KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala
puji bagi Allah Pencipta dan Pemelihara Alam Semesta yang telah menerangi
hambanya yang takwa dengan cahaya yang mendekatkan kepada-Nya. Sehingga saya
dapat menyelesaikan tugas pembuatan Makalah PROSES PEMBELAJARAN AUD
Solawat serta salam
tetap tersanjungkan kepada junjungan kita nabi besar Muhammad Saw yang mana
beliaulah yang telah membawa umatnya dari zaman jahiliyah menuju zaman
Islamiah. Saya sadar bahwa keberhasilan saya dalam menyusun makalah ini tidak
terlepas dari doa orang tua dan teman – teman semua. Akhir dari penutupan
pengantar, saya berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya pada
diri saya pribadi dan umumnya bagi para pembaca. Amiiin….
Serang, November 2018
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR……………………………………………………………..
DAFTAR ISI……………………………..…………………………………………
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………
A.Latar Belakang …………………………………………………….........…….
B.Rumusan Masalah……………….…………………………………........…….
C.Tujuan makalah………………………………………………………………..
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………….…
1. Proses Pembelajaran Anak usia dini……..………..……………………….….
2. Tujuan dan fungsi Pembelajaran Anak usia dini.……..…….……………..….
a. Jenis
Pelayanan PAUD……………………………………………………..
b. Sistem
Penyelenggaraan PAUD…………………………………………….
3. Prinsip- prinsip Penyelenggaraan Anak usia
dini……..…………………….
4. Mengoptimalkan Potensi lingkungan Anak usia dini………..……………..
a.Pengaruh lingkungan sebagai sumber
belajar………………………….........
b.Jenis- jenis lingkungan sumber belajar……………………………………...
BAB III PENUTUP…………………………………………………………. ……..
A.
Kesimpulan ……………………………………………………………………...
Daftar Pustaka………………………………………………………………. ….…..
|
1
2
3
3
4
4
5
5
7
8
8
9
11
11
14
16
16
18
|
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Indonesia dihadapkan pada tantangan untuk menyiapkan masyarakat menuju
era baru, yaitu globalisasi yang menyentuh semua aspek kehidupan. Dalam era
global ini seakan dunia tanpa jarak. Komunikasi dan transaksi ekonomi dari
tingkat lokal hingga internasional dapat dilakukan sepanjang waktu. Demikian
pula nanti ketika perdagangan bebas sudah diberlakukan, tentu persaingan dagang
dan tenaga kerja bersifat multi bangsa. Pada saat itu hanya bangsa yang
unggullah yang anak mampu bersaing.
Pendidikan merupakan modal dasar untuk menyiapkan insan yang
berkualitas. Menurut Undang-undang Sisdiknas Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Menurut UNESCO pendidikan hendaknya dibangun dengan empat pilar, yaitu learning
to know, learning to do, learning to be, dan learning to live together.
Pada hakikatnya belajar harus berlangsung sepanjang hayat. Untuk
menciptakan generasi yang berkualitas, pendidikan harus dilakukan sejak usia
dini dalam hal ini melalui Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), yaitu pendidikan
yang ditujukan bagi anak sejak lahir hingga usia 6 tahun. Sejak
dipublikasikannya hasil-hasil riset mutakhir di bidang neuroscience dan
psikologi maka fenomena pentingnya PAUD merupakan keniscayaan. PAUD menjadi
sangat penting mengingat potensi kecerdasan dan dasar-dasar perilaku seseorang
terbentuk pada rentang usia ini. Sedemikian pentingnya masa ini sehingga usia
dini sering disebut the golden age (usia emas).
Dengan diberlakukannya UU No. 20 Tahun 2003 maka sistem pendidikan di
Indonesia terdiri dari pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan
menengah, dan pendidikan tinggi yang keseluruhannya merupakan kesatuan yang
sistemik. PAUD diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar. PAUD dapat
diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan/atau informal.
PAUD pada jalur pendidikan formal berbentuk Taman Kanak-kanak (TK), Raudatul
Athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat. PAUD pada jalur pendidikan
nonformal berbentuk Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA), atau
bentuk lain yang sederajat. PAUD pada jalur pendidikan informal berbentuk
pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan.
