- tidaknya tiga aspek, yaitu: kondisi fisik, mental dan emosional; kebutuhan, motif dan tujuan;keterampilan, pengetahuan dan pengertian yang lain yang telah dipelajari.
Selanjutnya Cronbach mengemukakan adanya unsur utama dalam proses belajar, yakni salah satunya kesiapan. Cronbach mengatakan bahwa:
Untuk dapat melakukan perbuatan belajar dengan baik anak atau individu harus memiliki kesiapan, baik kesiapan fisik dan psikis, kesiapan yang berupa kematangan untuk melakukan sesuatu, maupun penguasaan pengetahuan dan kecakapan-kecakapan yang mendasarinya.
Sejalan dengan pendapat tersebut, P.K Johri mengemukakan pendapat bahwa :
kesiapan merupakan faktor dari belajar: Seseorang telah siap belajar mengenai sesuatu ketika sudah mencapai kematangan fisiologis yang cukup dan latar belakang pengalaman. Misalnya itu secara fisiologis mustahil bagi seorang anak dari 3-4 bulan untuk belajar berjalan atau belajar untuk berbicara kata-kata atau untuk belajar membaca. Siswa non-ilmu pengetahuan tidak dapat dibuat untuk mempelajari teori relativitas Einstein. Pembelajaran dan pemahaman tentang tugas-tugas ini memerlukan latar belakang pengalaman yang cocok anak sepuluh tidak diharapkan memiliki. pengecualian mungkin ada, tetapi pada tingkat tertentu rata-rata pematangan fisiologis dan latar belakang pengalaman pada dasarnya diperlukan untuk belajar tugas yang sesuai.
Sama dengan pendapat yang telah dikemukakan diatas,
Kesiapan merupakan suatu keadaan emosional, intelektual dan sosial. Dalam keadaan ini, anak merasa siap dan sanggup untuk menerima tugas pelajaran baru. Kesiapannya menyatakan bahwa ia sudah “matang”, sudah menguasai apa yang diperlukan untuk menerima tugas pelajaran (pengalaman) baru. Dengan kata lain, ia sudah siap, karena sudah menguasai tingkat pelajaran yang diperlukan untuk menerima tingkat berikutnya. Kesiapan ini adalah syarat penting untuk kelancaran jalannya proses belajar.
Selanjutnya, James M. Sawrey dan Charles W Telford mengemukakan tentang kesiapan belajar, yakni:
kesiapan belajar termasuk sejumlah karakteristik seseorang yang termasuk dari hambatan dan yang memfasilitasi belajar. Komponen pertama dari kesiapan adalah bagaimana kondisi fisik. Pembelajaran  ini mengindikasikan faktor pematangan dalam menentukan kepercayaan diri dalam menyelesaikan latihan. Komponen kedua yang termasuk kesiapan belajar berasal dari pengalamannya. Pengalaman seseorang menyiapkan pribadinya serta memudahkan dalam belajar. Komponen ketiga dalam kesiapan belajar adalah motivasi.
Jadi selain siswa harus siap dari fisik pribadi masing-masing, siswa juga harus memiliki kesiapan secara mental /psikologi yang cukup supaya dapat mengerjakan sesuatu dengan maksimal. Seperti halnya, seorang anak yang memiliki badan yang sehat dan kondisi mental yang baik maka disaat proses pembelajaran akan terlihat segar dan merasa tenang untuk mengikuti proses belajar. Namun jika anak merasa badannya kurang sehat dan gelisah untuk mengikuti pelajaran yang diberikan oleh gurunya, maka akan terlihat lebih tegang dan tidak dapat berkonsentasi sehingga situasi ini dapat dikatakan siswa belum siap dalam menerima pelajaran. Kondisi mental yang baik dimana siswa tidak merasa tertekan akan menimbulkan pelajaran yang diberikan oleh gurunya dapat diterima dengan baik pula.
