KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala
puji bagi Allah Pencipta dan Pemelihara Alam Semesta dan berkat rahmat
karuniaNya. Sehingga saya dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah “PENGEMBANGAN
SOSIAL EMOSIONAL AUD” dengan materi “Strategi Pengembangan Sosial
Emosional AUD”.
Terimakasih
penulis ucapakan kepada Dosen dan teman-
teman yang telah memotivasi dan membantu dalam pembuatan makalah ini. Penulis
menyadari ,bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. oleh karena itu perlu
kritik dan saran yang membangun. Akhir dari penutupan , saya berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat khususnya pada diri saya pribadi dan umumnya bagi
para pembaca. Amiiin….
Serang, 2018
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR………………………………………………………………..
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………
A.
Latar Belakang ………………………………………………………….........…
B.
Rumusan masalah………..……………………………………………………….
C.
Tujuan
Makalah..…………………………………………………………….....
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………….…
A. Sasaran
pengembangan sosial
emosional AUD…………………………………..
1. 1. Strategi pengembangan sosial emosional AUD…………………………………….
2. Materi pembelajaran
pengembangan sosial emosional
………….………...
B. Apa metode
pengembangan soaial
emosional AUD……………………………..
BAB III PENUTUP…………………………………………………………. ……..
a. Kesimpulan ………………………………………………………………………...
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….
|
1
2
3
4
4
4
5
5
5
6
8
11
11
12
|
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan sosial adalah
proses kemampuan belajar dan tingkah laku yang berhubungan antara individu
dengan individu lainnya sebagai bagian dari kelompoknya. Perilaku sosial merupakan aktivitas dalam hubungan dengan orang lain,
baik dengan teman sebaya, guru, orang tua maupun lingkungan dimana anak itu
tinggal. Saat anak melakukan interaksi dengan orang lainmaka akan terjadi
peritiwa-peristiwa yang sangat bermakna dalam kehidupan anak yang dapat
membentuk kepribadiannya. Perilaku yang ditunjukkan oleh seorang anak dalam
lingkungan sosialnya sangat dipengaruhi oleh kondisi emosinya. Dan perkembangan
emosi anak juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungannya.
Emosi merupakan suatu gejolak
penyesuaian diri yang berasal dari dalam dan melibatkan hampir keseluruhan diri
individu. Emosi juga berfungsi untuk mencapai pemuasan atau perlindungan diri
atau bahkan kesejahteraan pribadi pada saat berhadapan dengan lingkungan atau
objek tertentu.
Maka dari itu, pengembangan
emosi anak adalah kemampuan anak dalam berhubungan dengan individu lain. Dimana
dalam lingkungannya akan terjadi peristiwa-peristiwa yang sangat bermakna bagi
hidup anak dan akan membentuk kepribadian anak. Dan lingkungan juga yang akan
menentukan kepribadian seorang anak tersebut.
B. Rumusan Masalah
1.
Sasaran pengembangan sosial emosional AUD
2.
Apa metode
pengembangan soaial
emosional AUD
C. Tujuan Penulisan
1. Memahami Sasaran pengembangan emosional AUD
2.Memahami Apa metode pengembangan emosinal AUD
BAB II
PEMBAHASAN
A. SASARAN
PENGEMBANGAN EMOSI ANAK
Pengembangan emosi pada anak merupakan satu hal
yang penting dan harus diperhatikan oleh para guru. Keterampilan emosi pada
anak sangat menentukan terbentuknya kepribadian anak pada masa selanjutnya.
1. Strategi pengembangan emosi
Salovry dan mayer (dalam tim suryakanti; 2000)
mengemukakan bahwa terdapat lima cara yang dapat kita lakukan untuk membina
emosi yang sehat pada anak. Kelima cara itu adalah mengembangkan kemempuan
untuk mengenali emosi diri, kemampuan untuk mengelola dan mengekspresikan emosi
secara tepat, kemampuan untuk memotivasi diri, kemampuan untuk memahami
perasaan orang lain dan kemampuan untuk membina hubungan dengan orang lain.
Berikut adalah penjelasan dari strategi
pengembangan emosi pada anak TK:
a. Kemampuan
untuk mengenali emosi diri
Untuk membantu anak mengenali emosinya dapat
dilakukan dengan cara mengajarakan anak untuk memahami perasaan-perasaan yang
dialaminya. Orang tua atau pun guru, dapat mengajak anak untuk mendiskusikan
mengenai berbagai emosi yang dirasakan berdasarkan pengalamnnya. Misalnya guru
mengarahkan rasa marah anak dengan suatu kegiatan bermain.
b. Kemampuan
untuk mengelola dan mengekspresikan emosi secara tepat
Anak dapat dibiasakan untuk berpikir realistis
sehingga anak dapat menanggapi suatu kejadian dengan prilaku yang tepat. Selain
itu, orang tua dan guru juga dapat melatih anak untuk mengelola emosi, misalnya
anak diajak untuk meredakan emosi marah atau kecewa dengan cara mengalihkan
emosi itu pada kegiatan lainnya yang berarti, misalnya dengan menggambar.
c. Kemampuan
untuk memotivasi diri
Pengembangan kemampuan untuk memotivasi diri
didorong oleh kemampuan anak dalam menyelesaikan masalah. Oleh sebab itu, orang
dan guru diharapkan tidak mengabaikan kemempuan anak untuk memecahkan masalah.
Karena dengan penyelesaian masalah ini anak dapat belajar banyak. Selain itu
orang tua dan guru perlu menanamkan optimisme pada anak. Optimisme menjadikan
anak tidak mudah putus asa, terbiasa untuk berpikir positif, dan memiliki
kecenderungan melihat sisi cerah terhadap suatu situasi. Misalnya, saat anak
kecewa karena tidak dapat mengerjakan sesuatu, ajak anak untuk bermain dengan
menyusun balok-balok yang lebih mudah dan dapat dilakukan anak.
d. Kemampuan
untuk memahami perasaan orang lain
Untuk mengembangkan keterampilan anak dalam
memahami perasaan orang lain maka upaya pengembangan empati dan keperdulian
terhadap orang lain menjadi sangat penting. Anak sebaiknya mendapatkan
pengalaman langsung dalam kehidupan nyata untuk merasakan perasaannya tersebut.
Guru atau pun orang tua dapat melatihnya dengan cara mengunjungi panti asuhan,
melihat orang sakit dan membicarakan kemungkinan yang dihadapi orang sakit itu.
Selain itu bangkitkan rasa humor dalam kehidupan keluarga karena humor
merupakan peluruh dinding pembatas antar generasi yang paling efektif. Ajaklah
anak melihat badut/sirkus untuk dapat memiliki rasa gembira dan keinginan
tertawa anak.
e. Kemampuan
untuk membina hubungan dengan orang lain
Latihlah anak untuk bergabung dengan anak yang
lain, bermain kelompok, dan melakukan keja sama. Pengalaman ini akan sangat
berarti bagi anak untuk kehidupannya dikemudian hari. Contohnya, biarkan anak
bermain dengan anak sebayanya dan perhatikanlah serta arahkan cara bermain anak
sehingga dia tidak mendomonasi dikuasai anak lainnya.
2. Materi pembelajaran pengembangan Sosial Emosional AUD
Materi yang akan dikembangkan dan menjadi sasaran pengembangan
emosi AUD di
antaranya adalah mengembangkan rasa cinta kasih, empati, dan melatih
pengendalian emosi.
Berikut
ini adalah penjelasan dari masing-masing bagian tersebut :
a. Cinta dan
kasih sayang
Kasih sayang adalah reaksi emosional terhadap
seseorang, binatang atau benda yang ditunjukkan dengan perhatian yang hangat,
dan mungkin terwujud dalam bentuk fisik atau kata-kata (hurlock, 1991). Reaksi
kasih sayang terutama diperhatikan dengan perilaku ramah-tamah, penuh
perhatian, dan akbar. Setelah anak berumur satu tahun mereka mengekspresikan
rasa cinta dan sayang dengan memeluk, meraba, membelai, dan mencium orang atau
objek yang mereka cintai. Anak kecil ingin terus - menerus bersama denga orang
yang dicintainya dan mereka mencoba membantu apapun yang sedang dilakukan oleh
orang tersebut.
Faktor belajar sangat menentukan kepada siapa saja
kasih sayang itu ditunjukkan. Anak-anak pada umumnya bersikap ramah dan sayang
terhadap orang yang menyayangi mereka. Agar menjadi emosi yang menyenangkan dan
dapat menunjang penyesuaian yang baik, kasih sayang harus terjadi dua arah, dan
saling berbalas. Sebaliknya jika kasih sayang hanya satu pihak maka anak akan
merasa ditolak dan dapat berakibat buruk bagi perkembangan emosinya.
Dalam pembelajaran tentang kasih sayang ini
peroses attachment juga sangat penting. Attachment adalah hubungan kasih sayang
pertama antara bayi dan kedua orang tuanya. Adanya ikatan kasih sayang ini
merupakan hal yang penting dalam perkembangan anak karena merupakan dasar
pembentukan pola hubungan dengan orang lain. Anak akan menyalurkan lagi pola
kasih sayang ini dan belajar membentuk persahabat dengan orang lain.
b. Empati
Empati adalah satu respons individu untuk
merasakan perasaan orang lain dengan cara seolah-olah ia yang mengalami
peristiwa tersebut atau dengan kata lain ia menempati posisi orang lain untuk
merasakan perasaan yang sama sebagai mana yang dikemukakan Stiwart, at.al
(1985), yaitu an empeashic responce is
one in which someone responce as if he or she were feeling what another person
in feeling.
Empati merupakan emosi yang kompleks. Sebagai
contoh, misalnya dalam peristiwa seorang anak yang menangis karena jatuh dari
sepeda, anak yang telah mengembangkan empatinya akan mendekati anak tersebut,
menepuk atau mengusap badannya, dan membantunya berdiri lalu memapahnya untuk
pulang. Ia mengerti rasa sakit yang diderita anak tadi dan memahami kebutuhan
anak tersebut. Berbeda dengan anak yang belum cukup usia atau belum
mengembangkan sikap empatinya, mungkin ia hanya akan menonton kejadian
tersebut, dan tidak tahu apa-apa yang harus dilakukannya.
c. Pengendalian
emosi
Seorang anak perlu di didik untuk dapat
mengendalikan emosinya, kemampuan ini berhubungan pula dengan kemampuan
penyesuaian diri dan mengendalikan tindakan yang disesuaikan dengan keadaan
yang dialaminya.
Jika berhasil mengendalikan emosinya, anak akan
merasa senang dan tenang jiwanya. Berikut ini adalah contoh penelitian yang
berhubungan dengan pengendalian emosi.
Dalam penelitian ini, sekelompok anak dikumpulkan.
Pada kelompok ini diberikan dua pilihan, mereka boleh angsung mengambil satu
permen yang enak lalu keluar ruangan atau menunggu beberapa menit, tetapi
mereka bisa mengendalikan dua permen. Kelompok langsung terbagi dua, mereka
yang langsung ingin mendapatkan permen (dan segera menghabiskannya) dan mereka
yang bersedia untuk mendapatkan dua permen. Setelah diamati bertahun-tahun
kemudian, anak-anak dari kelompok kedua ternyata berkembang menjadi anak
populer, menyenangkan, dan sukses dalam pergaulan sosial. Hal sebaliknya
terjadi pada kelompok pertama, yang membedakan mereka adalah anak dari kelompok
yang mau menunggu beberapa menit agar mendapatkan permen tambahan memiliki
keunggulan, yaitu mereka mampu menunda pemuasan keinginan. Kemampuan ini amat
penting dan harus dilatih pada anak sejak dini.
B. METODE PENGEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL AUD
Untuk membantu proses perkembangan emosi anak usia
dini, seorang
guru dapat melakukan beberapa metode pembelajaran berikut.
1. Bernyanyi
dan bermain musik
Musik itu berasal dari suara alam, binatang atau manusia.
Kehidupan manusia tidak bisa lepas dari pengaruh musik karena dalam diri
manusia sendiripun memiliki sumber musik, seperti pita suara ataupun degup
jantung yang mirip, seperti suara drum
band.
Musik memberikan dampak nyata pada perkembangan emosional
manusia. Oleh karena itu, bermain musik bagi anak sangat penting dan memberikan
pengaruh yang cukup kuat dalam pengembangan emosinya. Mahmud (1995) mengatakan
bahwa musik dapat menimbulkan rasa kesatuan dan persatuan, rasa kebangsaan,
rasa keagamaan, rasa kagum, rasa gembira, dan sebagainya. Musik dapat
memberikan kepuasan rohaniah dan jasmaniah. Manfaat musik yang lain diantaranya
adalah mendorong gerak pikir dan rasa, membangkitkan kekuatan dalam jiwa dan
membentuk watak. Musik menanamkan dalam jiwa manusia perasaan yang halus dan
budi yang halus. Lebih lanjut campbell (2001) mengatakan bahwa musik dapat
mengangkat suasana jiwa seseorang karena melalui musik, kasih sayang serta do’a
di dalam diri seseorang dapat dibangkitkan. Musik merupakan salah satu
instrumen atau media bagi seseorang untuk dapat merasakan kasih sayang,
keagungan ilahi, serta semesta alam, dan melakukan transformasi diri ke alam
spiritual.
2. Bermain
peran
Bermain peran adalah permainan yang dilakukan nak
dengan cara memerankan tokoh-tokoh, benda-benda, binatang ataupun tumbuhan yang
ada disekitar anak. Melalui permainan ini daya imajinasi, kreativitas, empati
serta penghayatan anak dapat berkembang. Anak-anak dapat menjadi apa punyang
diinginkannya dan ia juga dapat melakukan manipulasi terhadap objek, seperti
yang diharapkannya. Jika ia mengagumi ibunya, ia akan memerankan tokoh ibunya,
seperti yang biasa ia lihat. Namun, sebaliknya jika ia tidak menyukai tokoh
tertentu, ia tidak akan pernah menghadirkan tokoh tersebut dalam permainannya.
Kalaupun ia memerankannya maka ia akan merubah karakter tokoh tersebut menjadi
sosok seorang yang diinginkannya.
Dalam permainan ini anak dapat mengembangkan
kemampuan sosial emosional. Anak dapat mengekspresikan berbagai macam emosinya
tanpa takut, malu maupun ditolak oleh lingkungannya.ia juga dapat mengeluarkan
emosinya yang terpendam karena tekanan sosial. Dalam bermain peran seorang anak
dapat memainkan tokoh yang pemarah, baik hati, takut, penuh kasih, dan lain
sebagainya.
Dalam memahami drama anak-anak Harley (2000)
mendefinisikan bermain peran sebagai berikut.
“Bermain
peran adalah bentuk permaian bebas dari anak-anak yang masih muda. Adalah salah
satu cara bagi mereka untuk menelusuri dunianya, dengam meniru tindakan dan
karakter dari orang-orang yang berada disekitarnya. Ini adalah ekspresi paling
awal dari bentuk drama, namun tidak boleh disamakan dengan drama atau
ditafsirkan sebagai penampilan. Drama peran adalah sangat sementara, hanya
berlaku sesaat. Bisa berlangsung selama beberapa menit atau terus berlangsung
untuk beberapa waktu. bisa juga dimainkan berulang kali bila keterkaitan si
anak cukup kuat, tetapi bila ini terjadi maka pengulangan tersebut bukanlah
sebagai bentuk latihan. Melainkan adalah pengulangan pengalaman yang kreatif
untuk kesenangan rumit dalam melakukannya. Ia tidak memiliki awalan dan akhiran
dan tidak memiliki perkembangan dalam arti drama.”
3. Permainan
hand puppet
Hand puppet atau permainan dengan menggunakan
boneka tangan, merupakan salah satu permainan yang digemari anak-anak usia TK,
melalui permainan ini anak akan belajar berkomunikasi, berimajinasi,
mengekspresikan perasaannya dan meningkatkan kepercayaan dirinya. Untuk
melakukan permainan yang lebih menyenangkan anak, membutuhkan kawan dalam melakukannya
walaupun ada juga anak yang bermain sendiri dan berbicara sendiri memainkan
boneka tangannya. Namun, sekalipun permainan dilakukan anak sendirian, itu pun
tidak menjadi masalah selama anak tidak menolak teman-temannya. Dengan adanya
manfaat yang cukup besar dalam mengekspresikan emosi, sebagai trapis telah
menggunakan permainan hand puppet ini
untuk terapi. Dengan permainan ini anak-anak yang mengalami permasalahan
emosional pun dapat terbantu.
4. Latihan
relaksasi dan meditasi dengan musik
Rachmawati (1998) mengatakan bahwa peroses
relaksasi yang dilakukan pada anak cukup efektif untuk latihan pengenalan emosi
diri mereka sendiri atau terbentuknya keterampilan emotional awareness. Selain itu aktivitas meditatif dengan musik
dapat membantu proses kataris dimana individu mengeluarkan emosi-emosi yang
ditekan, menciptakan ketenangan, dan mendekatkan produktivitas pembelajaran
pada anak.
Proses pelaksanaannya cukup sederhana, guru hanya
memilihkan musik yang lembut dan disukai anak dan meminta anak untuk
mendengarkan dan menghayatinya dengan seksama. Untuk membantu proses
penghayatan, anak dapat diminta untuk mengambil posisi yang paling nyaman, ia
dapat duduk atau pun berbaring sambil memejamkan mata. Setelah proses
mendengarkan lagu selesai, guru dapat melakukan wawancara, atau memberikan
selembar kertas untuk mengevaluasi apa yang anak rasakan selama ia mendengarkan
lagu tadi. Dan jawaban anak sanagat beragam, diantaranya ada yang merasa sedih,
takut, bosan, teringat kembali saat ditinggalkan ibunya keluar negeri dan
sebagainya.
5. Bercerita
Bercerita bagi seorang anak adalah sesuatu yang
menyenangkan. Melalui cerita anak dapat mengembangkan imajinasinya menjadi apa
pun yang dia inginkan. Dalam cerita seorang anak dapat memperoleh nilai yang
banyak dan berarti bagi proses pembelajaran dan perkembangannya, termasuk
didalamnya perkembangan emosi dan sosialnya.
Selain melatih keterampilan membaca, bagi seoang
anak bercerita merupakan sesuatu petualangan besar. A Great Adventure, sebagaimana yang dikemukakan Graves (dalam
solehuddin, 2000) bercerita dapat juga berfungsi sebagai alat untuk mendukung
proses pembelajaran berbagi ilmu pengetahuan dan nilai pada anak. Cerita
tentang kura - kura dan kelinci, beauty and the beast, cerita tentang para nabi,
orang baik dan orang jahat, bawang putih – bawang merah, dan sejenisnya
merupakan ontoh lain dari penggunaan cerita untuk menanamkan nilai-nilai pada
anak.
Selanjutnya solehhudin (2000) dan hidayat (2003)
mengemukakan bahwa aktivitas berceruta juga dapat berfungsi untuk membangun
hubungan yang erat dengan anak. Melalui bercerita, para pendidik dapat
berinteraksi secara hangat dan akrab, terlebih lagi jika mereka dapat
menyelingi atau melengkapi cerita - cerita itu dengan unsur humor.
6. Permainan
gerak dan lagu
Permainan gerak dan lagu merupakan aktivitas
bermain musik sambil menari. Anak – anak sangat menyukai permainan ini terutama
jika kita memodifikasi lagu-lagu yang diperdengarkan. Teknik pelaksanaannya
sangat mudah, pertama kita dapat memutar musik kelasik di awal kegiatan,
anak-anak diminta gerak bebas mengikuti alunan musik. Tiba-tiba musik kita
matikan ditengah-tengah dan anak-anak pun berhenti bergerak dan berpura-pura
menjadi patung. Langkah berikutnya kita putar lagu yang kedua dari jenis musik
dangdut, dan anak pun bergerak bebas sesuai irama dangdut. Gerak anak-anak
tentu akan berbeda dengan lagu pertama tadi. Permainan di lanjutkan dengan pola
tersebut. Semangkin beraneka macam irama musik, kegiatan akan semangkin
menyenangkan, dan emosi anak semangkin terekspresikan. Di akhir kegiatan anak
dapat merasakan perasaan yang lega dan menyenangkan.
7. Permainan
feeling band
Menurut newcomb (1994) permainan feeling band atau
band perasaan adalah permainan menyembunyikan instrumen musik sesuai dengan
ekspresi perasaan. Alat musik yang digunakan sebaiknya jenis perkusi sehingga
anak dapat lebih mudah menggunakannya. Dalam permainannya ini guru berperan
sebagai konduktor. Ia dapat meminta anak untuk menyembunyikan alat musiknya
dengan ekspresi “marah”, “sedih”, “gembira” dan lain sebagainya. Anak-anak akan
mencoba memahami perasaan itu terlebih dahulu sebelum ia mengekspresikannya
melalui alat musik yang dipegangnya. Dalam pelaksanaanya sangat mungkin ada
anak yang mengalami kesulitan, namun karena kegiatan ini dilaksanakan secara
berkelompok, ia akan belajar pada anak yang lain. Permainan ini sangat membantu
anak untuk melakukan peroses katarsis, menyadari perasaan sendiri, dan
bersenang-senang.
8. Demonstrasi
Demonstrasi adalah kegiatan memberi contoh atau
memperlibatkan secara langsung dalam melakukan suatu perbuatan atau perilaku.
Dalam demonstrasi terkandung unsur showing,
doing, and feeling, yaitu perlihatkan, lakukan dan katakan sebagaimana yang
dipaparkan moeslichatoen (1999). Berkenaan dengan pengembangan emosi,
pembelajaran emosi dilakukan dengan cara mendemonstrasikan atau mengekspresikan
perasaan. Demonstrasi dapat dilakukan melalui kegiatan bercakap-cakap terlebih
dahulu, kemudian anak diminta untuk mendemonstrasikan emosi yang diminta.
Selain itu bermain pantonim juga dapat dilakukan sebagai permainan untuk
mendemonstrasikan ekspresi emosi anak. Contoh kegiatanyang lain, guru dapat
pula meminta anak untuk mendemonstrasikan berbagai ekspresi emosi secara
langsung, misalnya seorang guru mengajak anak-anak untuk tertawa bersama-sama,
kemudian menangis, marah, tersenyum dan lain sebagainya. Tujuan penerapan
metodde ini adalah untuk kataris atau mengeluarkan emosi yang ditekan, self awareness atau kesadaran terhadap
diri sendiri serta pengenalan terhadap berbagai bentuk emosi. Dalam metode ini
guru juga dapat menjelaskan harapan lingkungan dalam proses pengekspresian
emosi, misalnya guru bertanya, bolehkah mereka melempar mainan, piring dan
gelas pada saat mereka marah. Guru, kemudian menjelaskan alasannya dan apa yang
sebaiknya dapat mereka lakukan.
9. Permainan
personifikasi
Permainan personifikasi adalah permainan yang
dilakukan dengan cara meniru gerakan binatang atau tumbuhan seolah-olah mereka
hidup dengan cara hidup manusia. Dalam permainan ini anak dapat berpura-pura
menjadi rintik hujan, menjadi selembar daun yang terbang tertiup angin atau
pohon yang tumbang. Permainan ini membutuhkan perasaan yang halus dari anak.
Selain itu empati dan perhatian anak terhadap pola hidup makhluk lain juga
dilatih. Melalui permainan ini kepercayaan diri, kebebasan berekspresi,
kreativitas dan imajinasi anak ikut terkembangkan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pengembangan
emosi anak dapat di bentuk melalui metode pembelajaran seperti bernyanyi dan
bermain musik, bermain peran, permainan hand puppet, latihan relaksasi dan
meditasi dengan musik, bercerita, permainan gerak dan lagu permainan feeling
band, demonstrasi dan permainan personifikasi. Selain itu pengembangan emosi
anak juga dapat dibentuk dari lingkungan dimana anak itu tinggal. Karena dari
lingkungan anak juga mendapat pengalaman dan pristiwa-pristiwa penting yang
terjadi pada anak. Dan dari pengalaman dan pristiwa penting itu, kepribadian
anak juga akan terbentuk.
Maka dari itu, guru dan orang
tua harus mengembangkan perkembangan emosi anak dengan tepat dan baik, agar
perkembangan emosi anak berkembang sesuai tahap perkembangannya.
DAFTAR PUSTAKA
Elizabeth B. Hurlock.1996. psikologi Perkembangan. Suatu
Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Edisi kelima. Jakarta: Erlangga.
Elkin. D. 1981.
Child Development and Early Childhood Education: Where do we stand to day?
Young Children
Kostelnik,
Marjorie J. 1991. Theacing Young Children Using Themes. USA. Michigan
State University.
Nugraha, Ali.
2008. Kurikilum dan Bahan Belajar TK. Edisi 1. Cetakan 6. Jakarta:
Universitas Terbuka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar