KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam, yang telah menciptakan
manusia dengan keadaan sempurna, memberikan nikmat terbesar yakni iman dan
islam serta kesehatan. Shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW, beserta keluarganya, sahabatnya, tabi’in dan
seluruh umatnya yang istikomah mengikuti tuntunan dan teladannya sampai akhir
zaman.
Atas berkat Allah SWT kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “PROGRAM
PENGAJARAN MEMBACA, MENULIS PERMULAAN (MMP)”.
Seperti pepatah yang mengatakan tak ada gading yang tak retak, kami
menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini, masih banyak terdapat
kekeliruan, kami akan sangat
berterimakasih dan berbesar hati menerima saran dan kritik yang bersifat
membangun, bermanfaat bagi kesempurnaan pembuatan makalah berikutnya.
Serang, November 2018
Penyusun
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................
1
DAFTAR ISI.........................................................................................................................
2
BAB I
PENDAHULUAN....................................................................................................
3
A.
Latar Belakang.............................................................................................................
3
B.
Rumusan Masalah........................................................................................................
4
C.
Tujuan...........................................................................................................................
4
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................
5
A.
Pengertian
Membaca, Menulis Permulaan....................................................................
5
B.
Program
Pengajaran MMP...........................................................................................
5
C.
Pengertian
Konsep Kesiapan MMP.............................................................................
6
D.
Tujuan MMP................................................................................................................
13
E.
Proses MMP.................................................................................................................
14
BAB III PENUTUP.............................................................................................................. 21
A. Kesimpulan...................................................................................................................
21
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................
22
ALAT/BAHAN DAN
PEMBUATAN APE MMP............................................................. 23
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran membaca, menulis permulaan memegang peranan
yang strategis dan berperan aktif dalam setiap
proses membaca. Menurut Iskandar Wassid & Dadang (2011,p.3) pembelajaran membaca, menulis permulaan
memiliki peranan penting untuk membentuk
sikap, kebiasaan, dan kemampuan peserta didik menuju perkembangan selanjutnya.
Pembelajaran membaca, menulis permulaan juga membantu peserta didik dalam
mengembangkan kemampuan berbahasa di lingkungannya.
Pembelajaran
membaca, menulis permulaan membantu peserta didik dalam hal berkomunikasi.
Melalui bahasa, peserta didik mampu mempelajari nilai-nilai agama atau moral,
dan juga nilai-nilai sosial bagi AUD. Melalui bahasa jugalah peserta didik mampu
mempelajari berbagai macam cabang ilmu dan juga
menyerap berbagai nilai serta pengetahuan yang dipelajari AUD.
Salah satu aspek pembelajaran di sekolah ialah pengenalan
pembelajaran membaca, menulis permulaan.
Pembelajaran
membaca merupakan kegiatan utamanya memperkenalkan membaca, menulis permulaan.
Proses pembelajaran membaca, menulis permulaan pada awalnya meminta pendidik
untuk melihat bagaimana kemampuan dasar
yang dimiliki oleh peserta didik.
Pembelajaran membaca, menulis permulaan pada anak usia dini
merupakan pembelajaran pengenalan membaca tahap awal. Kegiatan membaca tahap
awal ini disebut membaca permulaan. Tujuan membaca, menulis permulaan pada anak
usia dini agar peserta didik mengenal kalimat
sederhana, dan melatih otot tangan untuk memegang pensil, dalam membaca
permulaan dipengaruhi oleh keaktifan dan kreativitas pendidik yang mengajar di
kelas. Artinya, pendidik memegang peranan penting dan strategis dalam
meningkatkan keterampilan membaca,
menulis permulaan AUD. Peranan strategis tersebut menyangkut peran
pendidik sebagai sumber belajar,
fasilitator, motivator, serta organisator dalam setiap proses pembelajaran AUD yang berkesulitan
belajar membaca, menulis permulaan harus memperoleh perhatian yang cukup dari
pendidik. Hal seperti ini tidak menutup kemungkinan apabila ada AUD yang belum
mampu mencapai tujuan yang diharapkan. Hal ini menunjukkan bahwa AUD belum
tuntas dalam melaksanakan pembelajaran. Oleh karena itu, peran serta pendidik
sangat diharapkan pada tingkat permulaan. Kedudukan dan peran pendidik sangat
besar pengaruhnya dan merupakan titik yang strategis dalam kegiatan pendidikan.
Rendahnya membaca, menulis permulaan pada anak usia dini
tidak terlepas dari berbagai permasalahan yang dihadapi. Permasalahan tersebut
dapat diketahui berdasarkan hasil pengamatan, pengalaman pendidik, pelaksanaan
pembelajaran membaca permulaan. Semua ini tidak terlepas dari yang namanya
proses belajar mengajar. Adapun proses belajar mengajar ialah inti dari setiap
proses yang ada pada sistem sekolah. Oleh karena itu, sekolah dapat
dikategorikan baik apabila di dalamnya berlangsung proses belajar mengajar yang
baik. Adapun proses belajar mengajar itu sendiri menjadi perhatian paling utama
dalam meningkatkaan mutu pendidikan pada anak usia dini Dengan kata lain, hasil akhir dari upaya
meningkatkan mutu pendidikan pada anak usia dini ialah terciptanya proses belajar mengajar
yang baik.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa yang
dimaksud dengan Pengertian Membaca, Menulis Permulaan ?
2.
Apa yang
dimaksud dengan Program Pengajaran MMP?
3.
Apa yang
dimaksud dengan Pengertian Konsep Kesiapan MMP?
4.
Apa yang
dimaksud dengan Tujuan MMP?
5.
Dan Apa yang
dimaksud dengan Proses MMP?
C. Tujuan
Tujuan
dari makalah ini adalah :
1. Untuk
mengetahui apa yang dimaksud dengan Pengertian Membaca, Menulis Permulaan
2. Untuk
mengetahui apa yang dimaksud dengan Program Pengajaran MMP
3. Untuk
mengetahui apa yang dimaksud dengan Pengertian Konsep Kesiapan MMP
4. Untuk
mengetahui apa yang dimaksud dengan Tujuan MMP
5. Dan
untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Proses MMP
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Membaca, Menulis Permulaan
Membaca-menulis
permulaan merupakan program pembelajaran yang diorientasikan kepada kemampuan
membaca dan menulis permulaan pada saat
anak-anak mulai memasuki dunia
pendidikan. Pada tahap awal anak memasuki
lingkungan pendidikan, Membaca dan menulis permulaan merupakan menu
utama. Kemampuan membaca permulaan lebih diorientasikan pada kemampuan
mengenal, yakni kemampuan melek huruf.
Maksudnya, anak-anak dapat mengubah dan melafalkan lambing-lambang
tertulis menjadi bunyi-bunyi bermakna. Pada tahap ini sangat dimungkinkan
anak-anak dapat melafalkan lambing-lambang huruf yang dibacanya tanpa diikuti
oleh pemahaman terhadap lambing bunyi-bunyi tersebut. Kemudian kemampuan
menulis permulaan tidak jauh berbeda dengan kemampuan membaca permulaan. Pada
tingkat permulaan, pembelajaran menulis lebih diorientasikan pada kemampuan
yang bersifat mekanik. Anak-anak dilatih untuk dapat menuliskan ( mirip dengan
kemampuan melukis atau menggambar) lambang-lambang tulis yang jika dirangkaikan
dalam sebuah struktur, lambang-lambang itu menjadi bermakna . selanjutnya
dengan kemampuan dasar ini, secara perlahanlahan anak-anak digiring pada
kemampuan berbicara , dan melatih motorik kasarnya atau melatih otot tangannya,
ke dalam bentuk bahasa tulis melalui lambing-lambang tulis yang sudah
dikuasainya.
B. Program Pengajaran MMP
Program
pengajaran atau progjar adalah salah satu isi dari paket instruksi, progjar
dibuat dengan tujuan agar dalam proses pembelajaran terarah dan sistematis
tidak menyimpang dari pokok-pokok materi yang akan disampaikan, sehingga
tercapainya tujuan dari sasaran pendidikan khususnya dalam penyampaian materi
MMP tersebut.
Pengertian Program Menurut Para Ahli
1. Amikom Yogyakarta
Program adalah kumpulan instruksi
komputer, sedangkan metode dan tahapan sistematis dalam program adalah
algoritma.
2. Ema Utami
Program adalah bahasa pemrograman
3. Sukrisno
Program adalah kata, ekspresi, atau
pernyataan yang disusun dan dirangkai menjadi satu kesatuan prosedur, yang
berupa urutan langkah, untuk menyelesaikan masalah yang diimplementasikan
dengan menggunakan bahasa pemrograman sehingga dapat dieksesuksi oleh komputer
4. Anwar Harjono
Program adalah urutan instruksi
untuk menjalankan suatu komputasi.
5. Saifuddin Anshari
Program adalah daftar terinci
mengenai acara dan usaha yang akan dilaksanakan.
C. Pengertian Konsep Kesiapan MMP
Seorang individu yang telah memiliki
pengetahuan dan pengalaman mengenai suatu materi pelajaran akan lebih mudah
mengembangkan pengetahuan dan pengalamannya tersebut dibanding seseorang yang
belum memilikinya. Jerone Bruner menulis dalam bukunya “The Process Of
Education” mengenai pelaksanaan teori belajar dalam proses belajar mengajar,
antara lain:
a.Pentingnya
peranan struktur dalam belajar; b.Pentingnya pemahaman intuitif dalam belajar;
c.Pentingnya belajar menemukan diri; d.Pentingnya relevansi belajar mengajar;
e.Pentingnya keaktifan siswa dalam belajar; f.Kesiapan untuk belajar.
Siswa
dapat mempelajari dan mencerna pelajaran dengan lebih mudah karena telah
memiliki kematangan yang baik untuk menerima pelajaran tersebut. Individu yang
sudah matang tersebut berarti telah memiliki kesiapan dalam belajar. Seperti
yang dikemukakan oleh Soemanto, seorang baru dapat belajar tentang sesuatu
apabila didalam dirinya sudah terdapat “readiness” untuk mempelajari sesuatu
itu. Sesuai dengan kenyataan, bahwa
masing-masing individu mempunyai sejarah atau latar belakang perkembangan yang
berbeda-beda. Hal ini menyebabkan adanya pola pembentukan readiness yang berbeda-beda
pula didalam diri masing-masing individu. Sebelum kita membahas perihal ini,
ada baiknya kita mengetahui terlebih dahulu mengenai readiness.
Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi respon
atau bereaksi” . Menurut Thorndike “readiness adalah kesiapan untuk bertindak,
ready to act” . Sama seperti yang dikatakan oleh Cronbach yang dikutip oleh
Soemanto memberikan pengertian readiness sebagai segenap sifat atau kekuatan
yang membuat seseorang dapat bereaksi dengan cara tertentu” . Sedangkan Yamin
berpendapat bahwa kesiapan adalah suatu hasil latihan, belajar, dan kematangan”
Selain
itu, Simpson mendefinisikan “Kesiapan sebagai cakupan penempatan diri dalam
keadaan di mana akan terjadi suatu gerakan atau rangkaian gerakan dan kemampuan
ini mencakup jasmani dan rohani” . Uno mengemukakan, bahwa kesiapan adalah
kapasitas (kemampuan potensial) yang baik bersifat fisik maupun mental untuk
melakukan sesuatu”. Sedangkan M. Alisuf
Sabri mengemukakan bahwa “kesiapan atau readiness merupakan suatu fungsi atau
potensi untuk digunakan atau untuk dilatih maupun dikembangkan”
Dari
berbagai teori yang telah dikemukakan, maka kesiapan dapat diartikan kemampuan
atau kesediaan yang dimiliki oleh individu baik jasmani maupun rohani untuk
memberi respon atau reaksi dimana kemampuan tersebut dapat dilatih atau
dikembangkan.
Thorndike
telah mengembangkan hukum-hukum belajar, menyebutkan bahwa terdapat tiga
prinsip atau hukum dalam belajar yaitu : law of readiness, law of exercise dan
law of effect. Dalam law of readiness atau hukum kesiapan dinyatakan bahwa
belajar akan berhasil apabila dilandasi oleh kesiapan untuk belajar. Dalam kegiatan pembelajaran, seseorang yang
sudah siap berarti telah memiliki kematangan dalam belajar akan lebih peka
dalam merespon atau memberi penjabaran terhadap suatu materi.