Dari beberapa pendapat yang telah dikemukakan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kesiapan belajar tidak hanya berasal dari dari kondisi fisik dan mental. Namun juga berasal dari kesiapan materill berupa perlengkapan belajar dan dari pengalamannya yaitu pengetahuan yang mendasarinya dan kecakapan dalam mengerjakan tugas atau latihan. Dengan memilki pengalaman siswa akan memahami bagaimana cara menyiapkan dirinya pada proses belajar mengajar.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kesiapan belajar siswa, seperti yang dikemukakan oleh Darsono faktor kesiapan meliputi:
a. Kondisi fisik yang tidak kondusif. Misalnya sakit, pasti akan mempengaruhi faktor-faktor lain yang dibutuhkan untuk belajar
b. Kondisi psikologis yang kurang baik. Misalnya gelisah, tertekan, merupakan kondisi awal yang tidak menguntungkan bagi kelancaran belajar.
Sedangkan menurut Djamarah faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan meliputi:
a. Kesiapan fisik misalnya tubuh tidak sakit (jauh dari gangguan lesu, ngantuk, dan sebagainya)
b. Kesiapan psikis misalnya ada hasrat untuk belajar, dapat berkonsentrasi, dan ada motivasi intrinsik
c. Kesiapan materiil misalnya ada bahan yang dipelajari atau dikerjakan berupa buku bacaan, catatan dan lain-lain”
Dalyono yang menyatakan kesiapan belajar melibatkan beberapa faktor yaitu:
a. perlengkapan dan pertumbuhan fisiologis, ini menyangkut pertumbuhan dan kelengkapan pribadi seperti tunuh pada umumnya, alat-alat indera, dan kapasitas intelektual;
 b. Motivasi, yang menyangkut kebutuhan, minat serta tujuan-tujuan individu untuk mempertahankan serta mengembangkan diri. Motivasi berhubungan dengan sistem kebutuhan dalam diri manusia serta tekanan-tekanan lingkungan”
Dengan demikian readiness seseorang itu senantiasa mengalami perubahan setiap hari sebagai akibat dari pertumbuhan dan perkembangan fisiologis, motivasi / tujuan individu serta adanya desakan –desakan dari lingkungan seseorang.
Dalam referensi lain selaras dengan teori diatas, Wina Sanjaya menjelaskan mengenai hukum kesiapan (law of readiness) yang merupakan teori Thorndike, yaitu:
Menurut hukum ini, hubungan antara stimulus dan respon akan mudah terbentuk manakala ada kesiapan dalam diri individu. Secara lengkap bunyi hukum ini adalah: pertama, jika pada seseorang ada kesiapan untuk merespon atau bertindak, maka tindakan atau respons yang dilakukan akan memberikan kepuasan, dan mengakibatkan orang tersebut untuk tidak melakukan tindakan-tindakan lain. Kedua, jika seseorang memiliki kesiapan untuk merespons, kemudian tidak dilakukannya, maka mengakibatkan ketidakpuasan, dan akibatnya orang tersebut akan melakukan tindakan-tindakan lain. Ketiga, jika seseorang tidak memiliki kesiapan untuk merespons, maka respons yang diberikan akan mengakibatkan ketidakpuasan. Implikasi praktis dari hukum ini adalah, keberhasilan belajar seseorang sangat tergantung dari ada atau tidak adanya kesiapan.
Jadi hukum kesiapan ini menyatakan bahwa siswa atau seorang anak akan mengalami kemudahan dan kepuasan atau keberhasilan  dalam proses belajar apabila dia sudah dalam kondisi siap untuk menerima respon atau rangsangan sehubungan dengan proses tersebut. Contohnya, jika murid sudah siap belajar maka siswa akan berhasil menjawab apabila ada pertanyaan maupun mengerjakan studi kasus dalam pelajaran tersebut sehingga hasil belajar yang diperoleh akan maksimal.
Woren dan Stiwell melihat kesiapan belajar sebagai berikut:
bahwa kesiapan belajar dilihat dari penguasaan pengetahuan yang telah dipelajari atau pengetahuan dasar sebagai pra syarat terhadap keberhasilan belajar. Misalnya, jika siswa mampu menguasai tentang ekonomi mikro maka tahap berikutnya guru akan memberikan materi lanjutan mengenai ekonomi makro bagi siswa yang telah siap tersebut.
