KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam, yang telah menciptakan
manusia dengan keadaan sempurna, memberikan nikmat terbesar yakni iman dan
islam serta kesehatan. Shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW, beserta keluarganya, sahabatnya, tabi’in dan
seluruh umatnya yang istikomah mengikuti tuntunan dan teladannya sampai akhir
zaman.
Atas berkat Allah SWT kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “OPTIMALISASI
POTENSI ANAK”.
Seperti pepatah yang mengatakan tak ada gading yang tak retak, kami
menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini, masih banyak terdapat
kekeliruan, kami akan sangat
berterimakasih dan berbesar hati menerima saran dan kritik yang bersifat
membangun, bermanfaat bagi kesempurnaan pembuatan makalah berikutnya.
Serang, November 2018
Penyusun
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR.............................................................................................................
1
DAFTAR ISI...........................................................................................................................
2
BAB I
PENDAHULUAN......................................................................................................
3
A. Latar Belakang..............................................................................................................
3
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................
3
C. Tujuan............................................................................................................................
3
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................
4
A. Pengertian Optimalisasi................................................................................................
4
B. Pengertian Potensi Anak...............................................................................................
4
C. Mengoptimalisasikan Kecerdasan Anak Sejak Dini..................................................... 12
D. Cara Mengoptimalkan Potensi Anak............................................................................ 15
BAB III
PENUTUP................................................................................................................ 17
A. Kesimpulan................................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................. 19
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Anak usia dini merupakan masa keemasan
atau sering di sebut dengan Golden Age, masa inilah kegiatan
pembelajaran pada anak harus senantiasa berorientasi kepada kebutuhan anak dan
sebisa mungkin harus dioptimalkan dalam menggali potensinya. Anak usia dini adalah
anak yang sedang membutuhkan upaya-upaya pendidikan untuk mencapai optimalisasi
semua aspek perkembangan baik perkembangan fisik maupun psikis yang meliputi
perkembangan intelektual, bahasa, motorik dan sosio emosional. Optimalisasi
Tumbuh Kembang Anak Usia Dini dimulai dengan pembiasaan, keteladanan, dan
pembelajaran. We know nothing kita tidak tahu apa apa, berarti kita
harus memulai dari nol dan mencoba mencari tahu apa yang kita tidak tahu .
Betapa
pentingnya optimalisasi potensi anak dilakukan, kadang kita sebagai guru atau
orang tua bingung bagaimana cara mengoptimalisasi potensi anak tersebut.
B.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang dapat dirumuskan
beberapa permasalahan sebagai berikut :
1. Apa
yang dimaksud Optimalisasi ?
2. Apa
yang dimaksud dengan Potensi anak ?
3. Bagaimana
cara mengoptimalisasikan kecerdasan anak sejak dini ?
4. Bagaiman
cara mengoptimalkan kecerdasan anak ?
C.
TUJUAN PENULISAN
Sesuai dengan permasalahan yang dikemukakan, maka
tujuan penulisan makalah ini adalah sebagia berikut :
1. Mengetahui
Pengertian Optimalisasi
2. Mengetahui
Pengertian Potensi anak
3. Mengetahui
cara mengoptimalkan kecerdasan anak sejak dini.
4. Mengetahui
bagaimana cara mengoptimalkan Kecerdasan Anak.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN OPTIMALISASI
Pengertian
Optimalisasi Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia Optimalisasi adalah berasal
dari kata dasar optimal yang
berarti terbaik, tertinggi,
paling menguntungkan, menjadikan paling baik,
menjadikan paling tinggi,
pengoptimalan proses, cara, perbuatan mengoptimalkan (menjadikan paling
baik, paling tinggi, dan sebagainya) sehingga optimalisasi adalah
suatu tindakan, proses,
atau metodologi untuk
membuat sesuatu (sebagai sebuah desain, sistem, atau keputusan) menjadi
lebih/sepenuhnya sempurna, fungsional, atau lebih efektif.
-
Menurut
Machfud Sidik berkaitan
dengan Optimalisasi suatu tindakan/kegiatan
untuk meningkatkan dan
Mengoptimalkan. Untuk itu diperlukan intensifikasi dan
ekstensifikasi subyek dan obyek tertentu.
-
Menurut
Winardi (1996:363) optimalisasi
adalah ukuran yang
menyebabkan tercapainya
tujuan. Secara umum optimalisasi adalah pencarian nilai terbaik dari
yang tersedia
dari beberapa fungsi yang diberikan pada suatu
konteks.
B.
PENGERTIAN POTENSI ANAK
Ada
beberapa pengertian dari kata potensi yang secara umum maupun yang merupakan
pendapat dari para ahli. Arti dari kata potensi sendiri sangat mudah untuk anda
temukan melalui Google maupun media search engine yang lain. Secara umum
pengertian potensi adalah sebuah kemampuan dasar yang dimiliki manusia yang
sangat mungkin untuk dikembangkan, sehingga pada intinya potensi sendiri
berarti suatu kemampuan yang masih bisa dikembangkan menjadi lebih baik lagi.
Pada manusia sendiri sangat penting untuk memahami potensi diri sendiri,
sehingga anda dapat mengembangkan kemampuan yang tepat dan mendapatkan hasil
yang lebih maksimal. Dengan mengembangkan potensi diri anda akan menjadi lebih
bermanfaat dan akan merasa lebih hidup apabila anda benar-benar memahami potensi
diri dan mengembangkannya.
Pengertian Potensi Menurut Para Ahli
Ada
banyak sekali pakar yang mencoba mendeskripsikan arti kata dari Potensi, salah
satu pakar yang mencoba mendeskripsikan kata potensi.
-
Menurut Wiyono. Menurutnya potensi memiliki
arti kemampuan dasar dari seseorang yang masih terpendam dan menunggu untuk
dimunculkan menjadi kekuatan yang nyata. Dari pendapat Wiyono tersebut potensi
dapat diartikan sebagai kemampuan yang masih terpendam dan siap untuk
diwujudkan dan dapat dimanfaatkan dalam kehidupan manusia itu sendiri.
Sementara menurut Majdi potensi adalah kemampuan yang masih bisa di kembangkan
lebih baik lagi, secara sederhana potensi merupakan kemampuan terpendam yang
masih perlu untuk dikembangkan.
Ada
beberapa pakar lain yang mencoba menjelaskan pengertian potensi dengan lebih
baik, seperti misalnya
-
Menurut Endra K Pihadhi yang menjelaskan bahwa
potensi adalah suatu energi ataupun kekuatan yang masih belum digunakan secara
optimal. Dalam hal ini potensi diartikan sebagai kekuatan yang masih terpendam
yang dapat berupa kekuatan, minat, bakat, kecerdasan, dan lain-lain yang masih
belum digunakan secara optimal, sehingga manfaatnya masih belum begitu terasa.
-
Sedangkan Menurut Sri Habsari juga mencoba
menjelaskan arti dari kata potensi, yang mana menurutnya potensi adalah
kemampuan maupun kekuatan pada diri yang dapat ditingkatkan dan dikembangkan
menjadi lebih baik dengan sarana dan prasarana yang tepat dan baik.
Potensi sendiri ada beberapa macam dan
jenisnya, salah satu jenisnya adalah potensi berpikir. Potensi berpikir sendiri
dimiliki oleh semua manusia di dunia, hal ini membuat manusia dimungkinkan
untuk mempelajari hal-hal baru dan juga menghasilkan ide-ide dan juga pemikiran
baru ataupun informasi baru. Selain itu ada juga potensi fisik yang merupakan
potensi yang dimiliki manusia dalam sisi fisik yang biasanya dapat melakukan
gerakan yang efektif dan efisien. Orang yang memiliki potensi fisik akan mudah
mempelajari segala macam olahraga dan segala jenis permainan dalam olahraga
seperti sepakbola, bulu tangkis, dan lain sebagainya.
Ada beberapa ciri umum yang terdapat pada
kelompok anak usia dini, antara lain yaitu: penuh rasa ingin tahu; senang
membentuk dan memainkan benda-benda, berkeingingan meniru perilaku orang
dewasa, berkeinginan berkomunikasi dan berbagi pengalaman dengan orang lain;
berkeinginan untuk mengekspresikan diri
secara kreatif serta membutuhkan partisipasi dalam kegiatan fisik.
Dari ciri-ciri tersebut diatas, dibawah ini
akan diuraikan secara khusus tiga aspek perkembangan anak. Yaitu perkembangan
keterampilan motorik dan perubahan fisik, perkembangan bahasa dan kognisi serta
perkembangan emosi dan sosial.
1.
Perkembangan Keterampilan Motorik dan Perubahan
Fisik
Aspek perkembangan fisik – psikomotorik :
pertumbuhan fisik telah mencapai kematangan, anak mampu mengontrol tubuh dan
keseimbangan, melakukan berbagi aktifitas dan keterampilan fisik yang
berhubungan dengan berbagai variasi, memegang benda dan berjalan, membaca,
duduk dan mendengarkan dalam periode waktu yang cukup lama. Pertumbuhan fisik
berjalan lamban, rata-rata tinggi badan antara 105 cm – 129 cm dengan variasi
antara 10 cm hingga 20 cm, serta rata-rata berat badan antara 17 kg hingga 24
kg dengan variasi antara 2 kg hingga 10 kg.
Perkembangan motorik anak lebih
terkoordinasi terutama dengan tangan,
kaki dan mata. Siap mempelajari dan terlibat aktif dalam berbagai keterampilan
dan bermain olah raga formal seperti senam, renang, sepak-bola dan permainan
yang menggunakan alat Bantu. Keterampilan motorik kasar lebih dikuasai anak
laki-laki, sementara anak perempuan lebih menguasai keterampilan motorik halus.
Perkembangan motorik yang makin baik dan beragam memungkinkan anak mengenal dunia
secara fisik maupun simbolik secara lebih luas.
Kegiatan fisik penting bagi anak untuk
mengembangkan berbagai keterampilan serta upaya mengontrol dan mengekspresikan
kekuatan fisik. Keterlibatan dalam aktivitas fisik mendorong pertumbuhan rasa
aman, memperoleh tempat dalam kelompok teman sebaya dan konsep diri yang
positif. Aktivitas fisik merupakan hal utama bagi pertumbuhan kognitif secara
baik. Anak membutuhkan kegiatan fisik untuk membantu memahami berbagai konsep
abstrak, seperti orang dewasa memerlukan contoh dan ilustrasi untuk memahami
konsep yang tidak diketahui. Anak tergantung secara total terhadap pengalaman
pertama menangani sesuatu hal bagi perkembangan kognitif pada tahap yang lebih
tinggi.
Keterampilan fisik yang mendasar harus
dikembangkan secara terus menerus selama masa sekolah sebagai respon terhadap
minat, sikap fisik, pengalaman hidup anak, serta harapan orang lain. Anak
menggunakan keterampilan dalam berbagi situasi kompleks pada saat bermain.
Memfasilitasi anak bermain berarti memberi kesempatan penting yang diperlukan
dalam kehidupan.
2.
Perkembangan Bahasa dan Kognisi
Dilihat dari aspek perkembangan kognitif –
bahasa, kemampuan mental anak usia dini berada pada tahap pra-operasional
menuju operasional konkret. Anak memiliki kemampuan mental untuk berpikir
tentang sesuatu dan menyelesaikan permasalahan dengan pemikiran , karena telah
dapat memanipulasi objek-objek simbolik. Anak mampu membedakan secara jelas
antara fantasi dan realitas serta mampu menggunakan pemikiran untuk memberikan
penilaian atau membuat keputusan . Aktivitas mental terfokus pada hal yang
nyata, objek-objek yang dapat diukur oleh peristiwa-peristiwa. Anak membutuhkan
kesempatan untuk mengeksplorasi, berpikir tentang sesuatu, menggunakan symbol
kata nomor untuk melambungkan objek dan hubungan antara objek, serta
berkomunikasi dengan teman sebaya dan orang dewasa.
Kualitas kemampuan kognisi yang dimilki anak
ialah : (a) desentrasi (decentration), yakni memahami masalah yang berhubungan
dengan waktu; (b) sensitivitas transformasi (sensitivity of transformation),
yaitu memperhatikan dan mengingat secara signifikan objek serta menyimpan
ingatan dalam waktu yang lama; dan (c) reversibilitas (reversibility) atau
langkah awal memecahkan masalah dengan cara membayangkan kembali kondisi nyata
permasalahan .
Keterampilan kognitif yang dimiliki pada tahap
perkembangan ini adalah: klasifikasi, konservasi, merangkai / mengurut /
membandingkan, memahami perbedaan waktu, memahami hubungan tempat dan ruang,
mengorganisasi dan mengingat informasi, negasi, identifikasi, kompensasi, serta
membuat hipotesis sederhana. Anak memiliki kemampuan untuk mengkonstruksi
pengetahuan dari pengalaman.
Perkembangan bahasa ditandai dengan
pembendaharaan kata yang bertambah. Anak memahami arti atau makna kata,
menggunakan dan membuat kata berstruktur, menggunakan dua bahasa dengan
pemahaman masing-masing, memahami pandangan orang lianh, melakukan komunikasi/
percakapan dengan teman sebaya dan orang dewasa serta menggunakan kekuatan
komunikasi.
3.
Perkembangan Emosi dan Sosial
Perkembangan psikososial, emosional dan moral adalah
mengembangkan perasaan berkemampuan. Pengembangan perasaan berkemampuan menurut
anak untuk memiliki pengetahuan dan mengenal keterampilan dalam budayanya.
Penting bagi anak untuk mengembangakn hubungan
positif dengan teman sebaya dalam rangka mempromosikan kemampuan mengatasi
egosentris, memahami nilai proses demokratis, melakukan kompreomi, kerajsama,
kompetisi, kesehatan mental dan berfunbgsi sebagai anggota keluarga. Anak mulai
mengembangakan perasaan tentang diri dari pengalaman dan pengetahuan tentang
keunikan diri sebagai manusia, memiliki keyakianan , memahami sifat diri dan
belajar membedakan pemikiran dan perasaan mereka dari orang lain. Perasaan diri
yang positif mengembangkan konsep diri yang positif, memahami peran dan posisi
diri serta melakukan penyesuaian diri.
Pada usia enam tahun anak mulai
menginternalisasikan aturan-aturan moral berperilaku dan memiliki kata hati.
Tahapan pertimbangan moral anak berkembang dari perilaku baik, apabila dapat
saling memberi pada pertimbangan baik atas dasar hukum, Upaya Orangtua dalam
Meningkatkan Kecerdasan dan Kreativitas anak Unsur Penunjang Pengembangan
Kecerdasan. Setiap anak lahir dengan potensi tertentu dan kebutuhan perkembangan
yang perlu dipenuhi. Selain kebutuhan akan gizi dan kesehatan, anak memerlukan
lingkungan yang memberinya berbagai kesempatan dan kemungkinan untuk
mengembangkan potensi-potensi yang dimilikinya.
Perkembangan sesudah tahun pertama ditandai
oleh beberapa proses-proses yang fundamental. Tanda esensial, dalam
perkembangan usia 1-4 tahun, yaitu:
Pada permulaan periode ini, anak bisa duduk,
berdiri dan berjalan dengan bantuan. Selanjutnya anak dapat meloncat, memanjat,
merangkak dibawah meja dan kursi, dapat melakukan gerakan-gerakan yang kasar
dan halus dengan tangan, pada usia 4 tahun, tangan dan mata mulai bekerja sama
dalam koordinasi yang baik. Pada usia ini, tangan merupakan alat untuk
mengadakan eksplorasi keliling,pada usia 4 tahun, anak sudah dapat mengambil
bagian secara aktif dala percakapan di rumah, dan berkomunikasi dengan
teman-teman sebaya. Pada akhir periode ini, anak sudah mengerti nama-nama benda
dan dapat menanyakan nama benda yang belum diketahuinya, anak sudah mengerti
ruang dan waktu. Ia mulai mengerti perbedaan siang dan malam, mulai ada
pengertian akan norma-norma melalui kata-kata “baik”, “buruk”, “tidak boleh”,
“jangan”, dsb, anak sudah dapat membuat rencana, memikirkan apa yang akan
dilakukannya, adanya keinginan bergaul bersama orang dewasa, dan mampu untuk
bermain bersama dengan teman sebaya dan memperhatikan aturan-aturan yang ada.
(Prof. Dr. F.J. Monks dan Prof. Dr. A.M.P. Knoers dalam Prof. Dr. Siti Rahayu
Haditono)
Syamsu Yusuf (2004:156) menjelasknan bahwa anak
yang dibesarkan dalam keluarga akan sangat dipengaruhi oleh pola asuh yang
diterapkan pada keluarga tersebut. Bila anak diasuh dengan menggunakan pola
yang mengarahkan pada pribadi yang sehat mental maka anak akan cenderung memiliki
mental yang sehat, kontak yang berlebihan dengan anak; perawatan/pemberian
bantuan kepada anak dengan terus-menerus, meskipun anak sudah mampu merawat
dirinya sendiri; mengawasi kegiatan anak secara berlebihan; memecahkan masalah
anak Perasaan tidak aman, agresif dan dengki, mudah gugup, melarikan diri dari
kenyataan, sangat tergantung, ingin menjadi pusat perhatian, bersikap menyerah,
lemah dalam”ego strength”, aspirasi dan toleransi terhadap frustasi, kureang
mampu mengendalikan emosi, menolak tanggung jawab, kurang percaya diri, sudah terpengaruh,
peka terhadap kritik, bersikap ”yes men”, egois/selfish, suka bertengkar,
tromblemaker (pembuat onar), sulit dalam bergaul, mengalami ”homesick”
-
Premissiveness
Memberikan kebebasan untuk berpikir (berusaha),
menerima gagasan atau pendapat , membuat anak merasa diterima dan merasa kuat;
toleran dan memahami kelemahan anak; cenderung lebih suka memberi yang diminta
anak daripada menerima, pandai mencari jalan keluar, dapat bekerja sama,
percaya diri, penuntut dan tidak sabaran.
-
Rejection
Bersikap masa bodoh; bersikap kaku; kurang
mempedulikan kesejahterakan anak;menampilkan sikap permusuhan atau dominasi
terhadap anak
Agresif; subnissive (kurang dapat mengerjakan
tugas, pemalu, suka mengasingkan diri, mudah tersinggung dan penakut; sulit
bergaul; pendiam; sadis.
-
ascceptance
Memberikan perhatian dan cinta kasih kepada
anak; menempatkan anak dalam posisi yang penting didalam rumah; mengembangkan
hubungan yang hangat dengan anak; bersikap respek terhadap anak; mendorong anak
untuk menyatakan perasaan/pendapatnya; berkomunikasi dengan anak secara terbuka
dan mau mendengarkan masalahnya
Mau bekerjasama, bersahabat, royal, emosinya
stabil, ceria dan bersikap optimis, mau menerima tanggung jawab, jujur, dapat
dipercaya, memiliki perencanaan yang jelas untuk mencapai masa depan, bersikat
realistik.
-
Domination
Mendominasi anak
Bersikap sopan dan sangat hati-hati; pemalu,
penurut, inverior dan mudah bingung, tidak bisa bekerjasama.
-
Subnission
Senantiasa memberikan sesuatu yang diminta
anak; membiarkan anak berperilaku semaunya di rumah, tidak patuh; tidak
bertanggung jawab; agresif dan teledor; bersikap otoriter; terlalu percaya
diri.
-
Punitiveness/ overdiscipline
Mudah
memberikan hukuman; menanamkan kedisiplinan secara keras.
-
Implusif; tidak dapat mengambil keputusan;
nakal; sikap bermusuhan atau agresif.
Orangtua dan masyarakat mendambakan anak yang
cerdas, sehat, bermoral, berbudi pekerti luhur, ceria, mandiri dan kreatif.
Untuk tercapainya harapan itu maka perlu diupayakan beberapa faktor sebagai
berikut.
1.
Unsur Penunjang Pengembangan Kecerdasan
Panca Indra: Panca indra perlu dirangsang agar
anak memiiki ketajaman dan kemampuan mendeferensiasikan berbagai rangsang, otot-otot:
Anak perlu diberi kebebasan bergerak guna mengmbangkan kemampuan gerakan kasar
dan mengendalikan koordinasi geraknya, rasa ingin tahu: rasa ingin tahu merupakan
kebutuhan dasar yang perlu dipenuhi bahkan oleh anak usia dini sekalipun.
Mereka menyatakannya melalui gerak isyarat maupun pertanyaan. Oleh karena itu
orangtua dan mengasuh harus tanggap sehingga dapat memberikan rangsangan yang
tepat.
Bahasa: Ada empat tugas perkembangan bicara
yang perlu diperhatikan pengembangannya yaitu mengerti pembicaraan oranglain,
menyusun dan menambah pembendaharaan kata, menggabungkan kata menjadi kalimat,
serta pengucapan yang baik dan benar.
Intelegensi: Bila sejak dini seorang anak
dilatih belajar mengorganisasi berbagai informasi dan rangsangan yang
diterimanya, maka diharapkan anakakan menjadi tanggap dan cerdas.
2. Pengembangan Kreativitas Pada Anak Usia Dini
Dengan berkembangnya kemampuan bicara,
koordinasi sensomotorik dan daya pikir anak, maka seorang anak dapat
mengekspresikan semua gagasan yang ada dalam pikiran dan perasaannya baik dalam
bentuk verbal, grafis maupun perbuatan.
Torrance mengajukan beberapa saran
untukmenciptakan suasana kondusif untuk terjadinya ekspresi kreatif. Antara
lain dengan menghormati oertanyaan yang tidak biasa, menghormati ide imajinatif
dan kreatif, menunjukkan kepada anak bahwa ide anak memiliki makna, serta
menghindari tumbuhnya perasaan takut dinilai pada diri anak.
3. Upaya Meningkatkan Kecerdasan Kreativitas
Anak usia dini
Mengusahakan agara anak tetap sehat, memberi rangsangan pada seluruh
indera, memberi peluang agar anak senang bercakap-cakap, membaca, menyanyi,
menari, memberi cukup perhatian, kasih sayang dan rasa aman dalam takaran yang
tepat.
Terlibat dalam kegiatan anak secara wajar.
Usahakan agar anak menjadi pemimpin bagi dirinya sendiri, memberi kemudahan
dalam berbagai sarana untuk mengembangkan kcerdasandan krativitas, memberi
waktu dan suasana yang memungkinkan anak menyibukkan diri, berimajinasi dan
bereksperimen secara aman, memberi kesempatan bagi anak untuk menyalurkan
hasrat ingin tahu dan keinginan menjelajahi dunia luar selain keluarganya serta
memberi kesempatan untuk mencoba mengerjakan tugas yang sulit dan mengandung
resiko dalam batasan usianya.
C.
MENGOPTIMALISASIKA
KECERDASAN ANAK SEJAK DINI
Peran orangtua pada dasarnya anak-anak sebagai
generasi unggul tidak akan tumbuh dengan sendirinya. Mereka memerlukan
lingkungan subur yang sengaja diciptakan untuk itu, yang memungkinkan potensi
mereka tumbuh dengan optimal.
Orang tua memegang peranan penting menciptakan
lingkungan tersebut guna memotivasi anak agar dapat lebih siap dalam menghadapi
berbagai tantangan di era globalisasi. Ini semua dapat dimulai sejak masa bayi.
Suasana yang penuh kasih sayang, mau menerima anak apa adanya, menghargai
potensi anak, memberi rangsang-rangsang yang kaya untuk segala aspek perkembangan
anak, baik secara kognitif, afektif maupun psikomotorik, semua merupakan
jawaban nyata bagi tumbuhnya generasi unggul dimasa datang.
Memahami anak keberhasilan suatu pendidikan
sering dikaitkan dengan kemampuan para orang tua dalam hal memahami anak sebagai
individu yang unik, dimana setiap anak dilihat sebagai individu yang memiliki
potensi-potensi yang berbeda satusama lain namun saling melengkapi dan
berharga.Selain memahami bahwa anak merupakan individu yan unik, ada beberapa
catatan yang perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan upaya memahami anak,
yaitu bahwa anak adalah: anak bukan orang dewasa, anak adalah tetap anak-anak,
bukan orang dewasa ukuran mini.
Mereka juga memiliki dunia sendiri yang khas
dan harus dilihat dengan kacamata anak-anak. Untuk itu dalam menghadapi mereka
dibutuhkan adanya kesabaran, pengertian serta toleransi yang mendalam.Dunia
bermain mereka adalah dunia bermain, yaitu dunia yang penuh semangat apabila
terkait dengan penuh suasana yang menyenangkan.
Anak selain tumbuh secara fisik, juga
berkembang secara psikologis. Ada fase-fase perkembangan yang dilaluinya dan
anak menampilkan berbagai perilaku sesuai dengan ciri-ciri masing-masing fase
perkembangan tersebut.
SenangMeniru
Anak-anak pada dasarnya senang meniru, karena
salah satu proses pembentukan tingkah laku mereka adalah diperoleh dengan cara
meniru. Orang tua dan guru dituntut untuk bisa memberikan contoh-contoh
keteladanan yang nyata akan hal-hal yang baik, termasuk perilaku bersemangat
dalam mempelajari hal-hal baru.
Kreatif
Anak-anak pada dasarnya adalah kreatif. Mereka
memiliki ciri-ciri yang oleh para ahli sering digolongkan sebagai ciri-ciri
individu yang kreatif, misalnya rasa ingin tahu yang besar, senang bertanya
imajinasi tinggi, dan sebagainya. Namun begitu anak masuk sekolah, kreativitas
anak pun semakin menurun. Hal ini sering disebabkan karena pengajaran di TK
atau SD terlalu menekankan pada cara berfikir konvergen, sementara cara
berfikir secara divergen kurang dirangsang.
Orang tua dan guru perlu memahami kreativitas
yang ada pada diri anak-anak dengan bersikap luwes dan kreatif pula, hendaknya
tidak selalu memaksakan kehendaknya terhadap anak-anak namun secara rendah hati
mau menerima gagasan-gagasan anak yang mungkin tampak aneh dan tak lazim.
Anak-anak yang dihargai cenderung terhindar dari berbagai masalah psikologis
serta akan tumbuh dan berkembang lebih optimal.
Mengembangkan kecerdasan dan kreativitas
Menyadari akan arti pentingnya orang tua bagi pengembangan kecerdasan dan
kreativitas anak, maka sangat dianjurkan kepada setiap orang tua untuk
meluangkan waktu secara teratur bagi putra-putrinya untuk mengembangkan
kemampuan bahasa misalnya, biasakan agar orang tua rajin menjalin percakapan
dengan si kecil. Ajaklah berdialog dan berilah kesempatan kepada anak untuk
mengemukakan pendapatnya, sedangkan untuk mengembangkan kemampuan dasar
matematika anak dapat diperkenalkan konsep matematika secara sederhana,
misalnya menghitung jumlah anak tangga. Sementara untuk memuaskan kebutuhan
ilmiahnya, anak bisa diajak menjelajahi dunianya dengan cara melakukan
eksperimen, misalnya mengamati tumbuhnya kecambah, proses telur yang menetas
dan sebagainya. Kaitkan semua kegiatan diatas sebagai suatu aktivitas yang
menyenangkan dan selalu ditunggu oleh anak. Ini adalah hal-hal yang merangsang
pengembangan kecerdasan anak.
Banyak dijumpai anak-anak yang memiliki
kecerdasan dan kreativitas luar biasa adalah anak-anak yang memiliki hubungan
emosional yang dekat dengan orang tuanya. Orang tua John Irving misalnya,
menghabiskan waktu berjam-jam bermain dan terlibat secara intelektual bersama
John setiap hari, sehingga akhirnya ia menjadi penulis ternama. Begitu pula
orang tua Steven Spielberg, tak jemu-jemunya berdialog dan melayani aneka
pertanyaan serta rasa ingin tahu Steven, sehingga akhirnya ia menjadi sutradara
film terkenal. Tak terkecuali orang tua Thomas Alva Edison memegang peranan
penting bagi perkembangannya sehingga ia menjadi seorang penemu ulung.
Rumah yang menunjang kreativitas adalah rumah
dimana anak dan orang dewasa yang berada didalamnya terlibat dalam kebiasan
kreatif. Aktivitas mendongeng atau membacakan cerita sangat bersemangat untuk
merangsang kecerdasan maupun kreativitas anak. Melalui dongeng, anak juga dapat
diajak berkomunikasi serta mencoba untuk melontarkan suatu gagasan terhadap
pemecahan suatu masalah. Dan melalui dialog batin si kecil dengan
dongeng-dongeng yang didengarnya itu, tanpa sadar mereka telah menyerap
beberapa sifat positif, sperti keberanian, kejujuran, kehormatan diri, memiliki
cita-cita, menyayangi binatang, membedakan hal-hal yang baik dan yang buruk,
dan seterusnya.
Mengembangkan kecerdasan emosional.
Beberapa ahli mengatakan bahwa generasi
sekarang cenderung banyak mengalami kesulitan emosional, seperti misalnya mudah
merasa kesepian dan pemurung, mudah cemas, mudah bertindak agresif, kurang
menghargai sopan santun dan sebagainya, kecerdasan atau angka IQ yang tinggi
bukanlah satu-satunya jaminan kesuksesan anak di masa depan. Ada faktor lain
yang cukup populer yaitu kecerdasan emosional.
Kecerdasan emosional ini dapat dilatih pada
anak-anak sejak usia dini. Salah satu aspeknya adalah kecerdasan sosial, dimana
anak memiliki kemampuan untuk mengerti dan memahami orang lain serta bertindak
bijaksaadalam hubungan antar manusia. Suasana damai dan penuh kasih sayang
dalam keluarga, sikap saling menghargai, disiplin dan penuh semangat tidak
mudah putus asa, semua ini memungkinkan anak untuk mengembangkan kemampuan yang
berhubungan dengan kecerdasan emosionalnya (Seto Mulyadi).
D.
CARA MENGOPTIMALKAN POTENSI
ANAK
Pendidik dan Orang tua sangat berperan penting
dalam mengenali dan mengembangkan potensi yang dimiliki Siswa. Kerjasama antara
guru, keluarga, dan lingkungan sekitar sangat penting untuk mengembangkan
Potensi tersebut. Adapun upaya-upaya yang dapat dilakukan antara keluarga,
guru, dan lingkungan adalah sebagai berikut :
1.
Sejak usia dini cermati berbagai
kelebihan, keterampilan dan kemampuan yang tampak menonjol pada anak.
2.
Bantu anak meyakini dan fokus pada
kelebihan dirinya.
3.
Kembangkan konsep diri positif
pada anak.
4.
Perkaya anak dengan berbagai
wawasan, pengetahuan serta pengalaman di berbagai bidang.
5.
Usahakan berbagai cara untuk
meningkatkan minat anak untuk belajar dan menekuni bidang keunggulannya serta
bidang-bidang lain yang berkaitan.
6.
Tingkatkan motivasi anak untuk
mengembangkan dan melatih kemampuannya.
7.
Stimulasi anak untuk meluaskan
kemampuannya dari satu bakat ke bakat yang lain.
8.
Berikan penghargaan dan pujian
untuk setiap usaha yang dilakukan anak.
9.
Sediakan dan fasilitasi sarana
bagi pengembangan bakat.
10.
Dukung anak untuk mengatasi
berbagai kesulitan dan hambatan dalam mengembangkan potensinya.
11.
Jalin hubungan baik serta akrab
antara orang tua / guru dengan anak.
12.
Menyalurkan potensi tersebut.
13.
Memberikan kesempatan untuk
mengikuti lomba-lomba sesuai bakat yang dimiliki
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengertian Optimalisasi Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia
Optimalisasi adalah berasal dari
kata dasar optimal yang berarti
terbaik, tertinggi, paling
menguntungkan, menjadikan
paling baik, menjadikan
paling tinggi, pengoptimalan
proses, cara, perbuatan
mengoptimalkan (menjadikan paling baik, paling tinggi, dan sebagainya) sehingga
optimalisasi adalah suatu
tindakan, proses, atau
metodologi untuk membuat sesuatu (sebagai sebuah desain,
sistem, atau keputusan) menjadi lebih/sepenuhnya sempurna, fungsional, atau
lebih efektif.
pengertian dari kata potensi yang secara umum
maupun yang merupakan pendapat dari para ahli. Arti dari kata potensi sendiri
sangat mudah untuk anda temukan melalui Google maupun media search engine yang
lain. Secara umum pengertian potensi adalah sebuah kemampuan dasar yang
dimiliki manusia yang sangat mungkin untuk dikembangkan, sehingga pada intinya
potensi sendiri berarti suatu kemampuan yang masih bisa dikembangkan menjadi
lebih baik lagi.
Adapun upaya-upaya yang dapat dilakukan antara keluarga, guru, dan
lingkungan adalah sebagai berikut :
1. Sejak
usia dini cermati berbagai kelebihan, keterampilan dan kemampuan yang tampak
menonjol pada anak.
2. Bantu
anak meyakini dan fokus pada kelebihan dirinya.
3. Kembangkan konsep diri
positif pada anak.
4. Perkaya
anak dengan berbagai wawasan, pengetahuan serta pengalaman di berbagai bidang.
5. Usahakan
berbagai cara untuk meningkatkan minat anak untuk belajar dan menekuni bidang
keunggulannya serta bidang-bidang lain yang berkaitan.
6. Tingkatkan
motivasi anak untuk mengembangkan dan melatih kemampuannya.
7. Stimulasi
anak untuk meluaskan kemampuannya dari satu bakat ke bakat yang lain.
8. Berikan
penghargaan dan pujian untuk setiap usaha yang dilakukan anak.
9. Sediakan
dan fasilitasi sarana bagi pengembangan bakat.
10. Dukung
anak untuk mengatasi berbagai kesulitan dan hambatan dalam mengembangkan
potensinya.
11. Jalin
hubungan baik serta akrab antara orang tua / guru dengan anak.
12. Menyalurkan
potensi tersebut.
13. Memberikan
kesempatan untuk mengikuti lomba-lomba sesuai bakat yang dimiliki
DAFTAR PUSTAKA
Anni, Catharina Tri. 2004. Psikologi Belajar.
Semarang: UPT Unnes Press
Santrock, John W. 2007. Perkembangan Anak Jilid
1. Jakarta: Erlangga
Sobur, Alex. 2009. Psikologi Umum. Bandung:
Pustaka Setia
Soeparwoto. 2004. Psikologi
Perkembangan. Semarang: UPT Unnes Press
Tidak ada komentar:
Posting Komentar