Dalam upaya pembinaan terhadap satuan-satuan PAUD tersebut, diperlukan
adanya sebuah kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi anak usia dini
yang berlaku secara nasional. Kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi
adalah rambu-rambu yang dijadikan acuan dalam penyusunan kurikulum dan silabus
(rencana pembelajaran) pada tingkat satuan pendidikan. Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan
oleh masing-masing satuan pendidikan.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu
proses pembelajaran AUD
2. Tujuan dan
fungsi pembelajaran AUD
3. Prinsip-prinsip
pembelajaran AUD
4. Mengoptimalkan
potensi lingkungan AUD
C. TUJUAN MASALAH
1. Memahami
apa itu proses pembelajaran AUD
2. Memahami
tujuan dan fungsi pembelajaran AUD
3. Memahami
prinsip-prinsip pembelajaran AUD
4. Memahami
mengoptimalkan potensi lingkungan AUD
BAB II
PEMBAHASAN
1. PROSES PEMBELAJARAN ANAK USIA
DINI
Pembelajaran berasal dari kata belajar,
yaitu suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoeh pengetahuan,
meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengukuhkan
kepribadian. Melalui pembelajaran ini harapannya ilmu akan bertambah,
keterampilan meningkat, dan dapat membentuk akhlak mulia.
Pendapat lain menyebutkan bahwa pembelajaran adalah suatu kegiatan yang
berupaya membelajarkan siswa secara terintegrasi dengan memperhitungkan faktor
lingkungan belajar, karakteristik siswa, karakteristik bidang studi serta
berbagai strategi pembelajaran baik penyampaian, pengelolaan, maupun
pengorganisasian pembelajaran. Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa pembelajaran ialah proses interaksi
peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Adapun anak usia dini dapat diartikan sebagai anak
yang berada pada masa usia 0-6 atau 0-8 tahun. Jadi pembelajaran anak usia dini
ialah proses pembelajaran yang ditujukan untuk anak usia 0-6 atau 0-8 tahun.
Pembelajaran ini dimaksudkan supaya anak usia dini dapat memperolehilmu
pengetahuan dan dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya dengan optimal.
dengan pemebelajaran pula, diharapkan dapat terjadi perubahan perilaku peserta
didik anak usia dini menjadi lebih baik.
Sebelum melakukan proses pembelajaran seorang
pendidik diwajibkan membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Tanpa
adanya rencana pelaksanaan pembelajaran akan berjalan tidak terarah dan akan
meluas ke mana-mana sehingga sulit untuk dipahami peserta didik dan akhirnya
tujuan pembelajaran pun tidak dapat tercapai dengan baik. Dalam menyusun RPP
perlu diperhatian prinsip-prinsip sebagai berikut:
1.Kompetensi yang dirumuskan dalam RPP harus jelas, semakin konkret
kompetensi semakin mudah diamati, dan semakin tepat kegiatan-kegiatan yang
harus dilakukan untuk membentuk kompetensi tersebut.
2.RPP harus sederhana dan fleksibel, serta dapat dilaksanakan dalam
kegiatan pembelajaran, dan pembentukan kompetensi peserta didik.
3.Kegiatan yang disusun dan dikembangkan dalam RPP harus menunjang dan
sesuai dengan kompetensi dasar yang akan diwujudkan.
4.RPP yang dikembangkan harus utuh dan menyeluruh, serta jelas
pencapaiannya.
5.Harus ada koordinasi antar komponen pelaksana program di sekolah,
terutama apabila pembelajaran dilaksanakan secara tim (team teaching) atau
dilaksanakan di luar kelas, agar tidak mengganggu jam-jam pelajaran yang lain.
Selain
itu dalam penyusunan RPP harus mengacu pada kurikulum yang ada, seperti standar
kompetensi dan kompotensi dasar.sebagi rujukan dalam pembuatan RPP, ada empat
hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
1.Standar Kompetensi Lulusan (SKL), hal ini digunakan sebagai rujukan
dalam merumuskan tujuan pembelajaran serta evaluasi hasil belajar dan
pembelajaran yang dicapai siswa.