Sedangkan Uno mengemukakan bahwa “ Apabila siswa siap untuk melakukan proses belajar, hasil dapat diperoleh dengan baik. Sebaliknya apabila tidak siap, tidak akan diperoleh hasil yang baik”
Selain itu, James Drever dalam Slameto juga mengatakan tentang kesiapan belajar adalah sebagai berikut:
Kesediaan yang timbul dari dalam diri seseorang dan juga berhubungan dengan kematangan, karena kematangan berarti kesiapan untuk melaksanakan kecakapan. Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena jika siswa belajar dan padanya sudah ada kesiapan maka hasil belajarnya akan lebih baik. 
Senada dengan pendapat diatas, Robert dan John mengungkapkan bahwa pelajar harus memiliki kesiapan sehingga akan berhasil, baik dari motivasi serta keyakinan diri dari pelajar itu sendiri.

D.    TUJUAN MMP
Kurikulum 2004 atau Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) merupakan kurikulum terkini yang digunakan di sekolah-sekolah sebagai pengganti atas kurikulum sebelumnya, yakni Kurikulum1994. Penyempurnaan kurikulum ini mengacu pada Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah terkait yang mengamanatkan adanya standar nasional pendidikan. Standar-standar dimaksud berkenaan dengan standar isi, proses, dan kompetensi lulusan serta penetapan kerangka dasar dan standar kurikulum oleh pemerintah Seperti dijelaskan oleh Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Dr. Tr. Indra Jati Sidi dalam kata pengantar untuk Kurikulum 2004 Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia bahwa upaya penyempurnaan kurikulum dimaksudkan untuk mewujudkan peningkatan mutu dan relevansi pendidikan yang harus dilakukan secara menyeluruh mencakup pengembangan dimensi manusia Indonesia seutuhnya. Dimensi-dimensi dimaksud meliputi aspek-aspek moral, akhlak, budi pekerti, pengetahuan, keterampilan, kesehatan, seni, dan budaya. Pengembangan aspek-aspek tersebut bermuara pada peningkatan dan pengembangan kecakapan hidup yang diwujudkan melalui pencapaian kompetensi peserta didik untuk bertahan hidup serta menyesuaiakan diri, dan berhasil dalam kehidupan. Kurikulum tersebut dikembangkan secara lebih lanjut sesuai dengan kebutuhan dan keadaan masing-masing daerah dan sekolah setempat.
Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia hendaknya memadai dan efektif sebagai alat berkomunikasi, berinteraksi sosial, media pengembangan ilmu, dan alat pemersatu bangsa. Daerah atau sekolah-sekolah diberi kesempatan untuk menjabarkan standar kompetensi itu sesuai dengan kebutuhan dan keadaan masing-masing secara kontekstual. Standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia, khususnya aspek membaca, untuk SD dan MI adalah sebagai berikut: “membaca huruf, suku kata, kata, kalimat, paraagraf, berbagai teks bacaan, denah, petunjuk, tata tertib, pengumuman, kamus, ensiklopedia, serta mengapresiasi dan berekspresi sastra melalui kegiatan membaca hasil sastra berupa dongeng, cerita anak-anak, cerita rakyat, cerita binatang, puisi anak, syair lagu, pantun, dan drama anak. Kompetensi membaca juga diarahkan menumbuhkan budaya baca.      
Standar kompetensi aspek membaca di kelas 1 sekolah dasar ialah siswa mampu membaca dan memahami teks pendek dengan cara membaca lancar (bersuara) dan membaca nyaring beberapa kalimat sederhana.
Standar kompetensi ini diturunkan ke dalam empat buah kompetensi dasar, yakni:
1.         membiasakan sikap membaca yang benar
2.         membaca nyaring
3.          membaca bersuara (lancar)
4.          membacakan penggalan cerita.

E.     PROSES MMP
Pada bagian ini, kita akan berlatih bagaimana melaksanakan pembelajaran MMP dalam kegiatan belajar mengajar di dalam kelas dengan mengambil salah satu metode tertentu. Tentu saja, model ini bukanlah satu-satunya acuan yang terbaik, sebab mengajar itu adalah seni. Masing-masing orang mempunyai gaya dan seni tersendiri di dalam mengajar. Yang perlu Anda pahami di sini, bukanlah persoalan teknik dan strategi mengajar, melainkan konsep-konsep pokok langkah-langkah pembelajaran MMP yang berlandaskan pada penggunaan metode MMP tertentu.
Mengenai pemilihan metode pembelajaran MMP apa yang paling tepat digunakan oleh guru bagi pembelajar pemula tidaklah begitu penting. Guru dapat memilih metode MMP yang paling tepat dan paling cocok sesuai dengan situasi dan kondisi siswanya.
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar MMP ini terbagi ke dalam dua tahapan, yakni :
1.      Pembelaran tanpa buku,
2.      Pembelajaran dengan menggunakan buku.
1.      Langkah-langkah Pembelajaran MMP Tanpa Buku
Pembelajaran membaca permulaan tanpa buku berlangsung pada awal-awal anak bersekolah pada minggu-minggu pertama mereka duduk di bangku sekolah. Hal ini dapat berlangsung kira-kira 8-10 minggu. Jika memungkinkan tenggang waktu tersebut dapat dipersingkat lagi, sesuai dengan situasi dan kondisi setempat.
Berikut ini akan disajikan salah satu model alternatif pembelajaran membaca permulaan tanpa buku. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut. Sebelum KBM dilakukan sebaiknya guru mengawalinya dengan berbagai kegiatan pra-KBM yang dapat merangsang dan menggali pengalaman berbahasa anak. Percakapan-percakapan ringan antara guru dan siswa sebelum KBM dimulai merupakan langkah awal yang bagus untuk membuka pintu komunikasi. Sapaan-sapaan hangat dan berbagai pertanyaan ringan kepada mereka akan membuat siswa termotivasi untuk betah dan mau belajar di sekolah. Pilihan variasi-variasi kegiatan belajar mengajar berikut.
a.       Menunjukkan gambar
Variasi ini dilakukan dengan cara guru memperlihatkan sebuah gambar yang melukiskan sebuah keluarga yang terdiri atas ayah, ibu, dan dua anak (laki-laki dan perempuan). Hal ini dimaksudkan utnuk menarik minat dan perhatian anak.
b.      Menceritakan gambar
Guru menceritakan gambar tersebut dengan memberi nama terhadap peran-peran yang terdapat di dalam gambar. Penamaan tokoh-tokoh hendaknya menggunakan huruf-huruf yang pertama-tama hendak diperkenalkan kepada anak. GBPP dan Buku Paket dapat dijadikan acuan untuk penamaan tokoh-tokoh tersebut. Misalnya, Anda dapat menyebutkan: “mama” untuk gambar ibu, “mimi” untuk gambar anak perempuan, dan“nana” untuk gambar anak laki-laki, “bapak” untuk gambar ayah. Tema cerita dapat disesuaikan dengana tema-tema yang terdapat dalam GBPP/Kurikulum atau tema-tema yang diperkirakan menarik perhatian anak dan akrab dengan kehidupan anak.
c.       Siswa bercerita dengan bahasa sendiri
Selanjutnya, satu dua orang siswa diminta menceritakan kembali gambar tersebut dengan bahasanya sendiri.
d.      Memperkenalkan bentuk-bentuk huruf (tulisan) melalui bantuan gambar
Pada fasse ini, guru mulai melepaskan gambar-gambar tadi secara terpisah dan menempelinya dengan tulisan sebagai keterangan atas gambar tadi. Sebagai contoh: dibawah gambar ibu tertera tulisan yang berbunyi, “ini mama” atau “ini ibu”(bergantung kepada pemilihan metode MMP yang Anda gunakan: Metode SAS, Metode Kata, Metode Eja, dan seterusnya).
