Rabu, 28 November 2018

PERMASALAHAN-PERMASALAHAN DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA, MENULIS PERMULAAN (MMP, makalah


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam, yang telah menciptakan manusia dengan keadaan sempurna, memberikan nikmat terbesar yakni iman dan islam serta kesehatan. Shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, beserta keluarganya, sahabatnya, tabi’in dan seluruh umatnya yang istikomah mengikuti tuntunan dan teladannya sampai akhir zaman.
Atas berkat Allah SWT kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judulPERMASALAHAN-PERMASALAHAN DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA, MENULIS PERMULAAN (MMP)”.
Seperti pepatah yang mengatakan tak ada gading yang tak retak, kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini, masih banyak terdapat kekeliruan,  kami akan sangat berterimakasih dan berbesar hati menerima saran dan kritik yang bersifat membangun, bermanfaat bagi kesempurnaan pembuatan makalah berikutnya.
         
                                                                             Serang,                      2018


Selasa, 27 November 2018

PENTINGNYA PENGEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL PADA ANAK. makalah


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT Rabb seluruh alam, yang telah menciptakan manusia dengan sempurna. Memberikan nikmat terbesar iman dan islam yang tertancap mantap dilubuk hati kita. Sholawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarganya, sahabatnya, tabi’innya, dan seluruh umatnya yang istiqomah mengikuti tuntunan dan teladan sampai akhir zaman. Atas berkat rahmat Allah SWT, sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah  ini dengan judul “PENTINGNYA PENGEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL PADA ANAK”. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan ini, masih banyak terdapat kekeliruan, seperti pepatah yang mengatakan tak ada gading yang tak retak, kami akan sangat berlapang dada dan besar hati menerima saran dan kritik yang bersifat membangun, bermanfaat bagi kelanjutan pembuatan makalah yang selanjutnya.
                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                               Serang ,                                     2018 












DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………..
DAFTAR ISI………………………………………………………………………
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………
A.    Latar Belakang ………………………………………………………….........
B.     Rumusan masalah………..……………………………………………………….
C.     Tujuan  Makalah..…………………………………………………………….....
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………….     
1.Definisi Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Dini……………………
2. Ciri-Ciri Perkembangan Anak Usia Dini…………..……….………………...
3. Faktor Yang Mempengaruhi Anak Usia Dini………………….……………..
4. Aspek Perkembangan Anak Usia Dini………………………………………..
5. Permasalahan Kesulitan Anak Usia Dini…………….………………………
BAB III PENUTUP…………………………………………………………. ……..
a. Kesimpulan ……………………………………………………………………..
b. Saran…………………………………………………………………. …………
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….



1
1
1
1
2
2
3
4
5
6
7
7
7
8



        

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak dilahirkan dengan potensi mampu berkembang secara baik, tetapi mereka tidak mungkin sepenuhnya melakukan secara sendiri. Anak-anak dalam pengembangan dirinya, termasuk pada aspek sosial emosional membutuhkan bantuan dan program yang sesuai dengan kebutuhannya. Tindakan-tindakan untuk mencerdaskan dimensi perkembangannya perlu ditangani secara serius. Dengan demikian, diharapkan anak menjadi generasi yang mampu mengisi kehidupannya secara cerdas dan sesuai harapan masyarakat.
Namun tentunya tiap anak tidak sama persis pencapaiannya, ada yang benar-benar cepat berkembang ada pula yang membutuhkan waktu agak lama.Tidak semua anak usia dini mengalami perkembangan secara normal,banyak kendala/permasalahan di dalam perkembangannya yang di sebabkan oleh beberapa faktor.
B. Rumusan Masalah
1.      Pentingnya perkembangan sosial emosional anak
2.      Pengembangan kemampuan sosial emosional ank
3.      Peran Pematangan dan Belajar pada perkembangan
C. Tujuan Masalah
1.      Memahami pentingnya perkembangan sosial emosional anak
2.      Memahami perkembangan kemampuan sosial emosional anak
3.      Memahami peran pematangan dan belajar pada perkembangan