2.Standar isi hal ini digunakan sebagai rujukan dalam merumuskan ruang
lingkup serta kedalaman materi yang akan dibahas dalam kegiatan belajar dan
embelajran yang sedang dirancang.
3.Standar sarana, hal ini digunakan untuk merumuskan teknologi
pendidikan yang digunakan dalam belajar dan pembelajaran termasuk peralatan
media dan peralatan praktik.
4.Standar proses, hala ini dijadikan rujukan dalam merancang model dan
dan metode yang melibatkan siswa dalam kegiatan yang akan dilaksanakan oleh
siswa dalam pembelajaran.
Selain
melakukan perencanan pembelajaran, seorang pendidik harus menyiapakan kelas
untuk kegiatan pembelajaran dengan baik. Berikut model-model pembentukan kelas:
a.Bentuk U
Kelebihan bentuk ini setiap siswa dapat
memperhatikan dan menyimak materi pembelajaran yang dibwakan atau disampaikan
oleh guru, seperti memutar film atau mendengarkan penjelasan guru.
b.Bentuk Kelompok
Bentuk ini sangat baik bila diterapkan untuk
pembelajaran yang sifatnya diskusi atau menyelesaikan masalah dengan cara
pembagian kelompok. Kelebihan bentuk ini adalah peserta didik dalam satu
kelompok dapat saling berinteraksi lebih dekat dan dapat memupuk rasa kerja
sama.
c.Bentuk Melingkar
Bentuk ini memberikan kedekatan antara siswa yang
satu dengan yang lain. Bentuk kelas melingkar sangat cocok digunakan dalam
pembelajaran bercerita dan bernyanyi.
d.Bentuk Konferensi
Bentuk konferensi merupakan pembentukan kelas
seperti bentuk melingkar, akan tetapi bentuk ini di tengah-tengahnya terdapat
meja yang digunakan untuk menulis. Selain itu, melingkarnya juga tidak sempurna
karena harus menyesuaikan dengan bentuk meja belajar.
e.Bentuk
Klasikal
Bentuk klasikal adalah pembentukan kelas secara
tradisional yang bisa diterapkan di sekolah-sekolah pada umumnya. Bentuk kelas
seperti ini bisa digunakan untuk jumlah siswa yang sangat banyak sehingga perlu
membutuhkan ruang yang cukup luas dan ditata sedemikian rupa. Meskipun untuk
pembelajaran kurang begitu efektif untuk mengaktifkan peserta didik.
f.Bentuk Acak
Bentuk acak ialah pembentukan kelas dengan cara
tidak teratur. Artinya, peserta didik dapat memilih dan menentukan duduknya
masing-masing. Pembentukan kelas ini biasanya digunakan pada siswa yang
melakukan pembelajaran melalui bermain. Di mana anak melakukan permainannya di
situlah tempat ia melangsungkan pembelajaran, seperti di taman, di halaman
maupun ruang sekolah.
2. TUJUAN dan FUNGSI PEMBELAJARAN AUD
Secara umum, tujuan pendidikan anak usia dini adalah mengembangkan
berbagai potensi anak sejak dini sebagai persiapan untuk hidup dan dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Pendidikan anak pun bisa dimaknai
sebagai usaha mengoptimalkan potensi-potensi luar biasa anak yang bisa
dibingkai dalam pendidikan, pembinaan terpadu, maupun pendampingan.
FUNGSI PAUD
Fungsi
pendidikan anak usia dini secara umum adalah :
- Mengenalkan peraturan dan menanamkan disiplin pada anak
- Mengenalkan anak pada dunia sekitar
- Menumbuhkan sikap dan perilaku yang baik
- Mengembangkan kemampuan berkomunikasi dan bersosialisasi
- Mengembangkan keterampilan, kreativitas, dan kemampuan yang dimiliki anak
- Menyiapkan anak untuk memasuki pendidikan selanjutnya.
a. Jenis Pelayanan PAUD
Dibanding dengang perkembangan model dan jenis PAUD di berbagai negara
maju dan berkembang lainnya, PAUD di Indonesia memiliki keunikan khusus yang
agak berbeda dengan di luar negeri. Karena di luar negeri PAUD pada umumnya
hanya dibedakan menjadi 2 (dua) macam yaitu Kindergarden atau Play Group dan
Day Care, sedang di Indonesia menjadi 4 (empat) macam yaitu :
- Taman Kanak-Kanak (Kindergarten)
- Kelompok Bermain (Play Group)
- Taman Penitipan Anak (Day Care)
- PAUD sejenis (Similar with Play Group)
b. Sistem Penyelenggaraan PAUD
Penyelenggaraan PAUD di negara lain semata-mata hanya menstimulasi
kecerdasan anak secara komprehensif dan pengasuhan terhadap anak, karena aspek
kecerdasan yang dikembangkan hanya meliputi kecerdasan intelektual, emosional,
estetika, dan social serta pengasuhan. Sedang di Indonesia potensi kecerdasan
tersebut diberikan juga pendidikan untuk mengembangkan potensi kecerdasan
spiritual yang dilaksanakan melalui pendekatan olah pikir, olah rasa, dan olah
raga. Di samping itu, juga diberikan pengetahuan dan pembinaan terhadap kondisi
kesehatan dan gizi peserta didik. Oleh karena itu, penyelenggaraan PAUD di Indonesia
disebut penyelenggaran PAUD secara “Holistik dan Integratif”
3. PRINSIP PRINSIP PEMBELAJARAN PAUD
a. Bermain Sambil Belajar atau Belajar Seraya Bermain
·
Bermain merupakan kegiatan yang paling diminati
anak. Saat bermain anak melatih otot besar dan kecil, melatih
keterampilan berbahasa, menambah pengetahuan, melatih cara mengatasi masalah,
mengelola emosi, bersosialisasi, mengenal matematika, sain, dan banyak hal
lainnya.
·
Bermain bagi anak juga sebagai pelepasan energi,
rekreasi, dan emosi. Dalam keadaan yang nyaman semua syaraf otak dalam keadaan
rileks sehingga memudahkan menyerap berbagai pengetahuan dan membangun
pengalaman positif.
·
Kegiatan pembelajaran melalui bermain
mempersiapkan anak menjadi anak yang senang belajar.
b. Berorientasi pada Kebutuhan Anak
Anak sebagai pusat pembelajaran. Seluruh kegiatan
pembelajaran di rencanakan dan dilaksanakan untuk mengembangkan potensi anak.
Dilakukan dengan memenuhi kebutuhan fisik dan psikis anak. Kegiatan
pembelajaran dilaksanakan dengan cara yang menyenangkan sesuai dengan cara
berpikir dan perkembangan kognitif anak. Pembelajaran PAUD bukan berorientasi
pada keinginan lembaga/guru/orang tua.
c. Stimulasi Terpadu
Anak memiliki aspek moral, sosial, emosional,
fisik, kognitif, bahasa, dan seni. Kebutuhan anak juga mencakup kesehatan,
kenyamanan, pengasuhan, gizi, pendidikan, dan perlindungan. Pendidikan Anak
Usia Dini memandang anak sebagai individu utuh, karenanya program layanan PAUD
dilakukan secara menyeluruh dan terpadu. Untuk memenuhi stimulasi yang
menyeluruh dan terpadu, maka penyelenggaraan PAUD harus bekerjasama dengan
layanan kesehatan, gizi, dan pendidikan orang tua. Dengan kata lain layanan
PAUD Holistik Integratif menjadi keharusan yang dipenuhi dalam layanan PAUD.
d. Berorientasi pada Perkembangan Anak
Setiap anak memiliki kecepatan dan irama
perkembangan yang berbeda, namun demikian pada umumnya memiliki tahapan
perkembangan yang sama. Pembelajaran PAUD, pendidik perlu memberikan kegiatan
yang sesuai dengan tahapan perkembangan anak, dan memberi dukungan sesuai
dengan perkembangan masing-masing anak. Untuk itulah pentingnya pendidik
memahami tahapan perkembangan anak.
e. Lingkungan Kondusif
·
Lingkungan adalah guru ketiga bagi anak. Anak
belajar kebersihan, kemandirian, aturan, dan banyak hal dari lingkungan bermain
atau ruangan yang tertata dengan baik, bersih, nyaman, terang, aman, dan ramah
untuk anak.
·
Lingkungan pembelajaran harus diciptakan
sedemikian menarik dan menyenangkan serta demokratis sehingga anak selalu betah
dalam lingkungan sekolah baik di dalam maupun di luar ruangan.
·
Penataan ruang belajar harus disesuaikan dengan
ruang gerak anak dalam bermain sehingga anak dapat berinteraksi dengan mudah
baik dengan pendidik maupun dengan temannya.
·
Lingkungan belajar hendaknya tidak memisahkan anak
dari nilai-nilai budayanya, yaitu tidak membedakan nilai-nilai yang dipelajari
di rumah dan di sekolah ataupun di lingkungan sekitar.
f. Menggunakan Pendekatan Tematik
·
Kegiatan pembelajaran dirancang dengan menggunakan
pendekatan tematik.
·
Tema sebagai wadah mengenalkan berbagai konsep
untuk mengenal dirinya dan lingkungan sekitarnya.
g. Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan
(PAKEM)
- Proses pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif, efektif, dan menyenangkan dapat dilakukan oleh anak yang disiapkan oleh pendidik melalui kegiatan-kegiatan yang menarik, menyenangkan untuk membangkitkan rasa ingin tahu anak, memotivasi anak untuk berpikir kritis, dan menemukan hal-hal baru.
- Pengelolaan pembelajaran hendaknya dilakukan secara demokratis, mengingat anak merupakan subjek dalam proses pembelajaran.
h. Menggunakan Berbagai Media dan Sumber Belajar
·
Piaget meyakini bahwa anak belajar banyak dari
media dan alat yang digunakannnya saat bermain. Karena itu media belajar bukan
hanya yang sudah jadi berasal dari pabrikan, tetapi juga segala bahan yang ada
di sekitar anak, misalnya daun, tanah, batu-batuan, tanaman, dan sebagainya.
·
Penggunaan berbagai media dan sumber belajar
dimaksudkan agar anak dapat bereksplorasi dengan benda-benda di lingkungan
sekitarnya.
4.
MENGOPTIMALKAN LINGKUNGAN
PAUD
Peran guru sebagai fasilitator
dalam pelaksanaan pendidikan untuk anak usia dini harus mampu memberikan
kemudahan kepada anak untuk mempelajari berbagai hal yang terdapat dalam
lingkungannya.
Seperti kita ketahui bahwa anak
usia dini memiliki rasa ingin tahu dan sikap antusias yang kuat terhadap segala
sesuatu serta memliki sikap berpetualang serta minat yang kuat untuk
mengobservasi lingkungan. Ia memiliki sikap petualang yang kuat. Pengenalan
terhadap lingkungan di sekitarnya merupakan pengalaman yang positif untuk mengembangkan
minat keilmuan anak usia dini.
Pada bab ini akan dikaji
beberapa hal yang berkaitan dengan pentingnya pemanfaatan sumber belajar
lingkungan untuk anak usia dini yang diawali dngan pembahasan mengenai
pengertian lingkungan itu sendiri, dilanjutkan dengan penjelasan tentang
nilai-nilai lingkungan, jenis lingkungan, teknik menggunakan lingkungan dan
prosedur pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar untuk anak usia dini.
a.Pengertian Lingkungan Sebagai Sumber Belajar
Sebagai makhluk hidup, anak
selain berinteraksi dengan orang atau manusia lain juga berinteraksi dengan
sejumlah makhluk hidup lainnya dan benda-benda mati. Makhluk hidup tersebut
antara lain adalah berbagai tumbuhan dan hewan, sedangkan benda-benda mati
antara lain udara, air, dan tanah. Manusia merupakan salah satu anggota di
dalam lingkungan hidup yang berperan penting dalam kelangsungan jalinan
hubungan yang terdapat dalam sistem tersebut.
Dalam Kamus Umum Bahasa
Indonesia (KUBI) lingkungan diartikan sebgai bulatan yang melingkungi
(melingkari). Pengertian lainnya yaitu sekalian yang terlingkung di suatu
daerah. Dalam kamus Bahasa Inggris peristilahan lingkungan ini cukup beragam
diantaranya ada istilah circle, area, surroundings, sphere, domain, range,
dan environment, yang artinya kurang lebih berkaitan dengan keadaan atau
segala sesuatu yang ada di sekitar atau sekeliling.
Dalam literatur lain disebutkan
bahwa lingkungan itu merupakan kesatuan ruang dengan semua benda dan keadaan
makhluk hidup termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya serta makhluk hidup
lainnya. Lingkungan itu terdiri dari unsur-unsur biotik (makhluk hidup),
abiotik (benda mati) dan budaya manusia.
Memanfaatkan lingkungan sekitar
dengan membawa anak-anak untuk mengamati lingkungan akan menambah keseimbangan
dalam kegiatan belajar. Artinya belajr tidak hanya terjadi di ruangan kelas
namun juga di luar ruangan kelas dalam hal ini lingkungan sebagai sumber
belajar yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan fisik, keterampilan
sosial, dan budaya, perkembangan emosional serta intelektual.
1.
Perkembangan Fisik
Lingkungan sangat berperan dalam
merangsang pertumbuhan fisik anak, untuk mengembangkan otot-ototnya. Anak
memiliki kesempatan yang alami untuk berlari-lari, melompat, berkejar-kejaran
dengan temannya dan menggerakkan tubuhnya dengna cara-cara yang tidak terbatas.
Kegiatan ini sangat alami dan sangat bermanfaat dalam mengembangkan aspek fisik
anak.
Dengan pemanfaatan lingkungan
sebagai sumber beajarnya, anak-anak menjadi tahu bagaimana tubuh mereka bekerja
dan merasakan bagaimana rasanya pada saat mereka memanjat pohon tertentu,
berayun-ayun, merangkak melalui sebuah terowongan atau berguling di dedaunan.
2. Perkembangan aspek
keterampilan sosial
Lingkungan secara alami
mendorong anak untuk berinteraksi dengan anak-anak yang lain bahkan dengan
orang-orang dewasa. Pada saat anak mengamati objek-objek tertentu yang ada di
lingkungan pasti dia ingin mencritakan hasil penemuannya dengan yang lain.
Supaya penemuannya diketahui oleh teman-temnannya anak tersebut mencoba
mendekati anak yang lain sehinga terjadilah proses interaksi/hubungan yang
harmonis.
Anak-anak dapat membangun
kterampilan sosialnya ketika mereka membuat perjanjian dengan teman-temannya
untuk bergantian dalam menggunakan alat-alat tertentu pada saat mereka
memainkan objek-objek yang ada di lingkungan tertentu. Melalui kegiatan sepeti
ini anak berteman dan saling menikmati suasana yang santai dan menyenangkan.
3.Perkembangan aspek
emosi
Lingkungan pada umumnya
memberikan tantangan untuk dilalui oleh anak-anak. Pemanfaatannya akan
memungkinkan anak untuk mengembangkan rasa percaya diri yang positif. Misalnya
bila anak diajak ke sebuah taman yang terdapat beberapa pohon yang memungkinkan
untuk mereka panjat. Dengan memanjat pohon tersebut anak mengembangkan aspek
keberaniannya sebagai bagian dari pengembangan aspek emosinya.
Rasa percaya diri yang dimiliki
oleh anak terhadap dirinya sendiri dan orang lain dikembangkan melalui pengalaman
hidup yang nyata. Lingkungan sendiri menyediakan fasilitas bagi anak untuk
mendapatkan pengalaman hidup yang nyata.
4.
Perkembangan intelektual
Anak-anak belajar melalui
interaksi langsung dengan benda-benda atau ide-ide. Lingkungan menawarkan kepada
guru kesempatan untuk menguatkan kembali konsep-konsep seperti warna, angka,
bentuk dan ukuran.
Memanfaatkan lingkungan pada
dasarnya adalah menjelaskan konsep-konsep tertentu secara alami. Konsep warna
yang diketahui dan dipahami anak di dalam kelas tentunya akan semakin nyata
apabila guru mengarahkan anak-anak untuk melihat konsep warna secara nyata yang
ada pada lingkungan sekitar.
Demikian beberapa hal yang
berkaitan dengan dampak pemanfaatan lingkungan terhadap aspek-aspek
perkembangan anak. Namun guru juga harus memiliki pengetahuan, kemampuan, dan
keterampilan dalam mengembangkan pembelajaran anak dengan memanfaatkan
lingkungan sebagai sumber belajarnya. Adapun sumber belajar itu antara lain :
- Mengamati apa yang menarik bagi anak
Biasanya anak serius jika
menemukan sesuatu yang sangat menarik baginya. Bila guru melihat hal ini
berilah bimbingan kepada anak dengan cara menayakan apa yang sedang diamatinya.
Manfaat yang bisa diambil dari
kegiatan ini adalah anak dapat mengmbangkan kemampuan intelektualnya dengan
mengetahui berbagai benda yang diamatinya. Selain itu juga anak akan dapat
mengembangkan ketrampilan sosialnya yaitu dengan mengembangkan kemampuannya
dengan berinteraksi dengan orang dewasa dalam hal ini guru.
Upaya guru dengan mengamati apa
yang menarik bagi anak juga akan dapat mengembangkan emosi anak misalnya pada
saat anak mengungkapkan hal-hal yang menarik baginya, dia menunjukkan ekspresi
yang serius dan pandangan mata yang tajam. Kemampuan berbahsa anak juga akan
semakin meningkat jika guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya
mengungkapkan berbahasa anak, kosa katanya akan berkembang.
- Perhatikan dan gunakan saat yang tepat untuk mengajar
Memanfaatkan lingkungan sebagai
sumber belajar sebenarnya memberikan berbagai alternatif pendekatan dalam
membelajarkan anak. Hal tersebut disebabkan alternatif dan pilihan sumber
belajarnya sangat banyak. Dengan memanfaatkan lingkungan kegiatan belajar akan
lebih berpusat pada anak.
- Tanyalah anak dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan terbuka.
Memberikan pertanyaan kepada
anak-anak mendorong mereka untuk menjelaskan mengenai berbagai hal yang mereka
alami dan mereka lihat.
Pertanyaan yang bersifat terbuka
akan memacu anak untuk mengungkap berbagai hal yang diamatinya secara bebas
sesuai dengan kemampuan berbahasanya..
b. Jenis-Jenis Lingkungan Sebagai Sumber Belajar
Pada dasarnya semua jenis
lingkungan yang ada di sekitar anak dapat dimanfaatkan untuk mengoptimalkan
kegiatan pendidikan untuk anak usia dini sepanjang relevan dengan komptensi
dasar dan hasil belajar yang bisa berupa lingkungan alam atau lingkungan fisik,
lingkungan sosial dan lingkungan budaya atau buatan.
Lingkungan
alam
Lingkungan alam atau lingkungan
fisik adalah segala sesuatu yang sifatnya alamiah, seperti sumber daya alam
(air, hutan, tanah, batu-batuan), tumbuh-tumbuhan dan hewan (flora dan fauna),
sungai, iklim, suhu, dan sebagainya. Lingkungan alam sifatnya relatif menetap,
oleh karena itu jenis lingkungan ini akan lebih mudah dikenal dan dipelajari
oleh anak. Sesuai dengan kemampuannya, anak dapat mengamati perubahan-perubahan
yang terjadi dan dialami dalam kehidupan sehari-hari, termasuk juga proses
terjadinya.
Dengan mempelajari lingkungan
alam ini diharapkan anak akan lebih memahami gejala-gejala alam yang terjadi
dalam kehidupannya sehari-hari, lebih dari itu diharapkan juga dapat
menumbuhkan kesadaran sejak awal untuk mencintai alam, dan mungkin juga anak
bisa turut berpartisipasi untuk menjaga dan memelihara lingkungan alam.
Lingkungan sosial
Selain lingkungan alam
sebagaimana telah diuraikan di atas jenis lingkungan lain yang kaya akan
informasi bagi anak usia dini yaitu lingkungan sosial. Hal-hal yang bisa
dipelajari oleh anak usia dini dalam kaitannya dengan pemanfaatan lingkungan
sosial sebagai sumber belajar ini misalnya:
- mengenal adat istiadat dan kebiasaan penduduk setempat di mana anak tinggal.
- mengenal jenis-jenis mata pencaharian penduduk di sektiar tempat tinggal dan sekolah.
- Mengenal organisasi-organisasi sosial yang ada di masyarakat sekitar tempat tinggal dan sekolah.
- Mengenal kehidupan beragama yang dianut oleh penduduk sekitar tempat tinggal dan sekolah.
- Mengenal kebudayaan termasuk kesenian yang ada di sekitar tempat tinggal dan sekolah.
- Mengenal struktur pemerntahan setempat seperti RT, RW, desa atau kelurahan dan kecamatan.
Lingkungan
budaya
Di samping lingkungan budaya dan
lingkungan alam yang sifatnya alami, ada juga yang disebut lingkungan budaya
atau buatan yakni lingkungan yang sengaja diciptakan atau dibangun manusia
untuk tujuan-tujuan tertentu yang bermanfaat bagi kehidupan manusia. Anak dapat
mempelajari lingkungan buatan dari berbagai aspek seperti prosesnya,
pemanfaatannya, fungsinya, pemeliharaannya, daya dukungnya, serta aspek lain
yang berkenan dengan pembangunan dan kepentingan manusia dan masyarakat pada
umumnya.Agar penggunaan lingkungan ini efektif perlu disesuaikan dengan rencana
kegiatan atau program yang ada. Dengan begitu, maka lingkungan ini dapat
memperkaya dan memperjelas bahan ajar yang dipelajari dan bisa dijadikan
sebagai laboratorium belajar anak.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Jadi pembelajaran anak usia dini ialah proses pembelajaran yang
ditujukan untuk anak usia 0-6 atau 0-8 tahun. Pembelajaran ini dimaksudkan
supaya anak usia dini dapat memperolehilmu pengetahuan dan dapat mengembangkan
potensi yang dimilikinya dengan optimal.
Secara umum, tujuan pendidikan anak usia dini adalah mengembangkan
berbagai potensi anak sejak dini sebagai persiapan untuk hidup dan dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Pendidikan anak pun bisa dimaknai
sebagai usaha mengoptimalkan potensi-potensi luar biasa anak yang bisa
dibingkai dalam pendidikan, pembinaan terpadu, maupun pendampingan.
Fungsi pendidikan anak usia dini secara umum
adalah :
- Mengenalkan peraturan dan menanamkan disiplin pada anak
- Mengenalkan anak pada dunia sekitar
- Menumbuhkan sikap dan perilaku yang baik
- Mengembangkan kemampuan berkomunikasi dan bersosialisasi
- Mengembangkan keterampilan, kreativitas, dan kemampuan yang dimiliki anak
Prinsip prinsip
pembelajaran paud
a. Bermain Sambil
Belajar atau Belajar Seraya Bermain
b. berorientasi pada
kebutuhan anak
c. stimulasi terpadu
d. Lingkungan
kondusif
e. Menggunakan
pendekatan tematik
f.Pembelajaran PAKEM
g.Menggunakan
berbagai media dan bahan ajar
Pada dasarnya semua jenis
lingkungan yang ada di sekitar anak dapat dimanfaatkan untuk mengoptimalkan
kegiatan pendidikan untuk anak usia dini sepanjang relevan dengan komptensi
dasar dan hasil belajar yang bisa berupa lingkungan alam atau lingkungan fisik,
lingkungan sosial dan lingkungan budaya atau buatan.
DAFTAR PUSTAKA
Nurani
Yuliani sujiono. 2013. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. PT Indeks.
Jakarta
Ardy
Wiyani, Novan, Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini. 2014 Yokyakarta : Gava
Media.
John.w.santrok.
Perkembangan Anak, 2011 Jakarta. Erlangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar