KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji bagi
Allah Pencipta dan Pemelihara Alam Semesta yang telah menerangi hambanya yang
takwa dengan cahaya yang mendekatkan kepada-Nya. Sehingga saya dapat
menyelesaikan tugas pembuatan Makalah Taksonomi
Berpikir dalam Pembelajaran.
Solawat serta salam tetap tersanjungkan kepada junjungan kita nabi besar
Muhammad Saw yang mana beliaulah yang telah membawa umatnya dari zaman
jahiliyah menuju zaman Islamiah. Saya sadar bahwa keberhasilan saya dalam
menyusun makalah ini tidak terlepas dari doa orang tua dan teman – teman semua.
Akhir dari penutupan pengantar, saya berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat khususnya pada diri saya pribadi dan umumnya bagi para pembaca.
Amiiin…
.
Serang, Maret 2020
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………….. i
DAFTAR ISI…………………………………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………. 1
A. Latar
Belakang ……..………………………………………… 1
B. Rumusan
Masalah………..….……………….………………. 3
C. Tujuan
Masalah ………..…….……………………………… 3
BAB II PEMBAHASAN……………………………………….. 6
A. Pengertian
Taksonomi………………..……...……………… 6
B. Keterampilan
Berpikir……………………………………… 8
C. Modalitas
belajar………………………………….….……… 9
BAB III PENUTUP……………………………………………… 19
A. Kesimpulan
..………………………………………………… 19
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pendidikan merupakan suatu proses generasi muda untuk dapat menjalankan
kehidupan dan memenuhi tujuan hidupnya secara lebih efektif dan efisien.
Pendidikan lebih daripada pengajaran, karena pengajaran sebagai suatu proses
transfer ilmu belaka, sedang pendidikan merupakan transformasi nilai dan
pembentukan kepribadian dengan segala aspek yang dicakupnya. Perbedaan
pendidikan dan pengajaran terletak pada penekanan pendidikan terhadap
pembentukan kesadaran dan kepribadian anak didik di samping transfer ilmu dan
keahlian.
Dalam pendidikan, taksonomi dibuat untuk mengklasifikasikan tujuan
pendidikan. Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain,
yaitu: kognitif, afektif, dan psikomotor. Dari setiap ranah tersebut dibagi
kembali menjadi beberapa kategori dan subkategori yang berurutan secara
hirarkis (bertingkat), mulai dari tingkah laku yang sederhana sampai tingkah
laku yang paling kompleks. Tingkah laku dalam setiap tingkat diasumsikan
menyertakan juga tingkah laku dari tingkat yang lebih rendah.
Selain itu pendidik dituntut harus mampu menggunakan berbagai model
pembelajaran agar peserta didik dapat melakukan kegiatan belajar. Hal ini
dilatar belakangi bahwa peserta didik bukan hanya sebagai objek tetapi juga
merupakan subjek dalam pembelajaran. Peserta didik harus disiapkan sejak awal
untuk mampu bersosialisasi dengan lingkungannya sehingga berbagai jenis model
pembelajaran dapat digunakan oleh pendidik. Model-model pembelajaran sosial
merupakan pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan di kelas dengan
melibatkan peserta didik secara penuh (student center) sehingga peserta didik
memperoleh pengalaman dalam menuju kedewasaan, melatih kemandirian, serta dapat
belajar dari lingkungan kehidupannya.
B.
Rumusan Masalah
Setelah membaca makalah ini, pembaca
diharapkan untuk dapat :
1. Apa itu taksonomi
2. Apa yang dimaksud dengan ketrampilan
berpikir
3. Apa yang dimaksud dengan modalitas
belajar
C.
Tujuan Masalah
Setelah mempelajari makalah ini, diharapkan untuk dapat :
1. Memahami apa itu taksonomi
2. Memahami ketrampilan berpikir
3. Memahami modalitas belajar
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Taksonomi
Kata taksonomi
diambil dari bahasa Yunani yaitu “tassein” yang berarti untuk mengklasifikasi
dan “nomos” yang berarti aturan. Taksonomi dapat diartikan sebagai klasifikasi
berhirarki dari sesuatu, atau prinsip yang mendasari klasifikasi. Di mana
taksonomi yang lebih tinggi bersifat lebih umum dan taksonomi yang lebih rendah
bersifat lebih spesifik. Semua hal yang bergerak, benda diam, tempat, dan
kejadian, sampai pada kemampuan berfikir dapat diklasifikasikan menurut
beberapa skema taksonomi.
Dalam pendidikan,
taksonomi dibuat untuk mengklasifikasikan tujuan pendidikan. Dalam hal ini,
tujuan pendidikan dibagi menjadi beberapa domain, yaitu: kognitif, afektif, dan
psikomotor. Dari setiap ranah tersebut dibagi kembali menjadi beberapa kategori
dan subkategori yang berurutan secara hirarkis (bertingkat), mulai dari tingkah
laku yang sederhana sampai tingkah laku yang paling kompleks. Tingkah laku
dalam setiap tingkat diasumsikan menyertakan juga tingkah laku dari tingkat
yang lebih rendah. penjelaskan ketiga domain tersebut adalah:
a.
Cognitive
Domain (Ranah Kognitif)
Cognitive Domain adalah yang berisi
perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan,
pengertian, dan keterampilan berpikir. Ranah kognitif meliputi fungsi memproses
informasi, pengetahuan dan keahlian mentalitas. Ranah kognitif menggolongkan
dan mengurutkan keahlian berpikir yang menggambarkan tujuan yang diharapkan.
Proses berpikir mengekspresikan tahap-tahap kemampuan yang harus siswa kuasai
sehingga dapat menunjukan kemampuan mengolah pikirannya sehingga mampu
mengaplikasikan teori ke dalam perbuatan. Mengubah teori ke dalam keterampilan
terbaiknya sehingga dapat menghasilkan sesuatu yang baru sebagai produk inovasi
pikirannya. Bloom membagi
domain kognisi ke dalam 6 tingkatan. Domain ini terdiri dari dua bagian: Bagian
pertama berupa Pengetahuan (kategori 1) dan bagian kedua berupa Kemampuan dan
Keterampilan Intelektual (kategori 2-6).
a.
Pengetahuan
( Knowledge ).
b.
Pemahaman
( Comprehension ).
c.
Aplikasi
( Application ).
d.
Analisis
( Analysis ).
e.
Sintesis
( Synthesis ).
f.
Evaluasi ( Evaluation )
b.
Affective Domain (Ranah Afektif)
Affective Domain berisi perilaku-perilaku yang
menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara
penyesuaian diri. Pembagian domain ini disusun Bloom bersama dengan David
Krathwol.
a.
Penerimaan
( Receiving/Attending ).
b.
Tanggapan
( Responding ).
c.
Penghargaan
( Valuing ).
d.
Pengorganisasian
( Organization )
e.
Karakterisasi
Berdasarkan Nilai-nilai (Value Complex)
c.
Psychomotor
Domain (Ranah Psikomotor).
Psychomotor Domain berisi perilaku-perilaku yang
menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik,
berenang, dan mengoperasikan mesin,dan lain-lain. Rincian dalam domain ini tidak dibuat oleh Bloom,
tapi oleh ahli lain berdasarkan domain yang dibuat Bloom.
a.
Persepsi
(Perception)
b.
Kesiapan
(Set).
c.
Merespon
(Guided Response).
d.
Mekanisme
( Mechanism ).
e.
Respon
Tampak yang Kompleks ( Complex Overt Response ).
f.
Penyesuaian ( Adaptation ).
g.
Penciptaan
( Origination ).
B.
Keterampilan Berpikir
Ketrampilan berpikir mengacu pada serentetan
proses-proses kegiatan merakit, menggunakan, dan memperbaiki model-model
simbolik internal (Gilhooly, 1982). Model-model tersebut di antaranya
adalah :
\ Wujud
ciptaan yang mewakili suatu kenyataan.
\
Kenyataan hasil membayangkan sesuatu peristiwa tertentu.
\ Model abstrak yang dilukiskan dalam pikiran
dan perasaan. Keterampilan berfikir diarahkan untuk memecahkan masalah, dapat
dilukiskan sebagai upaya mengeksplorasi model-model tugas pelajaran di sekolah
agar model-model itu menjadi lebih baik dan memuaskan. Terkadang model dapat
mendorong para pemikir untuk berpikir lebih jauh berdasarkan informasi
perseptual yang mantap yang diperoleh dari lingkungannya (Bruner, 1957), dan
mampu mengantisipasi hasil-hasilnya tanpa melalui perlakuan mencoba salah
(tryal and error).
C.
Modalitas Belajar
Modalitas menurut KBBI
(Kamus Besar Bahasa Indonesia) adalah keterangan dalam kalimat yang menyatakan
sikap pembicara terhadap hal yang dibicarakan, yakni mengenai perbuatan,
keadaan, peristiwa, atau sikap terhadap lawan bicaranya. Sikap ini dapat berupa
pernyataan, kemungkinan, kinginan, atau keizinan. Dalam bahasa Indonesia
modalitas dinyatakan secara leksikal (Chaer, 1994: 162).
Modalitas (modality)
menurut Hasanudin dkk. (2009: 772) adalah: Klasifikasi proposisi menurut hal
menyuguhkan atau mengingkari kemungkinan atau keharusan; Cara pembicara
menyatakan sifat terhadap suatu situasi dalam suatu komunikasi antarpribadi; Makna
kemungkinan, keharusan, kenyataan, dan sebagainya yang dinyatakan dalam
kalimat; dalam Bahasa Indonesia modalitas dinyatakan seperti barangkali, harus,
akan, dan sebagainya. Atau denga adverbia kalimat seperti pada hakikatnya
menurut hemat saya dan sebagainya. Seperti yang telah diuraikan di atas, bahwa
keterangan modalitas menunjukan sikap pembicara terhadap hal yang dibicarakan,
terhadap pendengar, terhadap lingkungan yang dibicarakan, atau gabungan antara
hal-hal itu sendiri. Sedangkan secara eksplisit biasanya modalitas itu terdiri
atas sebuah kalimat (Samsuri, 1985: 245).
Modalitas berarti gaya
atau tipe. Maka modalitas belajar seseorang merujuk kepada gaya atau tipe belajarnya. Modalitas belajar (learning styles) juga
merujuk kepada cara interaksi individu dengan sistem pesan atau rangsangan
kemudian memproses dan menganalisa pesan tersebut di dalam otak untuk dijadikan
pengetahuan. Setiap orang mempunyai gaya
pembelajaran yang tersendiri yang berbeda secara individu seperti mana sidik
jari (Gremli dalam Zakaria, 2007 :1). Modalitas belajar merupakan satu konsep
yang paling penting dan perlu diberi tumpuan dalam aspek pendidikan di sekolah
karena ia merupakan faktor utama membentuk seseorang individu. Pelajar
merupakan seseorang individu yang unik dan berbeda di antara satu sama lain
walaupun mereka berada dalam tahap pembelajaran yang sama. Perbedaan individu ini merangkumi dari aspek
pemikiran, umpan balik, minat, kecenderungan, pencapaian dan pemahaman. Justru, pelajar-pelajar ini mempunyai gaya
yang tersendiri untuk menerima serta menggunakan rangsangan dalam proses
pembelajaran. Pendekatan yang diambil
oleh setiap pelajar adalah dengan menurut tanggapan subjektif mereka terhadap
kehendak pengajar atau konteks pembelajarannya.
Modalitas belajar
merupakan gaya belajar yang dimiliki oleh setiap individu yang merupakan cara
termudah dalam menyerap, mengatur dan mengolah informasi (DePotter dan
Hernachi, 2003 : 72). Sedangkan menurut Zaini dalam Sundari (2009 : 2) Modalitas belajar adalah karakteristik dan
preferensi atau pilihan individu untuk mengumpulkan informasi, menafsirkan,
mengorganisasi, merespon, dan memikirkan informasi yang diterima. Gremli dalam
Zakaria (2007 :2 ) pula menyatakan bahawa modalitas belajar melibatkan
aspek-aspek personaliti, pemprosesan pesan, interaksi sosial, kecenderungan
terhadap garis panduan, tumpuan perhatian terhadap sesuatu yang baru, unik dan
terdapatnya kelainan dalam diri individu. Modalitas belajar yang bersesuaian dengan diri
seseorang individu adalah salah satu penentuan kearah kecekapan dan kebolehan
mengasimilasikan ilmu yang dipelajari dengan cemerlang dan berkesan.
Dari
pengertian-pengertian di atas, disimpulkan bahwa modalitas belajar adalah cara
yang cenderung dipilih siswa untuk bereaksi dan menggunakan
perangsang-perangsang dalam menyerap dan kemudian mengatur serta mengolah
informasi pada proses belajar.
Macam-macam
Modalitas Belajar (learning styles) Peserta didik
1.
Macam-Macam Modalitas Belajar (learning styeles)
Sejak awal tahun 1997, telah banyak upaya yang
dilakukan untuk mengenali dan mengkategorikan cara manusia belajar, cara
memasukkan informasi ke dalam otak. Secara garis besar, ada 7 pendekatan umum
dikenal dengan kerangka referensi yang berbeda dan dikembangkan juga oleh ahli
yang berbeda dengan variansinya masing-masing. Adi Gunawan adalah seorang pakar
mind technology dan transformasi diri yang dalam bukunya “Born to be a Genius”
merangkum ketujuh cara belajar tersebut, yaitu:
a.
Pendekatan berdasarkan pada pemprosesan informasi:
menentukan cara yang berbeda dalam memandang dan memproses informasi yang baru.
Pendekatan ini dikembangkan oleh Kagan, Kolb, Honey dan Umford Gregorc, Butler,
dan McCharty.
b.
Pendekatan berdasarkan kepribadian: menentukan tipe
karakter yang berbeda-beda. Pendekatan ini dikembangkan oleh Myer-Briggs,
Lawrence, Keirsey & Bartes, Simon & Byram, Singer-Loomis,
Grey-Whellright, Holland,dan Geering.
c.
Pendekatan berdasarkan pada modalitas sensori:
menentukan tingkat ketergantungan terhadap indera tertentu. Pendekatan ini
dikembangkan oleh Bandler & Grinder, dan Messick.
d.
Pendekatan berdasarkan pada lingkungan: menentukan
respon yang berbeda terhadap kondisi fisik, psikologis, sosial, dan
instruksional. Pendekatan ini dikembangkan oleh Witkin dan Eison Canfield.
e.
Pendekatan berdasarkan pada interaksi sosial:
menentukan cara yang berbeda dalam berhubungan dengan orang lain. Pendekatan
ini dikembangkan oleh Grasha-Reichman, Perry, Mann, Furmann-Jacobs, dan Merill.
f.
Pendekatan berdasarkan pada kecerdasan: menentukan
bakat yang berbeda. Pendekatan ini dikembangkan oleh Gardner dan Handy.
g.
Pendekatan berdasarkan wilayah otak: menentukan
dominasi relatif dari berbagai bagian otak, misalnya otak kiri dan otak kanan.
Pendekatan ini dikembangkan oleh Sperry, Bogen, Edwards, dan Herman (Adi W.
Gunawan:2004:140).
2.
Modalitas Belajar Berdasarkan Preferensi Sensori
Berdasarkan prefensi
sensori atau kemampuan yang dimiliki otak dalam menyerap, mengelola dan
menyampaikan informasi, maka modalitas belajar individu dapat dibagi dalam 3
(tiga) kategori. Ketiga kategori tersebut adalah modalitas belajar visual,
auditorial, dan kinestetik yang ditandai dengan ciri-ciri perilaku tertentu.
Pengkategorian ini tidak berarti bahwa individu hanya yang memiliki salah satu
karakteristik gaya belajar tertentu sehingga tidak memiliki karakteristik gaya
belajar yang lain.
Pengkategorian ini hanya
merupakan pedoman bahwa individu memiliki salah satu karakteristik yang paling
menonjol sehingga jika ia mendapatkan rangsangan yang sesuai dalam belajar maka
akan memudahkannya untuk menyerap pelajaran. Dengan kata lain jika individu
menemukan metode belajar yang sesuai dengan karakteristik gaya belajar dirinya
maka akan cepat ia memahami pelajaran yang diberikan oleh guru.
Menurut sebuah penelitian
ekstensif, khususnya di Amerika Serikat, yang dilakukan oleh Profesor Ken dan
Rita Dunn dari Universitas St. John, di Jamaica, New York, dan para pakar
Pemrograman Neuro-Linguistik seperti, Richard Bandler, John Grinder, dan
Michael Grinder, telah mengidentifikasi tiga modalitas belajar dan komunikasi
yang berbeda.
a.
Visual.
Belajar melalui melihat sesuatu, suka melihat gambar
atau diagram, pertunjukkan, peragaan atau
menyaksikan video. Lirikan keatas bila berbicara, berbicara dengan cepat. Bagi
siswa yang bergaya belajar visual, yang memegang peranan penting adalah mata /
penglihatan ( visual ), dalam hal ini metode pengajaran yang digunakan guru
sebaiknya lebih banyak / dititikberatkan pada peragaan / media, ajak mereka ke
obyek-obyek yang berkaitan dengan pelajaran tersebut, atau dengan cara
menunjukkan alat peraganya langsung pada siswa atau menggambarkannya di papan
tulis. Anak yang mempunyai gaya belajar visual harus melihat bahasa tubuh dan
ekspresi muka gurunya untuk mengerti materi pelajaran. Mereka cenderung untuk
duduk di depan agar dapat melihat dengan jelas. Mereka berpikir menggunakan
gambar-gambar di otak mereka dan belajar lebih cepat dengan menggunakan
tampilan-tampilan visual, seperti diagram, buku pelajaran bergambar, dan video.
Di dalam kelas, anak visual lebih suka mencatat sampai detil-detilnya untuk
mendapatkan informasi.
b.
Auditori.
Belajar melalui mendengar sesuatu, suka mendengarkan
kaset audio, ceramah-kuliah, diskusi, debat dan instruksi (perintah) verbal.
Lirikan kekiri/kekanan mendatar bila berbicara, berbicara sedang-sedang saja.
Siswa yang bertipe auditori mengandalkan kesuksesan belajarnya melalui telinga
( alat pendengarannya ), untuk itu maka guru sebaiknya harus memperhatikan
siswanya hingga ke alat pendengarannya. Anak yang mempunyai gaya belajar
auditori dapat belajar lebih cepat dengan menggunakan diskusi verbal dan
mendengarkan apa yang guru katakan. Anak auditori dapat mencerna makna yang
disampaikan melalui tone suara, pitch (tinggi rendahnya), kecepatan berbicara
dan hal-hal auditori lainnya. Informasi tertulis terkadang mempunyai makna yang
minim bagi anak auditori mendengarkannya. Anak-anak seperi ini biasanya dapat
menghafal lebih cepat dengan membaca teks dengan keras dan mendengarkan kaset.
c.
Kinestetik.
Belajar melalui aktivitas fisik dan keterlibatan
langsung, suka menangani, bergerak, menyentuh, dan merasakan, mengalami sendiri
(Rose, Colin & Malcolm J. Nicholl:2002:130-131). Lirikan kebawah bila
berbicara, berbicara lebih lambat. Anak yang mempunyai gaya belajar kinestetik
belajar melalui bergerak, menyentuh, dan melakukan. Anak seperti ini sulit
untuk duduk diam berjam-jam karena keinginan mereka untuk beraktifitas dan
eksplorasi sangatlah kuat. Siswa yang bergaya belajar ini belajarnya melalui
gerak dan sentuhan.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Kata taksonomi diambil dari
bahasa Yunani yaitu “tassein” yang berarti untuk mengklasifikasi dan “nomos”
yang berarti aturan. Taksonomi dapat diartikan sebagai klasifikasi berhirarki
dari sesuatu, atau prinsip yang mendasari klasifikasi. Di mana taksonomi yang
lebih tinggi bersifat lebih umum dan taksonomi yang lebih rendah bersifat lebih
spesifik. Semua hal yang bergerak, benda diam, tempat, dan kejadian, sampai
pada kemampuan berfikir dapat diklasifikasikan menurut beberapa skema
taksonomi..
Ketrampilan berpikir mengacu pada serentetan
proses-proses kegiatan merakit, menggunakan, dan memperbaiki model-model
simbolik internal (Gilhooly, 1982). Model-model tersebut di antaranya
adalah :
\ Wujud
ciptaan yang mewakili suatu kenyataan.
\
Kenyataan hasil membayangkan sesuatu peristiwa tertentu.
\ Model
abstrak yang dilukiskan dalam pikiran dan perasaan.
Modalitas menurut KBBI
(Kamus Besar Bahasa Indonesia) adalah keterangan dalam kalimat yang menyatakan
sikap pembicara terhadap hal yang dibicarakan, yakni mengenai perbuatan,
keadaan, peristiwa, atau sikap terhadap lawan bicaranya. Sikap ini dapat berupa
pernyataan, kemungkinan, kinginan, atau keizinan. Dalam bahasa Indonesia
modalitas dinyatakan secara leksikal (Chaer, 1994: 162).
DAFTAR PUSTAKA
Nurani Yuliani sujiono. 2013. Konsep Dasar
Pendidikan Anak Usia Dini. PT Indeks. Jakarta
http://burhanudinhadiotomotif.blogspot.com/
di unduh pada jam 15.00 tanggal 27 maret 2020
http://riapuspitasari108002.blogspot.com/2012/01/pengertian-keterampilan-berpikir.html
di
unduh pada jam 15.10 tanggal 27 maret 2020
http://yudiarachmadcounselling.blogspot.com/2014/01/modalitas-belajar-learning-style.html
di
unduh pada jam 15.15 tanggal 27 maret 2020