1. Pentingnya Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini

pentingnya sosial emosional anak usia dini ` all manik group



Anak dilahirkan dengan potensi mampu berkembang secara baik, tetapi mereka tidak mungkin sepenuhnya melakukan secara sendiri. Anak-anak dalam pengembangan dirinya, termasuk pada aspek sosial emosional membutuhkan bantuan dan program yang sesuai dengan kebutuhannya. Tindakan-tindakan untuk mencerdaskan dimensi perkembangannya perlu ditangani secara serius. Dengan demikian, diharapkan anak menjadi generasi yang mampu mengisi kehidupannya secara cerdas dan sesuai harapan masyarakat.
a.    Pengertian Perkembangan Sosial Emosional
Menurut Harlock, perkembangan sosial merupakan perolehan kemampuan berperilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial. Sosialisasi adalah kemampuan bertingkah laku sesuai dengan norma dan nilai. Sementara emosi adalah suatu keadaan atau situasi yang utuh dapat berupa pikiran ataupun perasaan yang nampak pada perubahan biologis yang muncul dari perilaku seseorang. Bahasa emosi mengarah pada sebuah perasaan atau pikiran. Jadi seseorang dikatakan berkembang emosinya apabila ia sudah mampu menunjukkan tindakan yang sesuai dengan aturan yang telah dibuat.

b.     Mengapa Sosial Emosional Perlu Dikembangkan
1.      Kompleksitas Kehidupan yang Dihadapi Anak
Perkembangan zaman termasuk perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni tidak seluruhnya membawa kehidupan ini menjadi lebih teratur, tenteram, damai, dan bahagia. Kondisi tersebut justru menjadikan kehidupan ini semakin kompleks, bahkan menyebabkan dunia ini semakin sulit untuk didiami, dikendalikan, dan dinikmati.Berdasarkan hasil-hasil penelitian terhadap perilaku dan sikap sosial emosional anak, keadaan kehidupan saat ini sangat besar pengaruhnya terhadap perilaku anak. Keadaan lingkungan kehidupan saat ini banyak berakibat buruk terhadap perkembangan dan kehidupan sosial emosional anak. Ternyata kehidupan yang teramat sibuk, mengakibatkan timbulnya tekanan-tekanan pada sosial emosional anak sehingga berdampak pada anak-anak zaman sekarang, yaitu menjadi lebih mudah kesal dan marah terutama dalam menanggapi segala sesuatu mengenai dirinya.
Beberapa contoh perilaku emosi dan sosial yang menyertai generasi sekarang dapat digambarkan sebagai berikut:
a.       Perilaku Kesepian dan Pemurung
Banyak dialami oleh anak dan generasi sekarang, diantaranya disebabkan semakin meningkatnya kesibukan orang tua mereka. Kedua orang tua yang sibuk bekerja diluar rumah, mengakibatkan secara sosial maupun emosi menjadi kurang perhatian dan terlantar. Kedua orang tua yang seringkali konflik dalam keluarga dan terjadi di hadapan anak-anak juga akan mempengaruhi keadaan sosial dan emosi anak. Hal ini akan mengakibatkan anak-anak menarik diri dari kehidupan sosial maupun emosi dengan keluarganya atau orang tua mereka. Dampaknya, mereka menjadi penyendiri dan pemurung.

b.      Perilaku Beringas dan Kasar
Berbagai tekanan kerap kali menghampiri para pelajar, mulai dari kekurangan uang jajan, berebut kendaraan umum pada saat akan berangkat sekolah, terbatasnya berbagai sarana ekspresi dan aktualisasi diri di sekolah maupun di masyarakat dan lain-lain. Tuntutan-tuntutan yang berkembang akibat tayangan televisi, sajian radio, komunikasi telepon, penggunaan internet, dan lain-lain cukup memberikan andil dalam menekan emosi dan proses sosialisasi yang menggiring anak pada perilaku beringas dan kasar.

c.       Perilaku Rendahnya Sopan Santun
Tampaknya sudah sulit kita mendengar kata maaf, ucapan terima kasih, ucapan salam, dan perilaku kesopanan lainnya lahir dari mulut-mulut anak-anak pada jaman sekarang, bahkan generasi yang lebih dewasa. Lihatlah bagaimana sikap para siswa kepada gurunya, lihatlah perilaku anak pada orang tuanya, sungguh banyak contoh yang terkait dengan penyimpangan perilaku ini.

d.      Perilaku Cemas dan Gugup
Adanya tekanan emosi membuat anak menjadi sering cemas, bahkan kemampuan berkomunikasi dalam lingkungan sosialnya menjadi terganggu, misalnya saja karena stress anak menjadi gagap pada saat diminta bercerita atau menyampaikan sesuatu yang telah dipelajari.