e.       Membaca tulisan bergambar
Pada fase ini, guru mulai melakukan proses pembelajaran membaca sesuai dengan metode yang dipilihnya. Jika menggunakan Metode Eja atau Metode Bunyi pengenalan lambang tulisan akan diawali dengan pengenalan huruf-huruf melalui proses drill (teknik tubian) atau proses hafalan. Jika menggunakan Metode Global atau Metode 26
f.       Membaca tulisan tanpa gambar
Setelah proses ini dilalui, langkah selanjutnya guru secara perlahan-lahan dapat menyingkirkan gambar-gambar tadi dan siswa diupayakan untuk melihat bentuk tuliannya saja. Kegiatan ini dapat disertai dengan penyalinan bentuk tulisan di papan tulisan dan guru menyajikan wacana sederhana yang dapat memberikan keutuhan makna atau keutuhan informasi kepada anak. Misalnya, guru dapat menyajikan wacana seperti berikut. ini mama ini mimi ini nana ini mama mimi ini mama nana
g.      Memperkenalkan huruf, suku kata, kata, atau kalimat dengan bantuan kartu
1)        Memperkenalkan unsur kalimat/kata
Ini
Mama
....
Mama
Ini
....
2)        Memperkenalkan unsur kata/suku kata
Bola
Dona
bo
la
do
na
....
3)        Memperkenalkan unsur suku kata/huruf
Ku
da
k
u
d
a
4)        Memperkenalkan unsur suku kata/huruf
ani, mina, main, amin, iman
         Demikianlah model-model alternatif pengajaran membaca permulaan tanpa buku. Anda dapat mengembangkan model lain yang lebih kratif dan menarik serta cocok dengan situasi dan kondisi murid-murid anda.
         Pengajaran menulis permulaan tanpa buku dapat dilakukan melalui pelatihan mekanik untuk melemaskan  otot-otot tangan, misalnya berlatih membuat telur atau lingkaran di udara,membuat pagar di udara, menirukan gambar huruf di udara dan sejenisnya.
2.      Langkah-langkah Pembelajaran MMP Dengan Menggunakan Buku
           Setelah siswa mengenal huruf melalui kegiatan membaca tanpa buku, selanjutnya anak dihadapkan pada tulisan dalam buku. Pembelajaran dapat dilakukan melalui kegiatan membaca buku pelajaran, membaca bacaan sederhana yang dipilih guru (gunakan gambar dan kartu kata), dan membaca bacaan yang disusun siswa secara individual maupun kelompok. Pembelajaran dapat dilakukan secara integratif.
            Ada beberapa cara alternatif langkah pembelajaran MMP dengan menggunakan buku. Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari kegiatan awal, yakni pembelajaran MMP tanpa buku. Dengan demikian, diasumsikan siswa tidak berangkat dari kondisi nol.
a.       Membaca buku pelajaran (buku paket)
Langkah-langkah pembelajaran adalah sebagai berikut.
1)      Siswa diberi buku yang sama dan diberi kesempatan untuk melihat-lihat isi buku tersebut.
2)       Siswa diberi penjelasan singkat mengenai buku tersebut.
3)       Siswa diberi penjelasan dan petunjuk tentang bagaimana cara membuka halaman buku agar buku tetap rapi dan tidak rusak.
4)      Siswa diberi penjelasan mengenai fungsi dan kegunaan angka-angka yang menunjukkan halaman-halaman buku
5)      Siswa diajak untuk memusatkan perhatian pada salah satu teks atau bacaan yang terdapat pada halaman tertentu.
6)      Jika bacaan disertai gambar, sebaiknya guru memberikan ulasan tentang gambar tersebut.
7)      Selanjutnya, barulah pelajaran membaca dimulai. Guru dapat mengawali pembelajaran ini dengan cara yang berbeda-beda.
Pembelajaran membaca menggunakan buku hampir sama halnya dengan pembelajaran membaca tanpa buku. Perbedaannya terletak pada alat ajarnya.hal lain yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran MMP adalah penerapan prinsip dan hakikat pembelajaran bahasa. Prinsip pengajaran bahasa yang dimaksud adalah bahwa pembelajaran bahasa fungsi utamanya sebagai alat komunikasi. Oleh sebab itu, model pembelajaran bahasa harus didasarkan pada pendekatan komunikatif-integratif.
b.      Membaca buku dan majalah anak yang sudah terpilih
Pengenalan terhadap jenis bacaan lain selain buku ajar sangat penting dalam menumbuhkan minat anak. Kita dapat menggunakan buku bacaan atau majalah yang sudah dipilih berdasarkan pertimbangan taraf kemampuan siswa, azas kebermaknaan, kemenarikan, keterbacaan, dan kemudahan. Bacaan sederhana hendaknya menjadi pilihan utama. Kosakata yang dipakai hendaknya mengandung huruf yang sudah dikenal anak.
c.       Membaca bacaan susunan bersama guru-siswa
Langkah-langkah yang ditempuh adalah berikut.
1)  Guru memperlihatkan beberapa gambar, anak diminta untuk menyebutkan gambar tersebut.
2)  Guru juga memperlihatkan beberapa kartu yang sudah dibuat oleh guru berupa kartu huruf, kartu suku kata, atau kartu kata. Anak dimnta menempelkan kartu-kartu yang dimaksud  di bawah gambar sehingga gambar-gambar dimaksud menjadi berjudul.
3)  Satu-dua buah gambar dipilih anak untuk bahan stimulasi pemuat bacaan. Guru bertugas memberi arahan dan bimbingan, misalnya tanya jawab, diharapkan guru dan siswa dapat menyusun bacaan bersama. Pada kegiatan ini, usahakan mengajak siswa untuk membuat kalimat-kalimat, kemudian kalimat ini disusun menjadi bacaan sederhana.
Contoh:
-   Guru memperlihatkan beberapa gambar pada siswa
-  Kemudian guru menyediakan beberapa kartu, bisa menggunakan kartu huruf, kartu suku kata, maupun kartu kata.
-   Guru mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan gambar.
- Lalu gambar tersebut diberi judul dengan kartu tersebut dan kemudian merangkai semua kalimat yang terbentuk.
4)  Guru menyajikan gambar dengan bacaan hasil susunan bersama antara guru-siswa sebagai bahan ajar membaca permulaan.
d.      Membaca bacaan susunan siswa(kelompok perseorangan)
Pada pembelajaran ini langkah-langkah yang ditempuh pada dasarnya hampir sama dengan kegiatan membaca susunan bersama guru-siswa. Pada kegiatan ini lebih banyak melibatkan siswa. Guru berkeliling untuk mengontrol dan membimbing siswa atau kelompok siswa yang mengalami kesulitan.
3.      Langkah-langkah pembelajaran menulis permulaan
Langkah-langkah kegiatan menulis permulaan terbagi menjadi dua kelompok, yakni:
a.       Pengenalan huruf
Kegiatan ini dilakukan bersamaan dengan kegiatan pembelajaran membaca permulaan. Pembelajaran ini lebih ditekankan pada pengenalan bentuk tulisan serta pelafalan yang benar. Pengenalan ini berfungsi untuk melatih indra siswa dalam mengenal dan membedakan bentuk dan lambang tulisan.
Contoh : Seorang guru hendak memperkenalkan huruf b, a, u, dan i. Langkah- langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut.
1)        Guru menunjukkan gamabar dua orang anak laki-laki. Gambar pertama seorang anak memakai topi bernama Badu dan gambar kedua seorang anak tidak memakai topi bernama Budi.
2)        Guru memperkenalkan nama kedua anak tersebut sambil menunjuk nama masing-masing anak yang tertera di bawah gambar.
3)        Melalui proses tanya jawab secara berulang-ulang anak diminta menunjukkan mana Budi dan mana Badu sambil menunjukkan bentuk tulisan.
4)        Selanjutnya, guru memindahkan dan menuliskan kedua bentuk tulisan tersebut di papan tulis dan anak-anak diminta memperhatikan.
5)        Setiap tulisan tersebut kemudian dianalisis dan disintesiskan kembali.
6)        Demikian seterusnya kegiatan ini dilakukan bersamaan dengan pembelajaran membaca permulaan.
b.      Latihan
Ada beberapa bentuk latihan menulis permulaan yang dapat kita lakukan, seperti berikut ini.
1)      Latihan memegang pensil dan duduk dengan sikap dan posisi yang benar. Tangan kanan berfungsi untuk menulis sedangakan tangan kiri berfungsi untuk menekan bukuagar tidak bergesar. Selain itu kita juga mengajarkan posisi duduk yang benar.
2)      Latihan gerakan tangan mula-mula melatih gerakan tangan di udara dengan telunjuk sendiri atau bantuan alat seperti pensil, kemudian dilanjutakn dengan menulis di buku.
3)      Latihan mengeblat latihan ini dilakukan dengan cara menirukan atau menebalkan suatu tulisan dengan menindas tulisan yang telah ada. Latihan ini dapat menggunakan kertas karbon, kertas tipis. Guru hendaknya mencontohkan terlebih dahulu di papan tulis.
4)      Latihan menghubungkan titik-titik yang membentuk tulisan
5)      Latihan menatap bentuk tulisan, latihan ini dimaksudkan untuk melatih koordinasi antara mata, ingatan, dan jari ketika menulis sehingga anak dapat mengingat bentuk kata atau bentuk huruf dalam benaknya dan memindahkan ke jari tangannya.
6)      Latihan menyalin, latihan ini hendaknya diberikan setelah siswa benar-benar mengenal huruf dengan baik. Menyalin tulisan memiliki bermacam variasi diantaranya menyalin tulisan apa adanya, menyalin huruf cetak ke huruf tegak bersambung atau sebaliknya.
7)      Latihan menulis halus indah, latihan ini dapat dilakukan dengan menggunakan buku bergaris atau buku kotak. Petunjuk berharga apabila Anda tidak memiliki fasilitas seperti ini.
-          Untuk tulisan cetak, bagilah setiap baris pada halaman buku menjadi dua.
-          Untuk tulisan tegak bersambung bagilah setiap baris pada halaman buku menjadi tiga bagian.


BAB  III
PENUTUPAN

Kesimpulan

Membaca-menulis permulaan merupakan program pembelajaran yang diorientasikan kepada kemampuan membaca dan menulis permulaan  pada saat anak-anak mulai memasuki  dunia pendidikan. Pada tahap awal anak memasuki  lingkungan pendidikan, Membaca dan menulis permulaan merupakan menu utama. Kemampuan membaca permulaan lebih diorientasikan pada kemampuan mengenal, yakni kemampuan melek huruf.  Maksudnya, anak-anak dapat mengubah dan melafalkan lambing-lambang tertulis menjadi bunyi-bunyi bermakna. Pada tahap ini sangat dimungkinkan anak-anak dapat melafalkan lambing-lambang huruf yang dibacanya tanpa diikuti oleh pemahaman terhadap lambing bunyi-bunyi tersebut.
Mengenai pemilihan metode pembelajaran MMP apa yang paling tepat digunakan oleh guru bagi pembelajar pemula tidaklah begitu penting. Guru dapat memilih metode MMP yang paling tepat dan paling cocok sesuai dengan situasi dan kondisi siswanya.
Program pengajaran adalah salah satu isi dari paket instruksi, progjar dibuat dengan tujuan agar dalam proses pembelajaran terarah dan sistematis tidak menyimpang dari pokok-pokok materi yang akan disampaikan, sehingga tercapainya tujuan dari sasaran pendidikan khususnya dalam penyampaian materi MMP tersebut









DAFTAR PUSTAKA

Sumber Internet:
....http://nazama.blogspot.co.id/2014/05/mmp-membaca-dan-menulis-permulaan.html
....http://srihendrawati.blogspot.co.id/2010/05/metode-metode-membaca-menulis-permulaan.html
....file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND.../Modul_MMP.pdf

Tidak ada komentar:

TAKSONOMI BERPIKIR

KATA PENGANTAR Alhamdulillah segala puji bagi Allah Pencipta dan Pemelihara Alam Semesta yang telah menerangi hambanya yang takwa de...