P.K
Johri mengatakan Kesiapan sebagai
kecukupan siswa dari kapasitas yang ada terkait dengan beberapa tujuan
pengajaran. Kesiapan belajar menurut S. Nasution adalah “Kondisi yang
mendahului kegiatan belajar itu sendiri, tanpa kesiapan atau kesediaan ini,
proses belajar mengajar tidak akan terjadi”.
Djamarah juga mengemukakan bahwa “Kesiapan untuk belajar merupakan
kondisi diri yang telah dipersiapkan untuk melakukan suatu kegiatan”. Kondisi-kondisi yang dimaksud adalah kondisi
fisik dan mental dari siswa yang belajar itu sendiri, sehingga untuk mencapai
hasil belajar diperlukan kondisi fisik dan mental yang baik agar terjadi
kesiapan belajar dalam proses pembelajaran. Wayan Nurkancana juga mengatakan
bahwa kesiapan belajar dapat diartikan sebagai jumlah tingkat perkembangan yang
harus dicapai oleh seseorang untuk menerima suatu pelajaran yang baru.”
Decco
and William Crawford (1977) mengatakan:
That
the student cannot acquire new peformance learning of which depends on other
performance which he has not learned. To quote them “learning builds on
learning in the way success build on success”. This They call entering
behaviours,’behaviours the student must have acquired before he can acquire
particular new terminal behaviour.
Dari
kutipan diatas bisa dipahami bahwa: siswa tidak dapat memperoleh cara belajar
baru, tergantung dari cara belajar yang tidak dia dipelajari. Mengutip dari
mereka, “Belajar membangun belajar seperti kesuksesan membangun kesuksesan”.
Ini mereka sebut pendekatan perilaku, “perilaku siswa harus sudah memperoleh
perilaku tersebut sebelum mereka memperoleh perilaku tertentu yang baru”.
Sejalan
dengan pendapat tersebut, Piaget juga percaya bahwa “Harus ada kesiapan
(readiness) dan kematangan (maturity) dari dalam diri seseorang sebelum
perubahan itu terjadi (perubahan akibat belajar)”.
Dalam
hal ini, kesiapan belajar berarti suatu kondisi yang ada pada diri seseorang
dalam hal ini siswa, yang telah dipersiapkan terlebih dahulu untuk mengikuti
kegiatan pembelajaran dimana kondisi ini dapat dilatih dan dikembangkan dan
nantinya diharapkan siswa dapat memberi respon dan bereaksi. Dengan kata lain,
ketika seseorang telah memiliki kesiapan belajar dalam dirinya maka siswa
tersebut sudah siap untuk merespon dan memberikan reaksi ketika kegiatan
belajar berlangsung. Seperti yang diungkapkan oleh Reber menegaskan salah satu
asumsinya tentang kesiapan belajar adalah “Siswa yang lebih sering
mempraktikkan materi pelajaran akan lebih mudah memanggil kembali memori lama
yang berhubungan dengan materi yang sedang ia tekuni”.
Selain
itu Dalyono juga berpendapat mengenai kesiapan belajar, yaitu:
Setiap
orang yang hendak melakukan kegiatan belajar harus memiliki kesiapan yakni
dengan kemampuan yang cukup baik fisik, mental, maupun perlengkapan belajar.
Kesiapan fisik berarti memiliki tenaga cukup
kesehatan yang baik, sementara kesiapan mental miliki minat dan motivasi
yang cukup untuk kegiatan belajar.
Slameto
juga menambahkan pengertian dari kesiapan belajar adalah:
Keseluruhan
kondisi seseorang yang membuatnya siap untuk memberi respon atau jawaban
didalam cara tertentu terhadap suatu situasi. Kondisi individu yang dimaksud
adalah kondisi fisik dan psikologinya, sehingga untuk mencapai tingkat kesiapan
yang maksimal diperlukan kondisi fisik dan psikologinya yang saling menunjang
kesiapan individu tersebut dalam proses pembelajaran.
Sejalan
dengan pendapat tersebut diatas, Suyadi mengemukakan mengenai prinsip kesiapan
dalam konteks pembelajaran, dapat dimaknai bahwa agar peserta didik dapat
menerima informasi atau materi pelajaran, terlebih dahulu mereka harus siap,
baik secara fisik maupun psikis guna menerima pelajaran. Jangan memulai
pelajaran jika peserta didik belum siap menerimanya.”
Jadi
dari beberapa pernyataan tersebut dapat dipahami bahwa, kesiapan untuk belajar
merupakan suatu kondisi yang telah dipersiapkan dalam proses belajar. Kegiatan belajar akan berlangsung dengan baik
apabila kondisi-kondisi yang diperlukan dalam belajar telah siap. Maka belajar
tanpa kesiapan fisik, mental maupun perlengkapan belajar akan mengalami
kesulitan.
Misalnya,
seseorang yang akan mengikuti belajar dikelas harus memiliki kesehatan yang
baik, memiliki motivasi untuk belajar, serta sarana belajar seperti
perlengkapan belajar. contohnya, seorang anak yang mau belajar ekonomi,
meskipun sudah memilki kesiapan fisik yang sehat untuk belajar tetapi tidak
memiliki dorongan belajar, maka anak itu tidak dapat dikatakan memiliki
kesiapan yang cukup untuk belajar ekonomi.
Syaiful Djamarah mengungkapkan mengenai
kesiapan belajar, yaitu :
Kesiapan
belajar jangan hanya diterjemahkan siap dalam arti fisik. Tetapi, artikanlah
dalam arti psikis (kejiwaan) dan materil. Kesiapan fisik misalnya tubuh tidak
sakit (jauh dari gangguan lesu, mengantuk dan sebagainya). Kesiapan psikis,
misalnya ada hasrat untuk belajar, dapat berkonsentrasi, atau memiliki motivasi
yang menggelora. Kesiapan materill misalnya, ada bahan yang dipelajari atau
dikerjakan berupa buku bacaan, catatan pelajaran, membuat resume dan
sebagainya.