e.       Perilaku Impulsif
Berbagai tekanan pada emosi dan sosial anak mengakibatkan anak kurang mau dan mampu menahan diri untuk berbuat dan bertindak. Anak-anak pada saat ini sering kali melakukan perbuatan dan tindakan menurut kehendak hatinya saja. Bahkan sering kali pada tempo yang cepat mereka dapat merusak sesuatu tanpa berpikir akibat dan dampak-dampaknya. Sehingga seringkali menjerumuskan dirinya pada keadaan yang merusak.
Ilustrasi diatas merupakan gambaran yang sangat memprihatinkan dari dampak kehidupan saat ini yang dinamika dan kompleksitasnya kian hari kian meningkat. Kondisi diatas menyiratkan betapa pentingnya aspek emosi dan sosial diperkenalkan ke anak-anak sebagai generasi penerus bangsa secara benar sesuai dengan karakteristik dan peran perkembangannya masing-masing.
Pembekalan dan pemberian rangsangan-rangsangan yang tepat pada emosi dan sosial anak sejak dini, yaitu sejak usia prasekolah akan memberikan kekuatan kepada mereka untuk mengenali, mengolah, mengontrol emosi secara lebih mantap sehingga diharapkan mereka akan lebih mampu untuk mengatasi berbagai masalah yang timbul selama proses perkembangan emosinya.

2.      Anak adalah Praktisi dan Investasi Masa Depan
Alasan dan faktor lain yang perlu disadari tentang pentingnya pengembangan sosial emosional anak sejak dini atau sejak mereka berada pada level prasekolah adalah anak merupakan praktisi masa depan. Keberhasilan membina anak sejak dini, merupakan kesuksesan bagi masa depan anak. Sebaliknya, kegagalan dalam memberikan pembinaan, pendidikan, pengasuhan, dan perlakuan merupakan bencana bagi kehidupan anak di kemudian hari.
Makna lain dari anak sebagai praktisi masa depan bahwa dalam diri anak perlu diberikan dan dikembangkan nilai-nilai mendasar yang dapat digunakan secara fungsional dalam kehidupannya kelak.
Diantara aspek mendasar adalah pengembangan aspek sosial emosional yang memadai. Sejak dini anak harus sudah dikenalkan pada kemampuan mengenali, mengolah dan mengontrol emosi serta perilaku sosialnya agar dapat merespons dengan baik setiap kondisi emosi dan sosial yang merangsang di hadapannya. Dengan demikian, anak mempunyai kesiapan dan kemampuan untuk beradaptasi serta mengatasi masalah dan tantangan yang timbul selama proses perkembangannya. Artinya, keterampilan-keterampilan sosial emosional yang telah mereka peroleh ketika masih kanak-kanak akan dapat mengantarkannya menjadi praktisi sejati di masa yang akan datang, yaitu menjadi sosok yang siap menghadapi dunia modern dan kompleks secara optimis dan lebih meyakinkan.

3.      Fase Strategis Pendidikan dan Pengembangan Anak
Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa lebih dari 50% perkembangan individu terjadi pada masa usia dini. Di usia ini kecerdasan individu mengalami rangkaian perubahan yang luar biasa, dan sisanya hanya modifikasi dan pengayaan saja. Segala stimulasi dapat merangsang dimensi perkembangannya, bahkan hasil penelitian menunjukkan dapat meningkatkan semua aspek kecerdasan termasuk kecerdasan sosial emosional.
Penelitian lainnya, terutama yang terkait dengan perkembangan kepribadian anak dilakukan oleh Dr. Maria Montessori yang menyimpulkan bahwa usia sejak lahir hingga 6 tahun adalah tahun formatif, yaitu usia terpenting dalam pembentukan kepribadian individu. Kepribadian tersebut melembaga ditentukan oleh cara-cara pemecahan konflik antara sumber-sumber kesenangan awal dengan tuntutan realitas pada usia kanak-kanak.
Oleh karena itu, jangan menelantarkan anak pada masa peka tersebut. Bila kita menyia-nyiakan dan menelantarkan anak balita, mungkin anak tersebut akan membawa cap atau bekas yang sulit bahkan tidak bisa dihapus. Untuk itu fasilitasilah pertumbuhan dan belajarnya secara optimal.

4.      Upaya Mengimbangi Pandangan Tentang Keunggulan IQ Dibandingkan EI
Kecerdasan akademis sedikit kaitannya dengan kehidupan emosi karena secara umum kecerdasan akademis atau IQ (Intelligence Quotient) relatif dipengaruhi oleh factor bawaan, sedangkan kecerdasan emosi atau EI (Emotional Intelligence) dapat tumbuh dan berkembang seumur hidup dengan proses belajar. Terdapat pemikiran bahwa IQ menyumbang dalam kehidupan pribadi mereka paling banyak 20% bagi sukses dalam hidup, sedangkan 80% ditentukan factor lain, yaitu kecerdasan emosi.
Akan tetapi, bila kedua keterampilan tersebut diatas, yakni IQ dan EI tercapai secara efektif, berarti kita sebagai orang tua dan para guru telah melahirkan generasi-generasi yang hebat.

5.      Tuntutan Agar Anak Segera Memiliki Keterampilan Mengelola Emosi Sosialnya
Pada awal masa kanak-kanak emosi anak sangat kuat. Masa tersebut merupakan saat ketidakseimbangan ledakan-ledakan emosi. Hal itu biasanya tampak mencolok pada anak usia 2,5 sampai 3,5 tahun yang dikenal dengan usia degil (dimana emosi terpusat pada kiri) dan usia 5,5 sampai 6,5 tahun.
Pada usia tersebut, anak cenderung mengekspresikan emosi sebagai upaya mencari rasa aman, baik ditampilkan melalui tangisan, atau melalui amarah. Keduanya merupakan cara anak utuk mencari perhatian orang lain di sekitarnya. Hal tersebut sebetulnya wajar, tetapi jika tidak segera diantisipasi sejak dini maka dikhawatirkan akan terbawa oleh anak hingga dewasadan mengganggu kepribadiannya.
Melihat gejala-gejala tersebut, para orang tua atau guru prasekolah sudah seharusnya dapat memberikan pembekalan yang memadai tentang pengelolaan emosi pada setiap anak agar dapat memenuhi tuntutan penyesuaian diri dari lingkungannya, baik dari lingkungan keluarga, sekolah maupun teman bermain. Jika kebutuhan untuk memenuhi tuntutan tersebut tidak segera diupayakan maka dampak negatif tersebut di atas akan mempengaruhi perkembangan emosi dan sosial anak lebih serius, yang dapat dilihat dari ekspresi kesehariannya, misalnya:
a.       Mengidap rasa cemas yang berkepanjangan
b.      Memiliki kecenderungan depresi
c.       Bersikap bermusuhan terhadap anak atau orang lain
d.      Terkena gangguan tidur, gelisah, mengigau, mimpi buruk, dan sebagainya
e.       Mengalami gangguan makan
f.       Bersikap agresif terhadap teman atau anak lain
Tentu semua pihak tidak berharap dampak negative tersebut menimpa anak-anak usia dini. Dengan pengembangan sosial emosional yang memadai diharapkan kesenjangan itu dapat diantisipasi secara efektif.

2. Pengembangan kemampuan Sosial  Emosional anak  
Aktivitas bermain bagi seseorang anak memiliki peranan yang cukup besar dalam mengembangkan kecakapan sosialnya sebelum anak mulai berteman. Menurut Singer (2004) mengemukakan bahwa dalam bermain dapat digunakan anak untuk menjelajahi dunianya, mengembangkan kopetensi dalam usaha mengatasi dunianya, mengembangkan kreatifitasnya dan dengan bermain anak memiliki kemampuan untuk memahami konsep secara alamiah tanpa unsur paksaan.
Sikap yang bisa di kembangkan dalam bermain antara lain :


a.       Sikap sosial
Bermain mendorong anak untuk meninggalkan pola berfikir egosentrisnya. Dalam situasi bermain anak bisa mempertimbangkan sudut pandang teman bermainya sehingga egosentrisnya bisa sedikit demi sedikit berkurang. Dalam permainan, anak belajar bekerjasama untuk tujuan bersama. Mereka belajar untuk menunda kepuasan sendiri selama beberapa menit, misalnya saat menunggu giliran bermain. Iapun terdorong untuk belajar berbagi, bersaing dengan jujur, menang atau kalah dengan sportif, mempertahankan haknya dan peduli terhadap hak-hak orang lain. Lebih lanjut ia pun akan belajar makna kerja tim dan semangat tim.

b.      Belajar berkomunikasi
Untuk dapat bermain dengan baik bersama orang lain, anak harus bisa mengerti dan dimengerti oleh teman-temanya. Hal ini mendorong anak untuk belajar bagaimana berkomunikasi dengan baik, bagaimana membentuk hubungan sosial, bagaimana menghadapi dan memcahkan masalah-masalah yang timbul dalam hubungan tersebut.

c.       Belajar mengorganisasi
Saat bermain bersama orang lain, anak juga berkesempatan belajar berorganisasi. Bagaimana ia harus melakukan pembagian peran diantara mereka yang turut serta dalam permainan tersebut, misalnya siapa yang menjadi guru dan siapa yang menjadi muridnya.


d.      Lebih menghargai perbedaan/perbedaan orang lain
Bermain memungkinkan bagi anak untuk mengembangkan kemampuan empatinya. Saat bermain dalam sebuah peran, misalnya anak tidak hanya memerankan identitas tokoh, tetapi juga pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan tokoh tersebut. Permainan (bermain peran) membantu anak membangun pemahaman yang lebih baik atas orang lain, lebih toleran, serta mampu berlapang dada terhadap perbedaan-perbedaan yang dijumpai.

e.       Menghargai harmoni dan kompromi
Saat dunianya semakin luas dan kesempatan berinteraksi semakin sering dan bervariasi maka akan tumbuh kesadaranya akan makna peran sosial, persahabatan, perlunya menjalin hubungan serta perlunya strategi dan diplomasi dalam berhubungan dengan orang lain. Anak tidak akan begitu saja merebut mainan teman, misalnya ia tahu konsekuensi ditinggalkan atau dimusuhi.

3. Peran Pematangan dan Belajar pada perkembangan
Berbicara mengenai perkembangan mungkin tidak akan pernah ada habisnya, karena setiap yang hidup pasti mengalami perkembangan. Perkembangan sebagai rentetan perubahan jasmani dan rohani manusia menuju ke arah yang lebih maju dan sempurna. Perkembangan selalu bergerak secara berangsur-angsur tetapi pasti, melalui suatu bentuk/tahap ke bentuk/tahap berikutnya, yang kian hari kian bertambah maju, mulai dari masa pembuahan dan berakhir dengan kematian.
Dari beberapa tahap-tahap perkembangan akan menghasilkan suatu “kematangan” baik itu kematangan jasmani maupun kematangan mental. Istilah “kematangan”, yang dalam bahasa inggris disebut dengan maturation, yang merupakan suatu potensi yang dibawa individu sejak lahir, timbul dan bersatu dengan pembawaannya, serta turut mengatur tingkah laku individu. Kematangan juga dapat berarti matangnya suatu fungsi atau potensi mental psikologis akibat proses perkembangan karena pengalaman dan latihan. Misalnya: Balita bisa berjalan apabila pertumbuhan fisiknya telah siap dan perkembangan mentalnya juga telah siap. Maka akan terjadi kematangan untuk berjalan.
Sedangkan “Belajar” menurut Elizabeth B. Horluck yaitu: “Learning is development that comes from exercise and effot; through learning children acquire competence in using their hereditary resources”. Jadi belajar ialah perubahan yang terjadi melalui latihan atau usaha dengan belajar itulah anak memiliki berbagai kemampuan, pengetahuan dan sebagainya. Atau dengan kata lain, semua aspek perkembangan yang diperoleh si anak itu terjadi karena belajar, tanpa belajar anak tidak mungkin tahu apa-apa dan tidak akan bisa apa-apa.
Adapun kaitanya dengan proses perkembangan mental psikologis kematangan untuk fisik berfungsi sebagai perquisite atau keuntungan untuk perkembangan, misalnya perkembangan bicara/ bahasa tidak mungkin terjadi dengan baik tanpa adanya/ didukung oleh pematangan alat bicara. Jadi dalam kaitanya dengan belajar, pematangan itu berfungsi sebagai pemberi atau bahan dasar untuk belajar. Dan posisi belajar dalam proses perkembangan itu sangat menentukan. Dalam hal ini belajar akan berfungsi sebagai penentu atau sebab terjadibnya perkembangan. Tanpa melalui belajar mental psikologis anak tidak mungkin akan dapat dikembangakan. Atau dengan kata lain tanpa belajar maka manusia tidak akan dapat bertingkah laku seperti manusia. Dan perkembangan pribadi manusia itu merupakan hasil perpaduan unsur kematangan dan belajar.
Dalam beberapa toeri-teori yang mempengaruhi perkembangan juga dijelaskan,dalam Teori Konvergensi yang dikemukakan oleh Stern, perkembangan seseorang merupakan hasil proses kematangan dan belajar. Teori Naturalisme perkembangan seseorang terutama ditentukan oleh faktor alam, bakat pembawaan, keturunan, termasuk didalamnya kematangan seseorang. Sementara itu, Teori Empirisme berpendapat bahwa perkembangan seseorang terutama ditentukan oleh faktor lingkungan tempat anak itu berada dan tumbuh – kembang, termasuk didalamnya lingkungan keluarga, sekolah, dan belajar anak. Contoh: perkembangan bakat atau kemampuan seorang anak yang berbakat di bidang musik tidak akan optimal apabila tidak mendapat kesempatan belajar musik. Jadi, potensi anak yang sudah ada atau dibawa sejak lahir akan berkembang optimal apabila lingkungan mendukungnya. Dukungan itu diantaranya dengan penyediaan sarana prasarana serta kesempatan untuk belajar dan mengembangkan potensi dirinya.
Sebagaimana telah diuraikan diatas bahwa kematangan itu sangat penting dalam proses perkembangan. Tanpa adanya unsur kematangan tersebut perkembangan sulit untuk di wujudkan. Dan adanya kematangan juga diperoleh dari belajar, karena dengan belajar seseorang akan lebih matang dalam bidang yang digelutinya. Kematangan dan belajar merupakan satu kesatuan yang saling mempengaruhi satu sama lainnya dalam proses perkembangan manusia. Seperti salah satu isi dari prinsip-prinsip perkembangan, yang menyatakan bahwa perkembangan merupakan hasil proses kematangan dan belajar.






BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Anak dilahirkan dengan potensi mampu berkembang secara baik, tetapi mereka tidak mungkin sepenuhnya melakukan secara sendiri. Anak-anak dalam pengembangan dirinya, termasuk pada aspek sosial emosional membutuhkan bantuan dan program yang sesuai dengan kebutuhannya. Tindakan-tindakan untuk mencerdaskan dimensi perkembangannya perlu ditangani secara serius. Dengan demikian, diharapkan anak menjadi generasi yang mampu mengisi kehidupannya secara cerdas dan sesuai harapan masyarakat.
Menurut Harlock, perkembangan sosial merupakan perolehan kemampuan berperilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial. Sosialisasi adalah kemampuan bertingkah laku sesuai dengan norma dan nilai. Sementara emosi adalah suatu keadaan atau situasi yang utuh dapat berupa pikiran ataupun perasaan yang nampak pada perubahan biologis yang muncul dari perilaku seseorang. Bahasa emosi mengarah pada sebuah perasaan atau pikiran. Jadi seseorang dikatakan berkembang emosinya apabila ia sudah mampu menunjukkan tindakan yang sesuai dengan aturan yang telah dibuat.
Aktivitas bermain bagi seseorang anak memiliki peranan yang cukup besar dalam mengembangkan kecakapan sosialnya sebelum anak mulai berteman. Menurut Singer (2004) mengemukakan bahwa dalam bermain dapat digunakan anak untuk menjelajahi dunianya, mengembangkan kopetensi dalam usaha mengatasi dunianya, mengembangkan kreatifitasnya dan dengan bermain anak memiliki kemampuan untuk memahami konsep secara alamiah tanpa unsur paksaan.
Dari beberapa tahap-tahap perkembangan akan menghasilkan suatu “kematangan” baik itu kematangan jasmani maupun kematangan mental. Istilah “kematangan”, yang dalam bahasa inggris disebut dengan maturation, yang merupakan suatu potensi yang dibawa individu sejak lahir, timbul dan bersatu dengan pembawaannya, serta turut mengatur tingkah laku individu. Kematangan juga dapat berarti matangnya suatu fungsi atau potensi mental psikologis akibat proses perkembangan karena pengalaman dan latihan. Misalnya: Balita bisa berjalan apabila pertumbuhan fisiknya telah siap dan perkembangan mentalnya juga telah siap. Maka akan terjadi kematangan untuk berjalan






DAFTAR PUSTAKA


Desmita, 2014. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Remaja Rosdakarya
Muhibbinsyah, 2013. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya
Santrock, J. W. 2012. Life-Span Development Perkembangan Masa Hidup Edisi Ketigabelas Jilid I, Jakarta: Erlangga

TAKSONOMI BERPIKIR

KATA PENGANTAR Alhamdulillah segala puji bagi Allah Pencipta dan Pemelihara Alam Semesta yang telah menerangi hambanya yang takwa de...