Selasa, 27 November 2018

CONTOH MAKALAH Cara Terpadu Pengembangan Sosial Emosional Anak ”.


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji bagi Allah Pencipta dan Pemelihara Alam Semesta dan berkat rahmat karuniaNya. Sehingga saya dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah PENGEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL AUD”   dengan materi “Cara Terpadu Pengembangan Sosial Emosional Anak ”.
Terimakasih penulis ucapakan  kepada Dosen dan teman- teman yang telah memotivasi dan membantu dalam pembuatan makalah ini. Penulis menyadari ,bahwa makalah ini masih banyak kekurangan. oleh karena itu perlu kritik dan saran yang membangun. Akhir dari penutupan , saya berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya pada diri saya pribadi dan umumnya bagi para pembaca. Amiiin….

                                                                                    Serang,                    2018

 

 

 

     

 

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………..
DAFTAR ISI………………………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………
A.    Latar Belakang ………………………………………………………….........
B.     Rumusan masalah………..……………………………………………………….
C.     Tujuan  Makalah..…………………………………………………………….....
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………….     
1.Pengertian Pembelajaran Terpadu………………………..……………………
2.Pendekatan Sosial Emosional Anak Melalui Cara Terpadu…….……………..
       3.Pengembangan Sosial Emosional Melalui Kegiatan Rutin Terprogram,spontan              dan keteladanan ………………………………………………………………..
BAB III PENUTUP…………………………………………………………. ……..
a. Kesimpulan …………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….



1
1
1
1
2
2
3
4
5
6
7
7
7
8




 

 

 

 

 

 

BAB I
PENDAHULUAN

 

A. LATAR BELAKANG

Usia taman kanak-kanaksering sekali juga disebut sebagai “the golden age” atau masa emas (Masitoh, 2005). Oleh sebab itu pemerintah melalui Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 28 Ayat 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional menetapan bahwa “Taman Kanak-Kanak merupakan salah satu pendidikan anak usia dini yang diselenggarakan untuk mengembangkan kepribadian dan potensi diri anak sesuai dengan tahap perkembangannya”.

Seperti yang kita ketahui bersama bahwa belajar merupakan proses mental dan emosional atau proses berpikir dan merasakan. Seseorang di katakan belajar bila fikiran dan perasaanya aktif. Aktivitas pikiran dan perasaan itu sendiri tidak dapat di amati orang lain,akan tetapi terasa oleh yang bersangkutan (orang yang sedang belajar itu). Sedangkan pembelajaran merupakan upaya untuk mencapai tujuan atau kompetensi yang harus di kuasai siswa. Proses pembelajaran perlu di sesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa. Itu sebabnya proses pembelajaran di taman kanak-kanak berbeda dengan proses belajar di sekolah dasar atau denan tingkat pendidikan yang lainnya.
 B. RUMUSAN MASALAH
1.      Pengertian Pembelajaran Terpadu .
2.      Pengembangan Sosial Emosional Melalui Pendekatan Terpadu
3.      Pengembangan Sosial Emosional Melalui Kegiatan Rutin, Terprogram, Spontan, dan Keteladanan.
C. TUJUAN MASALAH
1.      Memahami Pengertian Pembelajaran Terpadu..
2.      Memahami Pengembangan Sosial Emosional Melalui Pendekatan Terpadu.
3.      Memahami Pengembangan Sosial Emosional Melalui Kegiatan Rutin, Terprogram, Spontan, dan Keteladanan.
BAB II
PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN PEMBELAJARAN  TERPADU
Pembelajaran terpadu merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam intra mata pelajaran maupun antar mata pelajaran. Dengan adanya pemaduan itu siswa akan memeroleh pengetahuan dan keterampilan secara utuh sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi siswa. Bermakna di sini memberikan arti bahwa pada pembelajaran terpadu siswa akan dapat memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan nyata yang menghubungkan antar konsep dalam intra mata pelajaran maupun antar mata pelajaran.
Beberapa pengertian dari pembelajaran terpadu yang dikemukakan oleh beberapa orang pakar pembelajaran terpadu diantaranya :
(1) menurut Cohen dan Manion (1992) dan Brand (1991), terdapat tiga kemungkinan variasi pembelajaran terpadu yang berkenaan dengan pendidikan yang dilaksanakan dalam suasana pendidikan progresif yaitu kurikulum terpadu (integrated curriculum), hari terpadu (integrated day), dan pembelajaran terpadu (integrated learning). Kurikulum terpadu adalah kegiatan menata keterpaduan berbagai materi mata pelajaran melalui suatu tema lintas bidang membentuk suatu keseluruhan yang bermakna sehingga batas antara berbagai bidang studi tidaklah ketat atau boleh dikatakan tidak ada. Hari terpadu berupa perancangan kegiatan siswa dari sesuatu kelas pada hari tertentu untuk mempelajari atau mengerjakan berbagai kegiatan sesuai dengan minat mereka. Sementara itu, pembelajaran terpadu menunjuk pada kegiatan belajar yang terorganisasikan secara lebih terstruktur yang bertolak pada tema-tema tertentu atau pelajaran tertentu sebagai titik pusatnya (center core / center of interest);
(2) Menurut Prabowo (2000 : 2), pembelajaran terpadu adalah suatu proses pembelajaran dengan melibatkan / mengkaitkan berbagai bidang studi.
a. Karakteristik Pembelajaran Terpadu
    Sebagai suatu proses, pembelajaran terpadu memiliki karakteristik sebagai berikut.
  1. Pembelajaran berpusat pada anak.
Pembelajaran terpadu dikatakan sebagai pembelajaran yang berpusat pada anak karena pada dasarnya pembelajaran terpadu merupakan suatu system pembelajaran yang memberikan keleluasaan pada siswa, baik secara individu maupun kelompok. Siswa dapat aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip dari suatu pengetahuan yang harus dikuasainya sesuai dengan perkembangannya.
  1. Menekankan pembentukan pemahaman dan kebermaknaan.
Pembelajaran terpadu mengkaji suatu fenomena dari berbagaimacam aspek yang membentuk semacam jalinan antar skemata yang dimiliki siswa,sehingga akan berdampak pada kebermaknaan dari materi yang dipelajari siswa. Hasil yang nyata di dapat dari segala konsep yang diperoleh dan keterkaitannya dengan konsep-konsep lain yang dipelajari dan mengakibatkan kegiatan belajar menjadi lebih bermakna. Hal ini diharapkan akan berakibat pada kemampuan siswa untuk dapat menerapkan perolehan belajarnya pada pemecahan masalah-masalah yang nyata dalam kehidupannya.
  1. Belajar Melalui Pengalaman Langsung
Siswa akan memahami hasil belajarnya sesuai dengan fakta dan peristiwa yang mereka alami,bukan sekedar informasi dari gurunya. Guru lebih banyak bertindak sebagai fasilitator dan katalisator yang membimbing ke arah tujuan yang ingin dicapai. Sedangkan siswa sebagai aktor pencari fakta dan informasi untuk mengembangkan pengetahuannya.
  1. Lebih memperhatikan proses daripada hasil semata.
Pada pembelajaran terpadu dikembangkan pendekatan discovery inquri (penemuan terbimbing) yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran yaitu mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai proses evaluasi. Pembelajaran terpadu dilaksanakan dengan melihat hasrat, minat, dan kemampuan siswa, sehingga memungkinkan siswa termotivasi untuk belajar terus menerus.

  1. Sarat dengan muatan keterkaitan
Pembelajaran terpadu memusatkan perhatian pada pengamatan dan pengkajian suatu gejala atau peristiwa dari beberapa mata pelajaran sekaligus, tidak dari sudut pandang yang terkotak-kotak. Sehingga memungkinkan siswa untuk memahami suatu fenomena pembelajaran dari segala sisi, yang pada gilirannya nanti akan membuat siswa lebih arif dan bijak dalam menyikapi atau menghadapi kejadian yang ada.

 b. Manfaat dan Tujuan Pembelajaran Tematik (Terpadu)
Pembelajaran tema memiliki banyak manfaat baik bagi anak maupun bagi guru. Manfaat tersebut antara lain:
1.      Meningkatkan perkembangan konsep anak;
2.     Memungkinkan anak-anak untuk mengeksplorasi pengetahuan melalui berbagai kegiatan;
3.      Meningkatkan keeratan kelompok anak;
4.      Membantu guru untuk mengembangkan kemampuan profesionalnya.
2. PENDEKATAN SOSIAL EMOSIONAL MELALUI PENDEKATAN TERPADU.
Pembelajaran Sosial emosional pada anak penting dikembangkan, karena terdapat beberapa hal mendasar yang mendorong untuk mempersiapkan mereka menghadapi kehidupan yang akan datang. Beberapa alasan tersebut diantaranya:
  1. Semakin kompleknya permasalahan kehidupan di sekitar anak, termasuk didalamnya perkembangan IPTEK yang banyak memberikan tekanan pada anak, dan mempengaruhi perkembangan emosi maupun sosial mereka.
  2. Penanaman kesadaran bahwa anak adalah investasi masa depan yang perlu dipersiapkan secara maksimal, baik aspek perkembangan emosi maupun keterampilan sosialnya
  3. Rentang usia emas tidaklah lama, maka diperlukan stimulasi dan fisilitas se optimal mungkin agar tidak ada satu fasepun yang terlewatkan
  4. Anak tidak mampu hidup dan berkembang dengan IQ semata tetapi EQ jauh lebih dibutuhkan sebagai bekal kehidupan mereka
  5. Telah tumbuh kesadaran pada setiap anak dan orang tua, tetantang tuntutan untuk dibekali dan memiliki kecerdasan sosial emosional sejak dini
Kecerdasan emosional merupakan usaha-usaha yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan kualitas emosional anak sehingga mampu disamping ia mampu mengenali perasaan diri sendiri, ia akan mampu mengenali perasaan orang lain, mampu memotivasi diri sendiri serta mampu mengelola emosi dan perilaku sosial yang lebih baik. Indikator mutu emosional tersebut meliputi; kualitas empati, kualitas dalam mengungkapkan dan memahami perasaan, mengalokasikan rasa marah, kemandirian, kemampuan menyesuaikan diri, disukai atau tidak, kemampuan memecahkan masalah antar pribadi, ketekunan dan kualitas kesetiakawanan..
Perhatian orang tua dan para pendidik pada kecerdasan emosional,tidak lepst dari pengaruh dimunculkannya beberapa pandangan dan teori yang menanggapi prinsip-prinsip Emotional Intellegence, yang dapat membawa dampak positip pada sebagian orang yakni semakin memperhatikan aspek perkembangan emosi anak disamping perkembanagn skoatisnya (proses belajar di sekolah)
a. Pengembangan Pendekatan Sosial Emosional 
1. Pendekatan terpadu
Karakteristik perkembangan anak TK bersifat holistik atau menyeluruh, atau terpadu, artinya antara aspek yang satu dengan yang lain saling berkaitan, aspek perkembangan yang satu mempengaruhi dan dipengaruhi oleh aspek perkembangan lainnya.
Pembelajaran yang cocok adalah pembelajaran terpadu dengan berbasis pada tema, karena melalui tema anak akan lebih mudah dalam membangun konsep tentang benda atau peristiwa yang ada dilingkungannya. Dengan pembelajaran terpadu sejak dini anak sudah terlatih mengaitkan informsi yang satu dengan lainnya sehingga seccara wajar dapat menghadapi situasi yang berbeda-beda serta sekaligus dapat belajar secara aktif dan terlibat langsung dalam kehidupan nyata , bahkan pembelajaran ini dapat menyentuh semua aspak kecerdasan anak.
2. Pendekatan rutin
Pendekatan ini sering juga disebut sebagai pembiasaan yang dilakkukan dengan cara penjadwalan secara terus menerus hingga pola perilaku yang diharapkan melekat menjadi kebiasaan positip pada setiap anak
3. Pendekatan terprogram
Pelaksanaan pendekatan ini dilakukan melalui kegiattan terprogram yang dibuat secara terncana, menjadi sasaran atau agenda utama saat program itu eilaksanakan. Pembelajaran dapat dirancang dalam silabus, baik untuk jangka waktu yang panjang maupun pendek (RKH/RKM) dll.
4. Pendekatan spontan
Yakni pembelajaran yang dikembangkan untuk menanggapi stimulus langsung dari anak sebagai konsekuensi konteks pembelajaran yang bersifat dinamis, terutama pada kelas TK. Penting dilakukan pembelajaran spontan karena pemberian efek kepuasan yang sangat tinggi pada anak
5. Pendekatan keteladanan
Yang dimaksudkan adalah pembelajaran yang ditampilkan melalui contoh-contoh yang baik dan menggunakan bebagai contoh yang telah diterima oleh masyarakat dan sesuai dengan standar serta sistm nilai tertentu. Pendekatan ini penting karena anak ussia TK merupakan peniru yang hebat dan meudah menyerap dari apa yang dilihatnya.
b. Sasaran Pengembangan Emosi di Taman Kanak-kanak
Sebagaimana teori belajar era Quantum yang menyatakan bahwa informasi yang memasuki otak akan menuju otak tengah. Otak tengah berfungsi sebagai semacam pusat pengarah. Jika memutuskan informasi penting, ia mengalihkan informasi tersebut ke “otak berpikir”. Fungsi otak tengah tidak hanya sebuah “pusat pengarah”, tetapi juga bagian otak yang mengendalikan emosi. Jadi jika informasi baru disampaikan dengan cara yang menyenangkan, maka seseorang dapat belajar dan mengingat dengan baik. Jika hal yang dipelajari memasukkan unsur wrna, ilustrasi, permainan dan iringan lagu, emosi terlibat secara positip sehingga orang akan belajar lebih baik.
Hal yang penting untuk diperhatikan dan dibutuhkan anak dalam upaya pengembangan emosi yang sehat adalah sebagai berikut:
  1. Rasa cinta dan kasih sayang
  2. Rasa saling memiliki
  3. Rasa diterima apa adanya
  4. Diberi kesempatan untuk mandiri dan membuat keputusan sendiri
  5. Rasa aman
  6. Diberi kepercayaan pada dirinya
  7. Diperlakukan sebagai seseorang yang mempunyai identitas.
Ada lima cara yang dapat dilakukan guru untuk membantu proses pengembangan emosi anak, yaitu kemampuan untuk mengenali emosi diri, kemampuan untuk mengelola dan mengeksprseikan emosi secara tepat, kemampuan untuk memotivasi diri, kemampuan untuk memahami perassaan orang lain dan kemampuan untuk membina hubungan dengan orang lain. Sedangkan materi pembelajaran emosi di taman kanak-kanak meliputi rasa cinta, kasih sayang, empati serta pengendalian emosi.
3.PENGEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL MELALUI KEGIATAN RUTIN,TERPROGRAM, SPONTAN DAN KETELADANAN.

a. Pengembangan  Melalui Kegiatan Rutin

 a.1.Pengertian

Perkembangan pada setiap anak dapat mengikuti suatu pola tertentu, yaitu suatu perilaku yang teratur, disiplin, dan baku berdasarkan penciptaan kondisi-kondisi secara optimal dalam lingkungannya. Artinya berbagai jenis dan pola perilaku tersebut dapat dikembangkan melalui penjadwalan secara terus-menerus, hingga pola perilaku yang diharapkan melekat pada anak secara kuat dan menjadi bagian perilaku positif yang dimilkinya.
a.2.Tujuan dan Fungsi
Tujuan dari penyediaan program atau kegiatan rutin adalah menyediakan suatu bentuk kegiatan yang dijadwalkan secara terus-menerus dan atau periodik yang diharapkan dapat berfungsi dalam pembentukan kebiasaan yang diperlukan anak prasekolah atau TK dalam berinteraksi, bersosialisasi dan bermasyarakat, sehingga pola perilaku tersebut dapat melekat pada anak secara lebih wajar (alamiah), tetapi tetap terencana dan terukur ketercapaiannya.
a.3. Ruang Lingkup Program
Kawasan pola perilaku yang dapat dikembangkan melalui kegiatan rutin dan pembiasaan, antara lain sebagai berikut :
  1. Berdoa sebelum dan sesudah melaksanakan kegiatan.
  2. Mengucapkan salam bila bertemu dengan orang lain.
  3. Tolong-menolong atau bergotong royong sesama teman.
  4. Tenggang rasa terhadap keadaan orang lain.
  5. Rapi dalam berpakaian, bertindak, dan bekerja.
  6. Bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan.
  7. Berlatih tertib dan patuh pada peraturan.
  8. Memusatkan perhatian dalam jangka waktu tertentu.
  9. Berani dan mempunyai rasa ingin tahu yang besar.
  10. Mencintai tanah air.
  11. Mengurus diri sendiri.
  12. Menjaga kebersihan lingkungan.
  13. Mengendalikan emosi.
  14. Dapat membedakan milik sendiri dan milik orang lain.
  15. Menunjukkan emosi yang wajar.
  16. Sopan santun.
  17. Menjaga keamanan diri.
  18. Dan sebagainya, sesuai dengan pola perilaku yang diharapkan terjadi dan dimiliki anak yang disesuaikan dengan lingkungan dimana anak tinggal dan berada, seperti tatacara makan, tatacara bertanya, dan sebagainya.
a.4.Contoh Pelaksanaan
Kegiatan : baris berbaris sebelum masuk kelas.
Kegiatan ini jika diorganisasikan secara baik oleh guru dan anak, akan membawa dampak yang cukup hebat pada pembentukan perilaku anak sebagai bekal kehidupannya di masyarakat, misalnya saja :
1)      Memiliki kebiasaan antri.
2)      Memiliki kebiasaan bergiliran.
3)      Menanamkan kesabaran sesuai dengan keharusannya.
4)      Menanamkan kebiasaan hidup tertib, rapi dan disiplin, dan sebagainya.
b. Pengembangan Melalui Kegiatan Terprogram
b.1. Pengertian
Pelaksanaan pengembangan melalui kegiatan terprogram adalah kegiatan yang dibuat secara terencana menjadi sasaran utama saat program itu dilaksanakan. Secara sederhana terprogram maksudnya adalah kegiatan yang menjadi agenda dan dirancang dalam silabus guru, baik untuk jangka waktu yang pendek maupun panjang, yaitu untuk satu hari, satu minggu, satu bulan, maupun lebih lama lagi.
Untuk pengembangan program yang membutuhkan satu hari, dapat dimasukkan ke dalam silabus harian (SKH), untuk program yang membutuhkan waktu satu minggu atau lebih, dimasukkan ke dalam silabus yang lebih besar (misal SKM), dan seterusnya. Program yang dikembangkan tentu mengacu pada kurikulum yang berlaku serta kebutuhan-kebutuhan anak, baik secara umum maupun secara khusus.

b.2. Tujuan dan Fungsi
Secara umum tujuan penembangan pembelajaran secara terprogram, supaya segala kemampuan yang dituangkan dalam kurikulum prasekolah dapat tercapai lebih optimal, sistematis, efektif, dan efisien. Sehingga program ini berfungsi dalam mencapai kegiatan yang lebih terukur, lebih produktif, dan lebih berkualitas. Adapun secara lebih khusus dengan pengembangan yang bersifat terprogram ini adalah :
1)      Anak dapat terfasilitasi secara lebih terarah dan professional dalam perkembangannya, karena kegiatan berdasarkan rancangan yang telah dipersiapkan secara matang sebelumnya.
2)      Kemajuan pengembangan anak lebih dapat terkontrol, terukur dan mengacu pada standar perilaku dan emosi yang berdasarkan karakteristik anak usia prasekolah.
3)      Berbagai bentuk gangguan perkembangan lebih mudah terdeteksi, sehingga berbagai tindakan baik preventif maupun kuratif dapat segera ditangani secara cepat, tepat, dan baik.
b.3. Ruang Lingkup Program
Secara umum ruang lingkup program untuk pengembangan perilaku ini sama seperti yang akan dikembangkan dalam kegiatan rutin. Tetapi akan menjadi berbeda isi programnya, jika rancangan program ditujukan pada anak tertentu atau sering disebut sebagai layanan individual, misalkan saja program untuk menangani anak yang mogok sekolah, program untuk menangani anak yang sulit berpisah dengan orang tua.
Dapat juga pembentukan dan peningkatan perilaku deprogram dalam kegiatan insidental, misalkan melalui pesantren kilat, perayaan hari besar keagamaan, kunjungan ke panti asuhan, dan sebagainya yang dianggap dapat menumbuh-kembangkan pola perilaku anak yang positif. Kesuksesan dari kegiatan yang terprogram ini ditentukan oleh beberapa faktor.
  1. Kematangan perencanaan, yaitu : perencanaan dibuat dan dipersiapkan dengan waktu yang cukup serta berisikan segala kebutuhan yang akan dilakukan dalam program itu.
  2. Kesiapan dukungan sarana, yaitu : kegiatan pembentukan perilaku akan semakin optimal jika sarananya tercukupi, jika program itu diluar sekolah, harus juga disediakan kendaraan yang cukup.
  3. Kesatuan tim kerja, yaitu : guru, staf, dan anak harus memiliki kesamaan sasaran. Bahkan jika melibatkan orang tua, peran mereka juga perlu dikomunikasikan agar semua orang yang terlibat mengerti hak dan kewajibannya secara baik.
b.4.Contoh Pelaksanaan
Program di sekolah
Rancangan program dapat mengikuti format yang digunakan kurikulum 2004. Kegiatan yang dilakukan dengan sosiodrama atau dengan bermain peran. Setiap anak diberikan peranmasing-masing sesuai tema dan judul cerita. Dengan kegiatan ini membuat anak mampu berkomunikasi secara lisan dengan baik, sopan, dan wajar dengan temannya.
Program di luar sekolah
Program dalam bentuk kunjungan atau bermain di luar sekolah, misalnya kunjungan ke panti asuhan. Dengan kegiatan ini membuat anak akan berempati pada orang lain, sehingga kegiatan ini dapat menjadi sarana pembentukan perilaku yang positif.
 c.Pengembangan Melalui Kegiatan Spontan
c. 1. Pengertian
Karakteristik anak yang yang masih rendah konsentrasinya, bersifat spontan, egosentris, dan masih labil emosi, serta masih terbatas keterampilan sosialnya, akan menjadikan pembelajaran dengan mereka menjadi sangat tinggi dinamikanya. Dengan ciri-ciri anak seperti itu akan banyak sekali hal-hal yang tidak diduga-duga muncul dalam pembelajaran. Seperti, saat proses pembelajaran berlangsung tiba-tiba terdengar suara pesawat terbang melintas diatas gedung sekolah. Mereka semua langsung menuju jendela dan pintu untuk melihatnya, ada yang melambai, ada yang berteriak, dan sebagainya. Alhasil mereka melupakan pelajaran dan merka akan langsung bertanya-tanya seputar pesawat terbang. Bagaimana guru dapat mengoptimalkan kegiatan spontan anak sehingga menjadi sebuah pembelajaran yang bermakna?
1) Guru harus memiliki kepekaan (sensitivity) yang cukup tinggi atas perilaku spontan yang dimunculkan anak.
2) Guru hendaknya memiliki kemampuan mereaksi perubahan pembelajaran secara cepat, semacam kemampuan darurat untuk merubah kondisi dan setting pembelajaran (emergent teaching) yang cepat, tepat dan sesuai dengan kebutuhan perilaku spontan yang akan berkembang.
3) Bersikaplah positif terhadap segala ekspresi emosi anak, sehingga akan lebih adil dalam menyikapi berbagai fenomena yang dimunculkan oleh anak.
4) Mampu mengendalikan pembelajaran pada kondisi yang wajar dan normal yang diterima oleh anak, sehingga gangguan belajar tidak berlangsung lama.
c.2.Tujuan dan Fungsi
Secara umum tujuan dari pembelajaran spontan adalah untuk meningkatkan apresiasi anak terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam setiap bidang pengembangan, karena pembelajaran disajikan dengan kejadian yang sangat nyata dan diminati oleh anak.
Pembelajaran yang baik akan berfungsi secara efektif dalam memenuhi kepuasan, menjaga minat dan motivasi, serta meningkatkan kebermaknaan belajar.
c.3. Ruang Lingkup Program
Untuk dapat memasuki kegiatan spontan yang efektif dan optimal, isi kurikulum harus telah dikuasai secara penuh oleh guru, sedah sesuai di luar kepala. Bila perlu, sosok guru mencerminkan kurikulum yang berlaku. Mengapa perlu demikian, karena kegiatan spontan terjadi dan dilakukan secara tiba-tiba, kesempatan untuk merencanakan secara sistematis menjadi tidak ada lagi waktunya. Jadi yang terbaik adalah guru menjadi kurikulum dimanapun ia berada, sehingga begitu kegiatan harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada.
d. Pengembangan Melalui Kegiatan Spontan
d.1.Pengertian
Karakteristik anak yang yang masih rendah konsentrasinya, bersifat spontan, egosentris, dan masih labil emosi, serta masih terbatas keterampilan sosialnya, akan menjadikan pembelajaran dengan mereka menjadi sangat tinggi dinamikanya. Dengan ciri-ciri anak seperti itu akan banyak sekali hal-hal yang tidak diduga-duga muncul dalam pembelajaran. Seperti, saat proses pembelajaran berlangsung tiba-tiba terdengar suara pesawat terbang melintas diatas gedung sekolah. Mereka semua langsung menuju jendela dan pintu untuk melihatnya, ada yang melambai, ada yang berteriak, dan sebagainya. Alhasil mereka melupakan pelajaran dan merka akan langsung bertanya-tanya seputar pesawat terbang. Bagaimana guru dapat mengoptimalkan kegiatan spontan anak sehingga menjadi sebuah pembelajaran yang bermakna?

1) Guru harus memiliki kepekaan (sensitivity) yang cukup tinggi atas perilaku spontan yang dimunculkan anak.
2) Guru hendaknya memiliki kemampuan mereaksi perubahan pembelajaran secara cepat, semacam kemampuan darurat untuk merubah kondisi dan setting pembelajaran (emergent teaching) yang cepat, tepat dan sesuai dengan kebutuhan perilaku spontan yang akan berkembang.
3) Bersikaplah positif terhadap segala ekspresi emosi anak, sehingga akan lebih adil dalam menyikapi berbagai fenomena yang dimunculkan oleh anak.
4) Mampu mengendalikan pembelajaran pada kondisi yang wajar dan normal yang diterima oleh anak, sehingga gangguan belajar tidak berlangsung lama.

d.2.Tujuan dan Fungsi
Secara umum tujuan dari pembelajaran spontan adalah untuk meningkatkan apresiasi anak terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam setiap bidang pengembangan, karena pembelajaran disajikan dengan kejadian yang sangat nyata dan diminati oleh anak. Pembelajaran yang baik akan berfungsi secara efektif dalam memenuhi kepuasan, menjaga minat dan motivasi, serta meningkatkan kebermaknaan belajar.

d.3.Ruang Lingkup Program
Untuk dapat memasuki kegiatan spontan yang efektif dan optimal, isi kurikulum harus telah dikuasai secara penuh oleh guru, sedah sesuai di luar kepala. Bila perlu, sosok guru mencerminkan kurikulum yang berlaku. Mengapa perlu demikian, karena kegiatan spontan terjadi dan dilakukan secara tiba-tiba, kesempatan untuk merencanakan secara sistematis menjadi tidak ada lagi waktunya. Jadi yang terbaik adalah guru menjadi kurikulum dimanapun ia berada, sehingga begitu kegiatan harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada.
e. Pengembangan Melalui Kegiatan Keteladanan
e.1.Pengertian
Pembelajaran dengan teladan adalah pembelajaran melalui contoh-contoh yang baik, dapat diterima oleh masyarakat, sesuai dengan standar dan sistem nilai yang berlaku. Dengan demikian, contoh menjadi orang baik, seharusnya disahului oleh para guru, karena metode ini efektif melalui proses peniruan dan percontohan.
e.2.Tujuan dan Fungsi
Tujuan dari pembelajaran teladan adalah untuk mengarahkan anak pada berbagai contoh pola perilaku yang dapat diterima oleh masyarakat, dengan cara menampilkannya langsung dihadapan atau dalam kehidupan bersama anak. Pembelajaran teladan disajikan secara wajar dan alamiah, sehingga fungsi pembelajaran ini untuk membentuk karakter dan perilaku dasar yang dapat diterima menjadi efektif.
e.3. Ruang Lingkup Program
Program dan isinya yang dapt ditularkan kepada anak terkait dengan pengembangan cukup luas cakupannya. Tetapi secara umum keteladaan yang dapat ditularkan kepada anak meliputi.
1) Keteladanan dalam beribadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing, seperti: abad berdoa, abad shalat, abad membaca kitab suci, dan sebagainya.
2)  Keteladanan dlaam berhubungan dengan orang lain, seperti: cara menyapa, cara meminta, cara berkomunikasi, tatakrama, sopan santun, mengendalikan marah, dan lain-lain.
3)  Keteladanan dalam bekerja dan menyelesaikan masalah, seperti: bersabar, semangat, menjaga kondisi kerja, displin, dan sebagainya.
4)   Teladan dalam berpakaian atau berbusana, seperti: berpakaian kerja, berpakaian pesta, berpakaian ibadah, termasuk: menggunakan sepatu, make up, dan sebagainya.
5)   Teladan gaya hidup: tidak boros, mandiri, sederhana, tidak berfoya-foya, dan sebagainya.
6)  Teladan cara belajar: sikap belajar, pemanfaatan waktu belajar, abad belajar, dan sebagainya.
7)      Keteladanan dalam menyikapi lingkungan: buang sampah pada tempatnya, memberikan selokan sekolah oleh para guru dan diikuti oleh anak, dan sebagainya.
8)      Dan masih banyak yang lainnya, sesuai dengan perkembangan budaya dan kebutuhan isi keteladanan yang diperlukan oleh anak.
e.4.Contoh Pelaksanaan
1)      Hasil belajar: Anak memiliki kebiasaan membuang sampah pada tempatnya.
2)      Kegiatan
Sediakanlah tempat sampah didalam kelas, meskipun sebelumnya tidak ada. Lalu apapun yang menyangkut sampah, hendaklah para guru membuangnya ketempat sampah. Keteladanan tidak bisa sebentar, hendaklah kegiatan itu dilakukan dalam periode yang panjang, biala perlu sepanjang tahun.







BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan.
Pembelajaran terpadu merupakan suatu pendekatan dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam intra mata pelajaran maupun antar mata pelajaran. Dengan adanya pemaduan itu siswa akan memeroleh pengetahuan dan keterampilan secara utuh sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi siswa.
1. Semakin kompleknya permasalahan kehidupan di sekitar anak, termasuk didalamnya perkembangan IPTEK yang banyak memberikan tekanan pada anak, dan mempengaruhi perkembangan emosi maupun sosial mereka.
2. Penanaman kesadaran bahwa anak adalah investasi masa depan yang perlu dipersiapkan secara maksimal, baik aspek perkembangan emosi maupun keterampilan sosialnya
3. Rentang usia emas tidaklah lama, maka diperlukan stimulasi dan fisilitas se optimal mungkin agar tidak ada satu fasepun yang terlewatkan
4. Anak tidak mampu hidup dan berkembang dengan IQ semata tetapi EQ jauh lebih dibutuhkan sebagai bekal kehidupan mereka
5. Telah tumbuh kesadaran pada setiap anak dan orang tua, tetantang tuntutan untuk dibekali dan memiliki kecerdasan sosial emosional sejak dini.
Pengembangan sosial emosional melalui kegiatan rutin,terprogram, spontan dan keteladanan.


 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Bredekamp, Sue. 1987. Developmentally Appropriate Practice in Early Childhood Program Serving Children from Birth through Age 8. Washington: Nasional Association for Education of Young Children.
Depdiknas. Naskah Akademi KBK. Jakarta. Pusat Kurikulum.
Depdiknas. Pelayanan Profesional KBK: Semua Model &Bidang Pengembangan. Jakarta. Pusat Kurikulum.
Elizabeth B. Hurlock.1996. psikologi Perkembangan. Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Edisi kelima. Jakarta: Erlangga.
Elkin. D. 1981. Child Development and Early Childhood Education: Where do we stand to day? Young Children
Kostelnik, Marjorie J. 1991. Theacing Young Children Using Themes. USA. Michigan State University.
Nugraha, Ali. 2008. Kurikilum dan Bahan Belajar TK. Edisi 1. Cetakan 6. Jakarta: Universitas Terbuka

Tidak ada komentar:

TAKSONOMI BERPIKIR

KATA PENGANTAR Alhamdulillah segala puji bagi Allah Pencipta dan Pemelihara Alam Semesta yang telah menerangi hambanya yang takwa de...