Berdasarkan
pendapat tersebut dapat dipahami kesiapan untuk belajar merupakan kondisi diri
yang telah dipersiapkan untuk melakukan suatu kegiatan belajar. misalnya, jika
besok akan ada pelajaran ekonomi maka siswa harus membawa buku pelajaran
ekonomi, maupun alat perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang kegiatan
belajar ekonomi. Selain itu, siswa juga belajar terlebih dahulu dan tidak tidur
terlalu malam agar keesokan harinya siswa siap untuk belajar ekonomi. Hasilnya,
siswa akan mendapatkan hasil yang baik, karena siswa telah mempersiapkan diri
untuk belajar dan menghasilkan belajar yang optimal.
Berikut
ini merupakan pernyataan yang diberikan Mary Tudor dan Robert mengatakan
kesiapan dalam belajar yakni:
kesiapan
merupakan suatu keadaan memiliki kecakapan dan pengetahuan yang diperlukan
dalam setiap aktivitas. Siswa belajar keterampilan yang seharusnya, untuk
mempersiapkan diri mereka kepada instruksi formal selanjutnya, seperti untuk
mengikuti bimbingan, mengerjakan tugas, bekerja sama dengan yang lainnya, dan
menunjukan sikap yang baik.
Slameto
juga mengemukakan tentang kesiapan yang berasal dari persiapan diri sendiri,
yaitu:
Kesiapan
adalah keseluruhan kondisi seseorang yang membuatnya siap untuk memberi respon
atau jawaban didalam cara tertentu terhadap suatu situasi. Penyesuaian kondisi
pada suatu saat akan berpengaruh pada atau kecenderungan untuk memberi respons.
Kondisi mencakup setidak- tidaknya tiga aspek, yaitu: kondisi fisik, mental dan
emosional; kebutuhan, motif dan tujuan;keterampilan, pengetahuan dan pengertian
yang lain yang telah dipelajari.
Selanjutnya
Cronbach mengemukakan adanya unsur utama dalam proses belajar, yakni salah
satunya kesiapan. Cronbach mengatakan bahwa:
Untuk
dapat melakukan perbuatan belajar dengan baik anak atau individu harus memiliki
kesiapan, baik kesiapan fisik dan psikis, kesiapan yang berupa kematangan untuk
melakukan sesuatu, maupun penguasaan pengetahuan dan kecakapan-kecakapan yang
mendasarinya.
Sejalan
dengan pendapat tersebut, P.K Johri mengemukakan pendapat bahwa :
kesiapan
merupakan faktor dari belajar: Seseorang telah siap belajar mengenai sesuatu
ketika sudah mencapai kematangan fisiologis yang cukup dan latar belakang
pengalaman. Misalnya itu secara fisiologis mustahil bagi seorang anak dari 3-4
bulan untuk belajar berjalan atau belajar untuk berbicara kata-kata atau untuk
belajar membaca. Siswa non-ilmu pengetahuan tidak dapat dibuat untuk
mempelajari teori relativitas Einstein. Pembelajaran dan pemahaman tentang
tugas-tugas ini memerlukan latar belakang pengalaman yang cocok anak sepuluh
tidak diharapkan memiliki. pengecualian mungkin ada, tetapi pada tingkat tertentu
rata-rata pematangan fisiologis dan latar belakang pengalaman pada dasarnya
diperlukan untuk belajar tugas yang sesuai.
Sama
dengan pendapat yang telah dikemukakan diatas,
Kesiapan
merupakan suatu keadaan emosional, intelektual dan sosial. Dalam keadaan ini,
anak merasa siap dan sanggup untuk menerima tugas pelajaran baru. Kesiapannya
menyatakan bahwa ia sudah “matang”, sudah menguasai apa yang diperlukan untuk
menerima tugas pelajaran (pengalaman) baru. Dengan kata lain, ia sudah siap,
karena sudah menguasai tingkat pelajaran yang diperlukan untuk menerima tingkat
berikutnya. Kesiapan ini adalah syarat penting untuk kelancaran jalannya proses
belajar.
Selanjutnya,
James M. Sawrey dan Charles W Telford mengemukakan tentang kesiapan belajar,
yakni:
kesiapan
belajar termasuk sejumlah karakteristik seseorang yang termasuk dari hambatan
dan yang memfasilitasi belajar. Komponen pertama dari kesiapan adalah bagaimana
kondisi fisik. Pembelajaran ini
mengindikasikan faktor pematangan dalam menentukan kepercayaan diri dalam
menyelesaikan latihan. Komponen kedua yang termasuk kesiapan belajar berasal
dari pengalamannya. Pengalaman seseorang menyiapkan pribadinya serta memudahkan
dalam belajar. Komponen ketiga dalam kesiapan belajar adalah motivasi.
Jadi
selain siswa harus siap dari fisik pribadi masing-masing, siswa juga harus
memiliki kesiapan secara mental /psikologi yang cukup supaya dapat mengerjakan
sesuatu dengan maksimal. Seperti halnya, seorang anak yang memiliki badan yang
sehat dan kondisi mental yang baik maka disaat proses pembelajaran akan
terlihat segar dan merasa tenang untuk mengikuti proses belajar. Namun jika
anak merasa badannya kurang sehat dan gelisah untuk mengikuti pelajaran yang
diberikan oleh gurunya, maka akan terlihat lebih tegang dan tidak dapat
berkonsentasi sehingga situasi ini dapat dikatakan siswa belum siap dalam
menerima pelajaran. Kondisi mental yang baik dimana siswa tidak merasa tertekan
akan menimbulkan pelajaran yang diberikan oleh gurunya dapat diterima dengan
baik pula.
Dari
beberapa pendapat yang telah dikemukakan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa
kesiapan belajar tidak hanya berasal dari dari kondisi fisik dan mental. Namun
juga berasal dari kesiapan materill berupa perlengkapan belajar dan dari
pengalamannya yaitu pengetahuan yang mendasarinya dan kecakapan dalam
mengerjakan tugas atau latihan. Dengan memilki pengalaman siswa akan memahami
bagaimana cara menyiapkan dirinya pada proses belajar mengajar.
Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi kesiapan belajar siswa, seperti yang
dikemukakan oleh Darsono faktor kesiapan meliputi:
a.
Kondisi fisik yang tidak kondusif. Misalnya sakit, pasti akan mempengaruhi
faktor-faktor lain yang dibutuhkan untuk belajar
b.
Kondisi psikologis yang kurang baik. Misalnya gelisah, tertekan, merupakan
kondisi awal yang tidak menguntungkan bagi kelancaran belajar.
Sedangkan
menurut Djamarah faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan meliputi:
a.
Kesiapan fisik misalnya tubuh tidak sakit (jauh dari gangguan lesu, ngantuk,
dan sebagainya)
b.
Kesiapan psikis misalnya ada hasrat untuk belajar, dapat berkonsentrasi, dan
ada motivasi intrinsik
c.
Kesiapan materiil misalnya ada bahan yang dipelajari atau dikerjakan berupa
buku bacaan, catatan dan lain-lain”
Dalyono
yang menyatakan kesiapan belajar melibatkan beberapa faktor yaitu:
a.
perlengkapan dan pertumbuhan fisiologis, ini menyangkut pertumbuhan dan
kelengkapan pribadi seperti tunuh pada umumnya, alat-alat indera, dan kapasitas
intelektual;
b. Motivasi, yang menyangkut kebutuhan, minat
serta tujuan-tujuan individu untuk mempertahankan serta mengembangkan diri.
Motivasi berhubungan dengan sistem kebutuhan dalam diri manusia serta
tekanan-tekanan lingkungan”
Dengan
demikian readiness seseorang itu senantiasa mengalami perubahan setiap hari
sebagai akibat dari pertumbuhan dan perkembangan fisiologis, motivasi / tujuan
individu serta adanya desakan –desakan dari lingkungan seseorang.
Dalam
referensi lain selaras dengan teori diatas, Wina Sanjaya menjelaskan mengenai
hukum kesiapan (law of readiness) yang merupakan teori Thorndike, yaitu:
Menurut
hukum ini, hubungan antara stimulus dan respon akan mudah terbentuk manakala
ada kesiapan dalam diri individu. Secara lengkap bunyi hukum ini adalah:
pertama, jika pada seseorang ada kesiapan untuk merespon atau bertindak, maka
tindakan atau respons yang dilakukan akan memberikan kepuasan, dan
mengakibatkan orang tersebut untuk tidak melakukan tindakan-tindakan lain.
Kedua, jika seseorang memiliki kesiapan untuk merespons, kemudian tidak
dilakukannya, maka mengakibatkan ketidakpuasan, dan akibatnya orang tersebut
akan melakukan tindakan-tindakan lain. Ketiga, jika seseorang tidak memiliki
kesiapan untuk merespons, maka respons yang diberikan akan mengakibatkan
ketidakpuasan. Implikasi praktis dari hukum ini adalah, keberhasilan belajar
seseorang sangat tergantung dari ada atau tidak adanya kesiapan.
Jadi
hukum kesiapan ini menyatakan bahwa siswa atau seorang anak akan mengalami
kemudahan dan kepuasan atau keberhasilan
dalam proses belajar apabila dia sudah dalam kondisi siap untuk menerima
respon atau rangsangan sehubungan dengan proses tersebut. Contohnya, jika murid
sudah siap belajar maka siswa akan berhasil menjawab apabila ada pertanyaan
maupun mengerjakan studi kasus dalam pelajaran tersebut sehingga hasil belajar
yang diperoleh akan maksimal.
Woren
dan Stiwell melihat kesiapan belajar sebagai berikut:
bahwa
kesiapan belajar dilihat dari penguasaan pengetahuan yang telah dipelajari atau
pengetahuan dasar sebagai pra syarat terhadap keberhasilan belajar. Misalnya,
jika siswa mampu menguasai tentang ekonomi mikro maka tahap berikutnya guru
akan memberikan materi lanjutan mengenai ekonomi makro bagi siswa yang telah
siap tersebut.
Sedangkan
Uno mengemukakan bahwa “ Apabila siswa siap untuk melakukan proses belajar,
hasil dapat diperoleh dengan baik. Sebaliknya apabila tidak siap, tidak akan
diperoleh hasil yang baik”
Selain
itu, James Drever dalam Slameto juga mengatakan tentang kesiapan belajar adalah
sebagai berikut:
Kesediaan
yang timbul dari dalam diri seseorang dan juga berhubungan dengan kematangan,
karena kematangan berarti kesiapan untuk melaksanakan kecakapan. Kesiapan ini
perlu diperhatikan dalam proses belajar, karena jika siswa belajar dan padanya
sudah ada kesiapan maka hasil belajarnya akan lebih baik.
Senada
dengan pendapat diatas, Robert dan John mengungkapkan bahwa pelajar harus
memiliki kesiapan sehingga akan berhasil, baik dari motivasi serta keyakinan
diri dari pelajar itu sendiri.
D. TUJUAN MMP
Kurikulum
2004 atau Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) merupakan kurikulum terkini yang
digunakan di sekolah-sekolah sebagai pengganti atas kurikulum sebelumnya, yakni
Kurikulum1994. Penyempurnaan kurikulum ini mengacu pada Undang-undang No. 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah terkait
yang mengamanatkan adanya standar nasional pendidikan. Standar-standar dimaksud
berkenaan dengan standar isi, proses, dan kompetensi lulusan serta penetapan
kerangka dasar dan standar kurikulum oleh pemerintah Seperti dijelaskan oleh
Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Dr. Tr. Indra Jati Sidi dalam kata
pengantar untuk Kurikulum 2004 Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia bahwa
upaya penyempurnaan kurikulum dimaksudkan untuk mewujudkan peningkatan mutu dan
relevansi pendidikan yang harus dilakukan secara menyeluruh mencakup
pengembangan dimensi manusia Indonesia seutuhnya. Dimensi-dimensi dimaksud
meliputi aspek-aspek moral, akhlak, budi pekerti, pengetahuan, keterampilan,
kesehatan, seni, dan budaya. Pengembangan aspek-aspek tersebut bermuara pada
peningkatan dan pengembangan kecakapan hidup yang diwujudkan melalui pencapaian
kompetensi peserta didik untuk bertahan hidup serta menyesuaiakan diri, dan
berhasil dalam kehidupan. Kurikulum tersebut dikembangkan secara lebih lanjut
sesuai dengan kebutuhan dan keadaan masing-masing daerah dan sekolah setempat.
Standar kompetensi mata pelajaran
Bahasa Indonesia hendaknya memadai dan efektif sebagai alat berkomunikasi,
berinteraksi sosial, media pengembangan ilmu, dan alat pemersatu bangsa. Daerah
atau sekolah-sekolah diberi kesempatan untuk menjabarkan standar kompetensi itu
sesuai dengan kebutuhan dan keadaan masing-masing secara kontekstual. Standar
kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia, khususnya aspek membaca, untuk SD dan
MI adalah sebagai berikut: “membaca huruf, suku kata, kata, kalimat, paraagraf,
berbagai teks bacaan, denah, petunjuk, tata tertib, pengumuman, kamus,
ensiklopedia, serta mengapresiasi dan berekspresi sastra melalui kegiatan
membaca hasil sastra berupa dongeng, cerita anak-anak, cerita rakyat, cerita
binatang, puisi anak, syair lagu, pantun, dan drama anak. Kompetensi membaca
juga diarahkan menumbuhkan budaya baca.
Standar kompetensi aspek membaca di
kelas 1 sekolah dasar ialah siswa mampu membaca dan memahami teks pendek dengan
cara membaca lancar (bersuara) dan membaca nyaring beberapa kalimat sederhana.
Standar kompetensi ini diturunkan ke
dalam empat buah kompetensi dasar, yakni:
1.
membiasakan sikap membaca yang benar
2.
membaca nyaring
3.
membaca bersuara
(lancar)
4.
membacakan penggalan
cerita.
E. PROSES MMP
Pada
bagian ini, kita akan berlatih bagaimana melaksanakan pembelajaran MMP dalam
kegiatan belajar mengajar di dalam kelas dengan mengambil salah satu metode
tertentu. Tentu saja, model ini bukanlah satu-satunya acuan yang terbaik, sebab
mengajar itu adalah seni. Masing-masing orang mempunyai gaya dan seni
tersendiri di dalam mengajar. Yang perlu Anda pahami di sini, bukanlah
persoalan teknik dan strategi mengajar, melainkan konsep-konsep pokok langkah-langkah
pembelajaran MMP yang berlandaskan pada penggunaan metode MMP tertentu.
Mengenai pemilihan metode pembelajaran MMP apa yang paling
tepat digunakan oleh guru bagi pembelajar pemula tidaklah begitu penting. Guru
dapat memilih metode MMP yang paling tepat dan paling cocok sesuai dengan
situasi dan kondisi siswanya.
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar MMP ini terbagi ke
dalam dua tahapan, yakni :
1. Pembelaran tanpa buku,
2. Pembelajaran dengan menggunakan
buku.
1. Langkah-langkah
Pembelajaran MMP Tanpa Buku
Pembelajaran
membaca permulaan tanpa buku berlangsung pada awal-awal anak bersekolah pada
minggu-minggu pertama mereka duduk di bangku sekolah. Hal ini dapat berlangsung
kira-kira 8-10 minggu. Jika memungkinkan tenggang waktu tersebut dapat
dipersingkat lagi, sesuai dengan situasi dan kondisi setempat.
Berikut
ini akan disajikan salah satu model alternatif pembelajaran membaca permulaan
tanpa buku. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut. Sebelum KBM dilakukan
sebaiknya guru mengawalinya dengan berbagai kegiatan pra-KBM yang dapat
merangsang dan menggali pengalaman berbahasa anak. Percakapan-percakapan ringan
antara guru dan siswa sebelum KBM dimulai merupakan langkah awal yang bagus
untuk membuka pintu komunikasi. Sapaan-sapaan hangat dan berbagai pertanyaan
ringan kepada mereka akan membuat siswa termotivasi untuk betah dan mau belajar
di sekolah. Pilihan variasi-variasi kegiatan belajar mengajar berikut.
a. Menunjukkan gambar
Variasi
ini dilakukan dengan cara guru memperlihatkan sebuah gambar yang melukiskan
sebuah keluarga yang terdiri atas ayah, ibu, dan dua anak (laki-laki dan
perempuan). Hal ini dimaksudkan utnuk menarik minat dan perhatian anak.
b. Menceritakan gambar
Guru
menceritakan gambar tersebut dengan memberi nama terhadap peran-peran yang
terdapat di dalam gambar. Penamaan tokoh-tokoh hendaknya menggunakan
huruf-huruf yang pertama-tama hendak diperkenalkan kepada anak. GBPP dan Buku
Paket dapat dijadikan acuan untuk penamaan tokoh-tokoh tersebut. Misalnya, Anda
dapat menyebutkan: “mama” untuk gambar ibu, “mimi” untuk gambar anak perempuan,
dan“nana” untuk gambar anak laki-laki, “bapak” untuk gambar ayah. Tema cerita
dapat disesuaikan dengana tema-tema yang terdapat dalam GBPP/Kurikulum atau
tema-tema yang diperkirakan menarik perhatian anak dan akrab dengan kehidupan
anak.
c. Siswa bercerita dengan bahasa
sendiri
Selanjutnya,
satu dua orang siswa diminta menceritakan kembali gambar tersebut dengan
bahasanya sendiri.
d. Memperkenalkan bentuk-bentuk huruf
(tulisan) melalui bantuan gambar
Pada fasse
ini, guru mulai melepaskan gambar-gambar tadi secara terpisah dan menempelinya
dengan tulisan sebagai keterangan atas gambar tadi. Sebagai contoh: dibawah
gambar ibu tertera tulisan yang berbunyi, “ini mama” atau “ini ibu”(bergantung
kepada pemilihan metode MMP yang Anda gunakan: Metode SAS, Metode Kata, Metode
Eja, dan seterusnya).
e. Membaca tulisan bergambar
Pada fase
ini, guru mulai melakukan proses pembelajaran membaca sesuai dengan metode yang
dipilihnya. Jika menggunakan Metode Eja atau Metode Bunyi pengenalan lambang
tulisan akan diawali dengan pengenalan huruf-huruf melalui proses drill (teknik
tubian) atau proses hafalan. Jika menggunakan Metode Global atau Metode 26
f. Membaca tulisan tanpa gambar
Setelah
proses ini dilalui, langkah selanjutnya guru secara perlahan-lahan dapat
menyingkirkan gambar-gambar tadi dan siswa diupayakan untuk melihat bentuk
tuliannya saja. Kegiatan ini dapat disertai dengan penyalinan bentuk tulisan di
papan tulisan dan guru menyajikan wacana sederhana yang dapat memberikan
keutuhan makna atau keutuhan informasi kepada anak. Misalnya, guru dapat
menyajikan wacana seperti berikut. ini mama ini mimi ini nana ini mama mimi ini
mama nana
g. Memperkenalkan huruf, suku kata,
kata, atau kalimat dengan bantuan kartu
1)
Memperkenalkan
unsur kalimat/kata
Ini
Mama
....
Mama
Ini
....
2)
Memperkenalkan
unsur kata/suku kata
Bola
Dona
bo
la
do
na
....
3)
Memperkenalkan
unsur suku kata/huruf
Ku
da
k
u
d
a
4)
Memperkenalkan
unsur suku kata/huruf
ani,
mina, main, amin, iman
Demikianlah
model-model alternatif pengajaran membaca permulaan tanpa buku. Anda dapat
mengembangkan model lain yang lebih kratif dan menarik serta cocok dengan
situasi dan kondisi murid-murid anda.
Pengajaran
menulis permulaan tanpa buku dapat dilakukan melalui pelatihan mekanik untuk
melemaskan otot-otot tangan, misalnya
berlatih membuat telur atau lingkaran di udara,membuat pagar di udara,
menirukan gambar huruf di udara dan sejenisnya.
2. Langkah-langkah
Pembelajaran MMP Dengan Menggunakan Buku
Setelah siswa mengenal huruf melalui
kegiatan membaca tanpa buku, selanjutnya anak dihadapkan pada tulisan dalam
buku. Pembelajaran dapat dilakukan melalui kegiatan membaca buku pelajaran,
membaca bacaan sederhana yang dipilih guru (gunakan gambar dan kartu kata), dan
membaca bacaan yang disusun siswa secara individual maupun kelompok.
Pembelajaran dapat dilakukan secara integratif.
Ada beberapa cara alternatif
langkah pembelajaran MMP dengan menggunakan buku. Kegiatan ini merupakan
kelanjutan dari kegiatan awal, yakni pembelajaran MMP tanpa buku. Dengan
demikian, diasumsikan siswa tidak berangkat dari kondisi nol.
a. Membaca buku pelajaran (buku paket)
Langkah-langkah pembelajaran adalah
sebagai berikut.
1) Siswa diberi buku yang sama dan
diberi kesempatan untuk melihat-lihat isi buku tersebut.
2) Siswa diberi penjelasan singkat mengenai buku
tersebut.
3) Siswa diberi penjelasan dan petunjuk tentang
bagaimana cara membuka halaman buku agar buku tetap rapi dan tidak rusak.
4) Siswa diberi penjelasan mengenai
fungsi dan kegunaan angka-angka yang menunjukkan halaman-halaman buku
5) Siswa diajak untuk memusatkan
perhatian pada salah satu teks atau bacaan yang terdapat pada halaman tertentu.
6) Jika bacaan disertai gambar,
sebaiknya guru memberikan ulasan tentang gambar tersebut.
7) Selanjutnya, barulah pelajaran
membaca dimulai. Guru dapat mengawali pembelajaran ini dengan cara yang
berbeda-beda.
Pembelajaran membaca menggunakan
buku hampir sama halnya dengan pembelajaran membaca tanpa buku. Perbedaannya
terletak pada alat ajarnya.hal lain yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran
MMP adalah penerapan prinsip dan hakikat pembelajaran bahasa. Prinsip
pengajaran bahasa yang dimaksud adalah bahwa pembelajaran bahasa fungsi
utamanya sebagai alat komunikasi. Oleh sebab itu, model pembelajaran bahasa
harus didasarkan pada pendekatan komunikatif-integratif.
b.
Membaca buku dan majalah anak yang sudah
terpilih
Pengenalan terhadap jenis bacaan
lain selain buku ajar sangat penting dalam menumbuhkan minat anak. Kita dapat
menggunakan buku bacaan atau majalah yang sudah dipilih berdasarkan
pertimbangan taraf kemampuan siswa, azas kebermaknaan, kemenarikan,
keterbacaan, dan kemudahan. Bacaan sederhana hendaknya menjadi pilihan utama.
Kosakata yang dipakai hendaknya mengandung huruf yang sudah dikenal anak.
c.
Membaca bacaan susunan bersama guru-siswa
Langkah-langkah yang ditempuh adalah berikut.
1) Guru memperlihatkan beberapa gambar, anak
diminta untuk menyebutkan gambar tersebut.
2) Guru juga memperlihatkan beberapa kartu yang
sudah dibuat oleh guru berupa kartu huruf, kartu suku kata, atau kartu kata.
Anak dimnta menempelkan kartu-kartu yang dimaksud di bawah gambar sehingga gambar-gambar
dimaksud menjadi berjudul.
3) Satu-dua buah gambar dipilih anak untuk bahan
stimulasi pemuat bacaan. Guru bertugas memberi arahan dan bimbingan, misalnya
tanya jawab, diharapkan guru dan siswa dapat menyusun bacaan bersama. Pada
kegiatan ini, usahakan mengajak siswa untuk membuat kalimat-kalimat, kemudian
kalimat ini disusun menjadi bacaan sederhana.
Contoh:
-
Guru memperlihatkan beberapa gambar pada siswa
- Kemudian guru
menyediakan beberapa kartu, bisa menggunakan kartu huruf, kartu suku kata,
maupun kartu kata.
- Guru mengajukan
pertanyaan yang berhubungan dengan gambar.
- Lalu gambar tersebut diberi judul dengan kartu tersebut
dan kemudian merangkai semua kalimat yang terbentuk.
4) Guru menyajikan gambar dengan bacaan hasil
susunan bersama antara guru-siswa sebagai bahan ajar membaca permulaan.
d. Membaca
bacaan susunan siswa(kelompok perseorangan)
Pada pembelajaran ini
langkah-langkah yang ditempuh pada dasarnya hampir sama dengan kegiatan membaca
susunan bersama guru-siswa. Pada kegiatan ini lebih banyak melibatkan siswa.
Guru berkeliling untuk mengontrol dan membimbing siswa atau kelompok siswa yang
mengalami kesulitan.
3. Langkah-langkah pembelajaran menulis
permulaan
Langkah-langkah kegiatan menulis
permulaan terbagi menjadi dua kelompok, yakni:
a. Pengenalan huruf
Kegiatan ini dilakukan bersamaan
dengan kegiatan pembelajaran membaca permulaan. Pembelajaran ini lebih
ditekankan pada pengenalan bentuk tulisan serta pelafalan yang benar.
Pengenalan ini berfungsi untuk melatih indra siswa dalam mengenal dan
membedakan bentuk dan lambang tulisan.
Contoh : Seorang guru hendak
memperkenalkan huruf b, a, u, dan i. Langkah- langkah yang ditempuh adalah
sebagai berikut.
1)
Guru menunjukkan gamabar dua orang anak laki-laki. Gambar
pertama seorang anak memakai topi bernama Badu dan gambar kedua seorang anak
tidak memakai topi bernama Budi.
2)
Guru memperkenalkan nama kedua anak tersebut sambil menunjuk
nama masing-masing anak yang tertera di bawah gambar.
3)
Melalui proses tanya jawab secara berulang-ulang anak
diminta menunjukkan mana Budi dan mana Badu sambil menunjukkan bentuk tulisan.
4)
Selanjutnya, guru memindahkan dan menuliskan kedua bentuk
tulisan tersebut di papan tulis dan anak-anak diminta memperhatikan.
5)
Setiap tulisan tersebut kemudian dianalisis dan
disintesiskan kembali.
6)
Demikian seterusnya kegiatan ini dilakukan bersamaan dengan
pembelajaran membaca permulaan.
b. Latihan
Ada beberapa bentuk latihan menulis
permulaan yang dapat kita lakukan, seperti berikut ini.
1) Latihan memegang pensil dan duduk
dengan sikap dan posisi yang benar. Tangan kanan berfungsi untuk menulis
sedangakan tangan kiri berfungsi untuk menekan bukuagar tidak bergesar. Selain
itu kita juga mengajarkan posisi duduk yang benar.
2) Latihan gerakan tangan mula-mula
melatih gerakan tangan di udara dengan telunjuk sendiri atau bantuan alat
seperti pensil, kemudian dilanjutakn dengan menulis di buku.
3) Latihan mengeblat latihan ini
dilakukan dengan cara menirukan atau menebalkan suatu tulisan dengan menindas
tulisan yang telah ada. Latihan ini dapat menggunakan kertas karbon, kertas
tipis. Guru hendaknya mencontohkan terlebih dahulu di papan tulis.
4) Latihan menghubungkan titik-titik
yang membentuk tulisan
5) Latihan menatap bentuk tulisan,
latihan ini dimaksudkan untuk melatih koordinasi antara mata, ingatan, dan jari
ketika menulis sehingga anak dapat mengingat bentuk kata atau bentuk huruf
dalam benaknya dan memindahkan ke jari tangannya.
6) Latihan menyalin, latihan ini
hendaknya diberikan setelah siswa benar-benar mengenal huruf dengan baik.
Menyalin tulisan memiliki bermacam variasi diantaranya menyalin tulisan apa
adanya, menyalin huruf cetak ke huruf tegak bersambung atau sebaliknya.
7) Latihan menulis halus indah, latihan
ini dapat dilakukan dengan menggunakan buku bergaris atau buku kotak. Petunjuk
berharga apabila Anda tidak memiliki fasilitas seperti ini.
-
Untuk tulisan cetak, bagilah setiap baris pada halaman buku
menjadi dua.
-
Untuk tulisan tegak bersambung bagilah setiap baris pada
halaman buku menjadi tiga bagian.
BAB
III
PENUTUPAN
Kesimpulan
Membaca-menulis
permulaan merupakan program pembelajaran yang diorientasikan kepada kemampuan
membaca dan menulis permulaan pada saat
anak-anak mulai memasuki dunia
pendidikan. Pada tahap awal anak memasuki
lingkungan pendidikan, Membaca dan menulis permulaan merupakan menu
utama. Kemampuan membaca permulaan lebih diorientasikan pada kemampuan
mengenal, yakni kemampuan melek huruf.
Maksudnya, anak-anak dapat mengubah dan melafalkan lambing-lambang
tertulis menjadi bunyi-bunyi bermakna. Pada tahap ini sangat dimungkinkan
anak-anak dapat melafalkan lambing-lambang huruf yang dibacanya tanpa diikuti
oleh pemahaman terhadap lambing bunyi-bunyi tersebut.
Mengenai pemilihan metode pembelajaran MMP apa yang
paling tepat digunakan oleh guru bagi pembelajar pemula tidaklah begitu
penting. Guru dapat memilih metode MMP yang paling tepat dan paling cocok
sesuai dengan situasi dan kondisi siswanya.
Program
pengajaran adalah salah satu isi dari paket instruksi, progjar dibuat dengan
tujuan agar dalam proses pembelajaran terarah dan sistematis tidak menyimpang
dari pokok-pokok materi yang akan disampaikan, sehingga tercapainya tujuan dari
sasaran pendidikan khususnya dalam penyampaian materi MMP tersebut
DAFTAR
PUSTAKA
Sumber Internet:
....http://nazama.blogspot.co.id/2014/05/mmp-membaca-dan-menulis-permulaan.html
....http://srihendrawati.blogspot.co.id/2010/05/metode-metode-membaca-menulis-permulaan.html
....file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND.../Modul_MMP.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar